Seperti namanya yang berarti bayangan, tim Shadow dengan sponsor utama dari perusahaan Universal Oil Products bermigrasi dari balap Can-AM ke Formula 1 di awal tahun 1970an membawa sentuhan misteri di paddock F1. Â
Mobil mereka yang sebagian besar berwarna hitam dan berlogo siluet pria bertopi dan berjubah hitam panjang serta desas-desas yang berseliweran tentang pendiri tim Shadow Don Nichols yang menjadi mata-mata CIA selama tahun 1950an dan 1960an .Â
Itu semua menjadi reputasi yang tidak bisa dielakkan oleh Nichols dan rekan-rekannya. Â Nichols mempersiapkan proyek F1 mereka di tahun 1973 dengan mempekerjakan mantan desainer mobil F1 Lola dan BRM Tony Southgate untuk mendesain mobil mereka.Â
Di awal debut tim ini mereka menghasilkan podium masing-masing oleh pembalap mereka George Follmer dan Jackie Oliver namun mobil mereka DN1 yang didesain Southgate tidak andal.Â
Hal ini dibuktikan dengan seringnya para pembalap mereka gagal menyelesaikan balapan akibat banyaknya masalah pada mobil mereka. Â
Di tahun berikutnya Southgate memodifikasi Shadow DN1 dengan memperpanjang jarak roda dan memperkuat sasis yang berdampak pada meningkatnya sedikit bobot mobil demi mengembangkan DN1 ke DN3.Â
Untuk mengarungi musim 1974, tim mempekerjakan dua pembalap paling menjanjikan saat itu yaitu Peter Revson dari Amerika dan pembalap Prancis Jean-Pierre Jarier.Â
kejadiaan nahas terjadi saat sesi latihan di Grand Prix Afrika Selatan 1974, Revson mengalami kecelaan fatal akibat kerusakan suspensi pada mobil DN3 miliknya dan merenggut nyawanya.Â
Ia kemudian digantikan oleh Tom Pryce, pembalap asal Wales yang sedang naik daun. Â Tom Pryce kmenggnatikan Peter Revson dan bersanding dengan pembalap utama tim Shadow Jean-Piere Jarier.Â
Shadow DN3 lebih cepat ketimbang pendahulunya namun tetap berada di papan tengah. Southgate lalu menyempurnakan desainnya lagi untuk menciptakan DN5.Â
Southgate mengubah bodi, suspemsi dan sasis termasuk memasang rem balakang yang terpasang di sasis mobil namun tidak merubah desain hidung pada mobl Shadow yang menjadi ciri khas.Â
Sayang pada saat debut hanya ada satu mobil DN5 yang siap untuk balapna pembuka musim 1975 namun Jarier mendemonstrasikan kecepatan memutari satu lap DN5 dengan meraih pole di GP Argentina dan Brazil sedangkan Pryce yang mengendarai DN3 merana di lini tengah. Â
Sayangnya Shadow masih berkutat dengan masalah keandalan yang diderita mobil mereka seperti pada saat GP Argentina dimana transmisi milik Jarier gagal dalam perjalanan menuju grid start di Buenos Aires serta pompa bahan bakar milik Jarier menyerah saat dia memimpin balapan di Interlagos, Brazil .Â
Di musim 1975, drivetrain dari tiap mobil F1  seragam sehingga membuat  tim Shadow tidak memiliki keunggulan umtuk bersaing dengan tim lain.Â
Oleh karena itu Nichols berusaha untuk mencari pemasok mesin lain dan dia telah bernegosiasi dengan Matra untuk menyupali mesin V12 tim Shadow.Â
Nichols membayangkan jika tidak bernegosiasi dengan Matra dia akan selalu melakukannya dengan Cosworth yang mesin V8nya jauh dari spesifikasi yang disedikan untuk lain seperti McLaren.Â
Mesin Matra V12 terakhir kali digunakan di F1 selama musim 1972, di mana Prancis mundur dari balapan Grand Prix.Â
Namun mesin ini tetap digunakan di balap ketahanan 24 jam Le Mans dan memenangkan balap ketahanan 24 Jam Le Mans tiga kali berturut-turut antara tahun 1972 dan 1974.Â
Itu merupakan evolusi dari mesin balap ketahanan yang ingin dipasok Matra ke Shadow untuk musim 1975.
Karena mesin tidak harus berjalan selama 24 jam atau seefisien mungkin, mesin Matra didesain ulang menjadi V12 agar sesuai dengan kebutuhan khusus balapan Grand Prix.Â
Hasilnya, mesin twin-cam, empat katup per silinder tidak sekuat atau sehemat unit Le Mans, tetapi menghasilkan sekitar 500 tk.Â
Itu berarti mesin ini sedikit lebih bertenaga daripada mesin DFV tetapi menjadi V12 membuat mesin ini juga sedikit lebih panjang dan lebih berat daripada Cosworth DFV.Â
Hal itulah yang membuat sang desainer tim Tony Southgate merasa tidak begitu yakin bahwa tenaga tambahan sepadan dengan bobot tambahnnya yang mencapai sekitar 80 kg.Â
Dikawinkan dengan girboks lima kecepatan Hewland, Matra V12 dipasang ke versi modifikasi dari DN5 rancangan Tony Southgate yang kemudian diubah menjadi DN7 juga digunakan oleh tim selama musim 1975.Â
DN7 bermesin Matra akhirnya siap pada Agustus musim 1975, bertepatan dengan Grand Prix Austria. Yang bertugas mengemudikan mobil adalah Jean-Pierre Jarier, sedangkan rekan setimnya Tom Pryce tetap menggunakan DN5.Â
Selama kualifikasi di sirkuit berkecepatan tinggi, keunggulan tenaga mesin Matra terlihat saat Jarier menempati posisi ke-14 dan Pryce ke-17.Â
Perlombaan berakhir lebih awal untuk Shadow bermesin V12 karena masalah injeksi. Ironisnya, Pryce finis ke-3 yang mana itu merupakan hasil terbaik Shadow tahun itu.Â
Shadow menggunakan DN7 lagi untuk putaran berikutnya yaitu Grand Prix Italia. Balapan di sirkuit Monza yang berkarakter sirkuit berkecepatan tinggi, itu juga cocok dengan Matra V12 yang bertenaga.Â
Jarier lolos tepat di depan rekan setimnya di urutan ke-13 tetapi sayangnya sekali lagi-lagi gagal menyelesaikan balapan karena masalah sistem bahan bakar.Â
DN7 bermesin Matra tidak digunakan lagi karena Matra memutuskan untuk memasok mesin secara eksklusif ke tim Ligier Prancis pada tahun 1976.Â
Dalam dua balapannya, DN7 gagal mengesankan tetapi hasil pada tahun 1976 untuk Ligier membuktikan bahwa V12 pasti memiliki potensi. Shadow DN7 Matra tetap menjadi salah satu dari sedikit mobil balap Amerika yang ditenagai oleh mesin Prancis.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI