Selama empat musim sebelumnya salah satu seni hitam di F1 adalah memanfaatkan gas buang untuk mengoptimalkan efisiensi dari diffuser.
Setiap tahun FIA berupaya untuk melarang piranti tersebut namun para insinyur cerdas selalu menemukan cara untuk mengakalinya.
Keberhasilan Red Bull Sebagian tidak terlepas dari hubungan kerja yang erat dengan Renault. Hubungan mereka kian erat semenjak Renault menjual tim mereka demi fokus untuk mengembangkan mesin.
Bersamaan dengan bagian belakang yang ramping dan sistem suspensi belakang milik Red Bull, blown diffuser RB7 terbukti sangat efektif yang membuat beberapa pesaingnya berusaha untuk membujuk FIA untuk melarangnya dan pada akhirnya pihak FIA mengumumkan bahwa perangkat blown diffuser dilarang menjelang GP Inggris yang dimenangkan oleh Fernando Alonso yang mengendarai Ferrari .
RB7, seperti para pendahulu dan penerusnya di keluarga Red Bull, sangat jarang menjadi yang tercepat namun memiliki kelebihan dalam keluwesan dalam menikung melalui downforce dari paket aerodinamik yang padu dari mobil tersebut dan suspensi yang fleksibel yang dapat melalui kerbs dengan baik dan ditunjang dengan mesin Renault yang mudah dikendalikan.
Sebagai bukti bahwa senjata pamungkas mereka adalah kelincahan dalam menikung yaitu ketika bagaimana Sebastian Vettel berhasil menyalip Fernando Alonso di sirkuit Monza ketika mobil tersebut menjauh dari zona DRS, mengambil banyak bagian kerb di tikungan Rettfilo, memanfaatkan traksi terbesar saat keluar untuk mendekat melalui Curva Grande dan  mulai menyerang  mobil Alonso di tikungan Roggia.
Mobil sangat mendominasi di musim 2011 dengan pembalapnya Sebastian Vettel meraih sebelas kali kemenangan dan membuatnya menjadi juara dunia musim tersebut dan juga mengantarkan tim Red Bull menjadi juara konstruktor untuk kedua kalinya secara beruntun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H