Keterwakilan Hanura di kabinet selanjutnya digantikan tokoh lama yang dibesarkan Orde Baru, Wiranto. Masuknya Wiranto ke dalam kabinet ini kian melengkapi deretan para jenderal purnawirawan sepuh yang membantu Jokowi, mulai dari Sutiyoso hingga Luhut Binsar Panjaitan. Bagi pegiat LSM kemanusiaan, sosok Wiranto dirasa sedikit mengganggu. Terlebih, jabatan yang disandang Wiranto adalah Menko Polhukam.
Dukungan politik yang diberikan Golkar kepada Jokowi-JK dikompensasikan dengan masuknya kader Golkar yang dipercaya menjadi Menteri Perindustrian yakni Airlangga Hartarto. Golkar sebagaimana banyak diketahui, memang tidak punya karakter sebagai oposan pemerintah. “Berkarya” di dalam kabinet menjadi pilihan tepat bagi Parpol senior ini.
Yang menarik dari reshuffle jilid 2 ialah tidak diusiknya jajaran menteri perempuan di Kabinet Kerja. Seluruh menteri perempuan “aman”. Sebaliknya, para menteri lain yang dianggap berani seperti Ignasius Jonan, Sudirman Said, Rizal Ramli, hingga Anies Baswedan malah terpental dari jabatannya. Lengsernya Jonan rupanya disambut gembira oleh sejumlah PNS di Kemenhub. Dari salah seorang PNS di sana, penulis mendapatkan informasi, selama dua tahun menjabat Menhub, Jonan telah merotasi 3.000-an pejabat dan memutasi 6.000 orang staf. Rotasi dan mutasi ini yang rupanya direspon negatif oleh para PNS di Kemenhub.
Sebagian kecil netizen bahkan mempertanyakan; mengapa Jonan, Sudirman Said, dan Anies malah terkena perombakan? Mengapa bukan Puan Maharani yang dirombak? Untuk pertanyaan terakhir, ada baiknya kita tanyakan kepada Megawati. Jika Anda yang punya akses dan berani, silakan ditanyakan.
Selamat bekerja para menteri baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H