Ketika kover mobil F1 RB7 dibuka di Valencia pada bulan Februari tahun 2011, mobil itu dengan jelas merupakan evolusi dari dua mobil Red Bull sebelumnya, RB5 dan RB6.
Bagi kepala teknis tim tersebut Adrian Newey ini merupakan sebuah tanggapan dari perubahan aturan tahun 2009.Â
Beruntung bagi Red Bull karena mobil mereka sebelumnya, RB5 mampu berevolusi karena di tahun 2009 terdapat perubahan regulasi yang besar seperti hadirnya double diffuser (perangkat aerodinamis yang berada dibawah sayap belakang), sistem KERS (Kinetic Energy Recovery System) dan juga F-duct.Â
Mereka selangkah lebih maju dengan membuat semua perubahan peraturan terbsebut menjadi pondasi dasar dari RB5 mereka.Â
Ketika RB5 dan RB6 menghadapi pergolakan hebat selama aktif di lintasan karena salah satu mobil memiliki double diffuser yang dipasang di bagian belakang sedangkan yang lainnya harus mengakomodasi F-duct versi milik tim McLaren yang efektivitas dari konsep dasar  tersebut tidak mereka kompromikan.Â
Tahun 2011 dimana suasana tim menjadi stabil, mereka bisa lebih fokus dalam pengoptimalan mobil mereka, mengintegrasikan KERS ke dalam sebuah paket yang ringkas dan beradaptasi dengan pemasok ban yang baru.
Red Bull tidak terlalu ambil pusing dengan teknologi KERS di tahun 2009 sehingga pengembangan serta pengemasan KERS menjadi kunci bagi tim untuk musim 2011 ketika teknologi tersebut kembali.
Mereka kesulitan dalam hal pengembangan sistem KERS karena mereka terbiasa dengan aerodinamika dan sistem mekanik biasa.
Secara khusus Newey mengemas KERS secara agresif dengan menempatkan baterai di bell housing (bagian transmisi yang meliputi flywheel dan kopling) ketimbang meletakkannya di bawah tangki bahan bakar seperti halnya pesaing mereka.
Ini membuatnya sulit untuk diakses di garasi tim dan lebih rentan terhadap suhu ekstrim dan getaran namun Sebastian Vettel berhasil menempatkan RB7 di posisi terdepan di pertama di musim 2011 dengan KERS yang tidak berfungsi.
Berhasil mengimplementasikan F-duct yang lebih efisien dari milik McLaren selama musim 2010, Newey dan timnya tidak salah langkah ketika FIA mengabadikan bentuk modifikasi dari teknologi tersebut dalam peraturan tahun 2011.Â
Selama empat musim sebelumnya salah satu seni hitam di F1 adalah memanfaatkan gas buang untuk mengoptimalkan efisiensi dari diffuser.
Setiap tahun FIA berupaya untuk melarang piranti tersebut namun para insinyur cerdas selalu menemukan cara untuk mengakalinya.
Keberhasilan Red Bull Sebagian tidak terlepas dari hubungan kerja yang erat dengan Renault. Hubungan mereka kian erat semenjak Renault menjual tim mereka demi fokus untuk mengembangkan mesin.
Bersamaan dengan bagian belakang yang ramping dan sistem suspensi belakang milik Red Bull, blown diffuser RB7 terbukti sangat efektif yang membuat beberapa pesaingnya berusaha untuk membujuk FIA untuk melarangnya dan pada akhirnya pihak FIA mengumumkan bahwa perangkat blown diffuser dilarang menjelang GP Inggris yang dimenangkan oleh Fernando Alonso yang mengendarai Ferrari .
RB7, seperti para pendahulu dan penerusnya di keluarga Red Bull, sangat jarang menjadi yang tercepat namun memiliki kelebihan dalam keluwesan dalam menikung melalui downforce dari paket aerodinamik yang padu dari mobil tersebut dan suspensi yang fleksibel yang dapat melalui kerbs dengan baik dan ditunjang dengan mesin Renault yang mudah dikendalikan.
Sebagai bukti bahwa senjata pamungkas mereka adalah kelincahan dalam menikung yaitu ketika bagaimana Sebastian Vettel berhasil menyalip Fernando Alonso di sirkuit Monza ketika mobil tersebut menjauh dari zona DRS, mengambil banyak bagian kerb di tikungan Rettfilo, memanfaatkan traksi terbesar saat keluar untuk mendekat melalui Curva Grande dan  mulai menyerang  mobil Alonso di tikungan Roggia.
Mobil sangat mendominasi di musim 2011 dengan pembalapnya Sebastian Vettel meraih sebelas kali kemenangan dan membuatnya menjadi juara dunia musim tersebut dan juga mengantarkan tim Red Bull menjadi juara konstruktor untuk kedua kalinya secara beruntun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H