Mohon tunggu...
Wildan Hakim
Wildan Hakim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen I Pengamat Komunikasi Politik I Konsultan Komunikasi l Penyuka Kopi

Arek Kediri Jatim. Alumni FISIP Komunikasi UNS Surakarta. Pernah menjadi wartawan di detikcom dan KBR 68H Jakarta. Menyelesaikan S2 Manajemen Komunikasi di Universitas Indonesia. Saat ini mengajar di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta dan Peneliti Senior di lembaga riset Motion Cipta Matrix.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dari Reshuffle Jilid 2 Kabinet Kerja

28 Juli 2016   00:38 Diperbarui: 28 Juli 2016   11:39 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk kedua kalinya, pemerintahan Jokowi-JK merombak kabinetnya. Reshuffle kabinet selalu menjadi berita yang ditunggu. Beberapa jam sebelum diumumkan, bocoran tentang siapa nama menteri yang bakal diganti sudah beredar di media massa dan juga media sosial.

Rabu siang (27/07/2016) Presiden Joko Widodo secara resmi mengumumkan susunan menterinya hasil reshuffle jilid 2. Sebagaimana diduga, sejumlah nama didepak dari jabatannya, sementara itu hanya ada empat menteri yang berpindah pos. Keempat nama menteri yang berpindah pos ini ialah: (1) Luhut Binsar Pandjaitan yang dipercaya menjadi Menko Kemaritiman menggantikan Rizal Ramli, (2) Thomas Lembong yang kini menjadi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), (3) Sofyan Djalil yang ditunjuk sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, serta (4) Bambang Brojonegoro yang dipercaya sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kepala PPN.

Reshuffle kabinet jilid 2 ini diputuskan di tengah lesunya ekonomi Indonesia dan kegaduhan politik akibat munculnya polemik atas sejumlah isu kritis di Indonesia. Politik yang gaduh di antara para pembantu presiden sebagaimana ditampilkan mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli lewat jurus “kepretnya” jelas menyedot perhatian dan ikut mengurangi rasa percaya publik terhadap kemampuan kerja para menteri Jokowi-JK.

Kondisi ini diperparah dengan kelesuan ekonomi. Lesunya ekonomi yang terjadi saat ini merupakan dampak dari kondisi ekonomi global. Wapres JK menyebut, tak ada yang bisa menjawab sampai kapan kelesuan ekonomi ini berlangsung (Tribunnews, 26/02/2016). Di sisi lain, kelesuan ekonomi ini diikuti dengan melonjaknya harga komoditas primadona masyarakat seperti daging dan cabai.

Bank Pembagunan Asia (Asia Development Bank) menyebutkan, lesunya ekonomi kawasan Asia tidak lepas dari melambatnya pertumbuhan ekonomi Cina. Dalam catatan ADB, Cina berkontribusi terhadap sepertiga ekonomi dunia (Katadata, 30 Maret 2016).

Dengan segala kondisi di atas, keberanian Jokowi dan JK menggenjot pembangunan infrastruktur di Indonesia diharapkan bisa memosisikan negara ini sebagai pemimpin pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Meski keberanian itu harus dibayar dengan melonjaknya jumlah hutang Indonesia yang dibarengi dengan kritik dan pesimisme sejumlah pihak.

Sadar dengan situasi yang kurang menguntungkan ini, Jokowi-JK memanggil “ahlinya” moneter Indonesia yang sudah berpengalaman panjang mengurus keuangan negara. Dialah Sri Mulyani Indrawati. Alumnus FE UI ini dipercaya kembali menjabat sebagai Menkeu menggantikan Bambang Brojonegoro.

Sri yang sebelumnya menjabat Direktur Pelaksana (Managing Director) Bank Dunia kembali ke Indonesia diharapkan bisa meningkatkan kepercayaan publik dan investor terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-JK. Dari lantai Bursa Efek Indonesia, tanda-tanda itu mulai tampak. Pada penutupan perdagangan sesi 1 Rabu (27/07/16), IHSG ditutup mengungat 60, 478 poin atau naik 1,16%.

Sri Mulyani akan langsung bekerja di tengah potensi derasnya aliran dana dari luar negeri seiring pemberlakuan kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty). Dipastikan takkan ada kesulitan koordinasi bagi seorang Sri Mulyani yang jejak pengalamannya di lingkaran birokrasi sudah teruji.

Di luar sektor keuangan, Presiden Jokowi juga merombak para menteri lain. Mendikbud yang dijabat Anies Baswedan ikut dirombak. Penggantinya tak lain adalah mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Muhajir Efendi. Muhadjir sepertinya dipilih karena latar belakang Muhammadiyah-nya. Menilik tradisi tak tertulis, pos Mendikbud kerap diberikan kepada sosok yang mewakili Muhammadiyah. Adapun wakil dari NU biasanya diberi pos menjadi Menag. Dengan masuknya Muhajir, Jokowi seolah memperlihatkan politik keseimbangan. NU dan Muhammadiyah kini punya representasi di pemerintahan.

Politik keseimbangan atau lebih tepatnya pemerataan juga dimainkan Jokowi-JK  dalam reshuffle jilid 2 ini. Keluarnya Yuddy Chrisnandy dari kabinet, langsung diisi kader dari PAN bernama Asman Abnur.

Keterwakilan Hanura di kabinet selanjutnya digantikan tokoh lama yang dibesarkan Orde Baru, Wiranto. Masuknya Wiranto ke dalam kabinet ini kian melengkapi deretan para jenderal purnawirawan sepuh yang membantu Jokowi, mulai dari Sutiyoso hingga Luhut Binsar Panjaitan. Bagi pegiat LSM kemanusiaan, sosok Wiranto dirasa sedikit mengganggu. Terlebih, jabatan yang disandang Wiranto adalah Menko Polhukam.

Dukungan politik yang diberikan Golkar kepada Jokowi-JK dikompensasikan dengan masuknya kader Golkar yang dipercaya menjadi Menteri Perindustrian yakni Airlangga Hartarto. Golkar sebagaimana banyak diketahui, memang tidak punya karakter sebagai oposan pemerintah. “Berkarya” di dalam kabinet menjadi pilihan tepat bagi Parpol senior ini.

Yang menarik dari reshuffle jilid 2 ialah tidak diusiknya jajaran menteri perempuan di Kabinet Kerja. Seluruh menteri perempuan “aman”. Sebaliknya, para menteri lain yang dianggap berani seperti Ignasius Jonan, Sudirman Said, Rizal Ramli, hingga Anies Baswedan malah terpental dari jabatannya. Lengsernya Jonan rupanya disambut gembira oleh sejumlah PNS di Kemenhub. Dari salah seorang PNS di sana, penulis mendapatkan informasi, selama dua tahun menjabat Menhub, Jonan telah merotasi 3.000-an pejabat dan memutasi 6.000 orang staf. Rotasi dan mutasi ini yang rupanya direspon negatif oleh para PNS di Kemenhub.

Sebagian kecil netizen bahkan mempertanyakan; mengapa Jonan, Sudirman Said, dan Anies malah terkena perombakan? Mengapa bukan Puan Maharani yang dirombak? Untuk pertanyaan terakhir, ada baiknya kita tanyakan kepada Megawati. Jika Anda yang punya akses dan berani, silakan ditanyakan.

Selamat bekerja para menteri baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun