Mohon tunggu...
Wildan Hakim
Wildan Hakim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen I Pengamat Komunikasi Politik I Konsultan Komunikasi l Penyuka Kopi

Arek Kediri Jatim. Alumni FISIP Komunikasi UNS Surakarta. Pernah menjadi wartawan di detikcom dan KBR 68H Jakarta. Menyelesaikan S2 Manajemen Komunikasi di Universitas Indonesia. Saat ini mengajar di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta dan Peneliti Senior di lembaga riset Motion Cipta Matrix.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Berpulang Profesor Sasa

5 Februari 2017   16:16 Diperbarui: 15 Januari 2023   21:16 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ucapan duka cita dari sivitas akademika FISIP Universitas Indonesia

Hanya 50 bulan. Waktu yang terbilang pendek bagi Menkominfo Rudiantara untuk mengenal almarhum Profesor Sasa Djuarsa Sendjaja.

"Profesor Sasa banyak terlibat di bidang sumber daya manusia. Almarhum bersama Kementerian Kominfo ikut menentukan standar SDM untuk anggota KPI, Dewan Pengawas RRI, dan terakhir Dewan Pengawas TVRI", paparnya saat memberikan sambutan di samping jenazah Profesor Sasa di Masjid Khusnul Khatimah Komplek Tanjung Mas Raya Jaksel, pada Minggu pagi (05/01/2017).

Profesor Sasa Djuarsa Sendjaja wafat di RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat pada Sabtu malam pukul 19.50 WIB (04/01/2017). Stroke di batang otak memaksa almarhum harus menjalani perawatan intensif selama beberapa hari di RSPAD Gatot Subroto hingga menghembuskan nafas terakhirnya.

Pria yang dikenal bijak dan penuh semangat ini menjadi salah satu dosen favorit di kalangan civitas akademika Universitas Indonesia. Mahasiswanya berderet mulai dari jenjang S1, S2, hingga S3. Kiprah mengajarnya tak hanya di UI. Dalam beberapa kali kesempatan, Sasa juga didaulat sebagai dosen tamu di program studi S2 Ilmu Komunikasi UNS Surakarta.

Di mata Menkominfo Rudiantara, almarhum Sasa dikenang sebagai sosok yang idealis. "Profesor Sasa ingin pengaturan industri media di Indonesia tidak boleh kalah oleh kepentingan ekonomi. Kepentingan masyarakat harus di atas kepentingan ekonomi", ujarnya.

Keterlibatan Sasa dalam penataan industri penyiaran Indonesia setidaknya ditandai ketika almarhum menjabat Ketua KPI periode 2007-2010. Inilah komisioner KPI generasi kedua yang punya tugas berat memperkuat dasar-dasar pengawasan konten media penyiaran khususnya televisi.

Kepakarannya di bidang ilmu komunikasi mengantarkan almarhum meraih gelar guru besar pada 2007 silam. Jejak akademiknya di panggung ilmu komunikasi dimulai sejak Sasa lulus dari FISIP UI pada 1979 silam. Berselang enam tahun, Sasa meraih gelar masternya di University of Hawaii pada 1985. Pada 1988, University State of Ohio menyematkan gelar Phd.

Di ruang kelas, Sasa merupakan sosok yang piawai membuat mahasiswanya gembira. Sesekali suasana perkuliahan dipenuhi gelak tawa lewat selipan humornya.

Penulis yang pernah mengikuti kuliah Teori Komunikasi Massa di S2 UI merasakan betul aura enerjik almarhum kala mengajar. Nyaris tidak ada rasa bosan mengikuti kuliahnya meski proses belajar dimulai pada pukul 18.30 WIB.

Go silent and go counter

Di luar aktivitas mengajar, Profesor Sasa juga dikenal sebagai narasumber ahli untuk berbagai forum diskusi dan konsultasi. Pada sebuah kuliah malam di Salemba, sang guru besar membabar cerita seputar trik public relations yang hingga hari ini masih penulis ingat.

Profesor Sasa pernah dimintai pendapat oleh almarhum Joop Ave, Menteri Pariwisata di masa Orde Baru. Saat itu, Joop selaku menteri terbelit dua isu yang mengganggu. Isu pertama seputar tudingan pelecehan seksual terhadap pelayan hotel di Selandia Baru. Isu kedua, perihal dugaan korupsi dalam pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali. Pak Joop bingung menentukan sikap.

Selaku pakar komunikasi, almarhum Sasa mengajukan pertanyaan yang harus dijawab jujur oleh sang menteri.

"Isu yang pertama benar atau tidak?" tanya Profesor Sasa

"Ya benar", jawab Joop Ave

"Untuk isu yang kedua, benar atau tidak?" tanya Profesor Sasa.

"Kalau itu tidak benar pak. Saya bisa menjelaskan. Nanti Dirjen saya bisa menerangkan", jelas Joop Ave.

Mendengar pengakuan jujur itu, almarhum Sasa Djuarsa mengajukan saran praktis. Untuk isu pertama go silent, dan untuk isu kedua go counter.

Sesuai saran tersebut, Departemen Pariwisata lantas menggelar jumpa pers dengan awak media. Tidak main-main, para awak pers ini diterbangkan ke Bali untuk melihat langsung pembangunan GWK sekaligus mendengar paparan pemakaian anggarannya. Manjur. Media melupakan isu yang pertama dan fokus pada isu yang kedua.

Selamat berpulang ke rahmatullah Profesor Sasa Djuarsa Sendjaja. Dosen dan juga 'penggembira' perkuliahan di Salemba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun