Mohon tunggu...
Wildan Hakim
Wildan Hakim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen I Pengamat Komunikasi Politik I Konsultan Komunikasi l Penyuka Kopi

Arek Kediri Jatim. Alumni FISIP Komunikasi UNS Surakarta. Pernah menjadi wartawan di detikcom dan KBR 68H Jakarta. Menyelesaikan S2 Manajemen Komunikasi di Universitas Indonesia. Saat ini mengajar di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta dan Peneliti Senior di lembaga riset Motion Cipta Matrix.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Evolusi Industri PR, Earned the Influence

17 Mei 2018   16:02 Diperbarui: 18 Mei 2018   09:32 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Misty Maitimoe dari Ogilvy PR Indonesia sedang mempresentasikan materinya di Theater Hall UMN (Foto: Intan Primandini)

Evolution berupaya menjawab pertanyaan what if, visi, dan masa depan atau kelanjutan dari kampanye yang sudah dijalankan. Ini bergantung pada harapan yang ditetapkan oleh pemilik brand. Di tahap keenam yakni synchronicity, konsultan komunikasi diharuskan mampu menghitung seberapa kuat gema yang dihasilkan dari sebuah kampanye PR.

Kehadiran medium digital seperti Youtube memungkinkan kampanye PR disajikan secara online dan diukur dampaknya. Kampanye Water for Africa yang disajikan di Youtube hingga tulisan ini dibuat berhasil mendapatkan viewer 31.000. Sementara itu, aksi Sanneh di Paris Marathon 2015 berhasil mendulang perhatian pers melalui pemberitaan.

Kampanye PR melalui medium digital pada akhirnya harus bisa dilacak outputnya (track the output), bisa dianalisis dampaknya (analyze the impact), serta bisa dihitung dampaknya dari sisi bisnis (quantify the biz outcomes). Dalam kasus kampanye Water for Africa, publik jadi tahu dibutuhkan donasi besar dari warga Eropa untuk ikut serta membantu warga di benua itu agar bisa lebih mudah mengakses air lebih mudah. Donasi datang pasca story yang dijadikan materi kampanye berhasil menggugah emosi publik.

Tentu menjadi pekerjaan yang menantang untuk bisa menyuguhkan cerita yang menarik sebagaimana dicontohkan dua kampanye di atas. Lantas, bekal apa yang dibutuhkan oleh mereka yang akan terjun ke dunia komunikasi digital? Misty menyebut ada tujuh bekal yang dibutuhkan: (1) curious, (2) sociable, (3) visionary, (4) analytical, (5) structured, (6) common sense, (7) likes to tell stories.

Bayangkan, like to tell stories menjadi bekal penting untuk bekerja di industri PR yang begitu dinamis. Sudah tiga alumni Prodi Ilmu Komunikasi UMN bergabung dengan Ogilvy Public Relations Indonesia. Itu menjadi bukti, alumni kampus yang berada di bawah Kompas Gramedia ini mampu menjawab standar SDM yang dibutuhkan industri komunikasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun