Mohon tunggu...
Wildan Nanda Wicaksana
Wildan Nanda Wicaksana Mohon Tunggu... Lainnya - Menyukai dunia balap

Menulis merupakan hak bagi setiap manusia

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Cooper T51, Mobil yang Merevolusi Penggunaan Mesin Belakang di Formula 1

26 Juni 2023   01:16 Diperbarui: 27 Juni 2023   14:15 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Mobil balap F1. (Foto: ANSA VIA AP/DANIEL DAL ZENNARO via KOMPAS.ID)

Meletakkan mesin sepeda motor di belakang pengemudi adalah sebuah hal kemanfaatan karena tidak perlu menambah kompleksitas dengan merekayasa ulang transmisi penggerak rantai serta tanpa beban berat bahan bakar yang harus diangkut atau tenaga yang besar untuk dihasilkan. 

Mobil ini memiliki kestabilan dan prediktabilitas yang berbeda dengan mobil balap raksasa era sebelum perang.

Stirling Moss dan Bernie Ecclestone adalah pelanggan awal dan bahkan Moss mengajukan diri sebagai peserta untuk grand prix pra-kejuaraan pada tahun 1949. 

Pada tahun 1950, Cooper mulai menawarkan sasis yang lebih panjang untuk menampung mesin yang lebih besar. 

Rekan latihan F3 Moss, Harry Schell berhasil memulai Grand Prix Monaco tahun itu dengan menggunakan Cooper yang ditenagai oleh mesin V-twin JAP berkapasitas 1100cc.

Penurunan jumlah mobil menjadi 12 pada Kejuaraan Dunia 1952 dan 1953 membuka jalan bagi lebih banyak Cooper untuk berpartisipasi dalam grand prix, tetapi merek tersebut masih memiliki sedikit minat untuk berkompetisi sebagai tim pabrik di F1. 

Semuanya berubah dengan kedatangan Jack Brabham pada tahun 1955. Charles Cooper, perancang Owen Maddock, dan mekanik yang cerdas Brabham membentuk sebuah kombinasi kuat yang mewujudkan konsep rangka bidang tabung kurva baru milik Maddock menjadi mobil Formula 2 yang kompetitif.

Pada tahun 1957, Rob Walker Racing memodifikasi salah satu sasis F2 milik Cooper untuk menampung mesin Climax dua liter dan Brabham ikut serta dalam Grand Prix Monaco dan finis keenam setelah pompa bahan bakarnya rusak. 

Cooper T51, Foto: David Merrett/flickr.com
Cooper T51, Foto: David Merrett/flickr.com

Kemudian, Walker mendaftarkan Stirling Moss untuk balapan pertama musim F1 1958 di Buenos Aires. Stirling Moss telah mengungkapkan potensi tata letak mesin di belakang ketika ia mengendarai Cooper T43 Formula 2  untuk meraih kemenangan di Buenos Aires melawan mobil Grand Prix penuh tenaga di mana ia berhasil meraih kemenangan dengan selisih 2,7 detik dari Luigi Musso yang mengendarai Ferrari.

Pengendalian yang unggul memungkinkan Moss untuk menutupi kekurangan tenaga lebih dari 50 bhp dibandingkan dengan mobil Ferrari yang lebih konvensional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun