Mohon tunggu...
Wildan Hakim
Wildan Hakim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen I Pengamat Komunikasi Politik I Konsultan Komunikasi l Penyuka Kopi

Arek Kediri Jatim. Alumni FISIP Komunikasi UNS Surakarta. Pernah menjadi wartawan di detikcom dan KBR 68H Jakarta. Menyelesaikan S2 Manajemen Komunikasi di Universitas Indonesia. Saat ini mengajar di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta dan Peneliti Senior di lembaga riset Motion Cipta Matrix.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Semangat Soekarnoputri untuk Maharani

1 Juli 2021   18:27 Diperbarui: 1 Juli 2021   19:17 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puan Maharani saat memberikan pengarahan kepada kader PDI Perjuangan di Hotel Luwansa Manado. (sumber foto: kompas.com)

Baru pada 14 Maret 2014, PDI Perjuangan secara resmi menunjuk Jokowi sebagai Capres yang akan berlaga pada Pilpres 2014. Dukungan tersebut tertuang dalam surat perintah harian yang ditandatangani Megawati Soekarnoputri dan dibacakan oleh Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI Perjuangan, Puan Maharani. Selaku Ketua Bappilu PDI Perjuangan, Puan Maharani memiliki peran yang strategis.

Restu dari Megawati untuk Jokowi yang dibacakan oleh Puan Maharani menyiratkan adanya pesan regenerasi di tubuh partai banteng. Penunjukan Jokowi tidak lepas dari pertimbangan the real politic sebagaimana sering diucapkan pengamat politik Salim Said. Pembacaan surat dukungan oleh Puan Maharani yang saat itu berusia 41 tahun memiliki makna simbolis. Puan Maharani diberi ruang untuk bisa menunjukkan kapasitasnya di kancah politik nasional.

Megawati secara terbuka ingin menunjukkan adanya peran penting putrinya dalam keputusan strategis partai. Di usianya yang makin senja, Megawati sukses mengantarkan Puan menapaki karir politiknya yang dimulai sejak 2009. Pada 2009, Puan masuk ke parlemen serta dipercaya sebagai Ketua Fraksi PDI Perjuangan. Karir politik putri tunggal dari pasangan Taufiq Kiemas dan Megawati itu telah mengantarkannya menjadi Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan hingga menjadi Ketua DPR periode 2014-2024.

Regenerasi kepemimpinan nasional
2024 tinggal tiga tahun lagi. The election year atau tahun pemilihan umum sudah menjadi bahan perbincangan. Pengamat politik Gun Gun Heryanto menyebut, tahun politik datang lebih awal. Aroma kontestasi Pilpres sudah mulai tercium dari serangkaian berita yang tersaji kepada publik pembaca. Hasil survei elektabilitas menjadikan perbincangan politik kian hangat. Patut diduga, semua partai politik kini sedang menata stamina dalam waktu dekat.

Situasi pandemi yang memukul ekonomi tidak lantas menjadikan media massa menepikan pemberitaan seputar politik. Muncul pendapat agar urusan politik sejenak dilupakan, lebih baik fokus menangani pandemi. Namun isu regenerasi kepemimpinan nasional tetap menjadi soal yang harus dipertimbangkan secara matang.

Secara harfiah, regenerasi punya dua arti yakni kelahiran kembali dan pembaruan. Semangat pembaruan di Indonesia kelak akan dinilai dari siapa saja calon presiden dan calon wakil presiden yang akan mengikuti kontestasi. Harapannya, kelak akan muncul tokoh baru dan muda yang mewarnai demokrasi Indonesia.

Wacana regenerasi kepemimpinan nasional ini timbul sebagai respon tandingan atas ide perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo untuk tiga periode. Jika masa jabatan presiden bisa menjadi tiga periode, praktis pada 2024 tidak akan ada Pemilu. Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, mengatakan, wacana presiden tiga periode hanya menghambat terjadinya regenerasi kepemimpinan nasional (Kompas, 16/03/2021).

Kesadaran akan pentingnya regenerasi kepemimpinan nasional pada 2024 memaksa seluruh Parpol berhitung secara politik perihal calon yang akan diajukan. Merujuk pada hasil Pemilu Legislatif 2019, hanya PDI Perjuangan yang memiliki tiket untuk mengajukan calon presidennya tanpa harus berkoalisi dengan Parpol lain. Bekal raihan 20 persen kursi di DPR RI menjadikan partai ini bisa mengajukan kadernya sendiri. Salah satu nama yang mulai dikenalkan adalah Ketua DPR Puan Maharani. Kemunculan putri Megawati Soekarnoputri di kancah kontestasi langsung mengundang atensi.

Elektabilitas yang masih rendah, bukan alasan untuk menjadikan semangat bertempur melemah. Upaya menaikkan elektabilitas masih bisa dilakukan, terlebih jika mesin partai telah diaktifkan. Dukungan untuk sang Maharani mulai datang dari 38 Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan Jawa Timur. Ke-38 DPC sepakat mengusulkan Puan Maharani sebagai Capres 2024. 

Secara tersirat, semangat Soekarnoputri untuk sang Maharani juga terus disuarakan. Melalui video singkat yang disebarkan ke publik, Megawati Soekarnoputri berpesan agar perempuan tidak tabu berpolitik. Semangat Soekarnoputri tengah digelorakan buat sang Maharani.

Megawati dan Puan merupakan dua politikus yang telah merasakan laku politik baik sebagai legislator maupun sebagai pejabat eksekutif. Spekulasi pada 2024 tengah menanti. Jika Puan Maharani menjadi Capres mewakili PDI Perjuangan, besar kemungkinan dia akan menjadi satu-satunya Capres perempuan. Sebuah lakon politik akan kembali kita saksikan setelah 20 tahun berselang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun