Jakarta masih dibekap gelap. Pagi itu, 21 Maret 2015, saya dan Fajar Budiman tengah bersiap. Usai shalat subuh berjamaah, kami berdua langsung bergerak sigap.
Pagi itu, dari rumah Fajar di komplek Divkum Cipinang kami menggowes sepeda menuju Acin Bike Corner (ABC) di Jalan Cipinang Muara Jakarta Timur. Di sana, para anggota ABC sudah menunggu. Puluhan sepeda gunung dari berbagai merek hadir di pagi buta mengiringi penggowesnya.
Satu per satu sepeda yang tiba dilepas roda depan dan belakangnya. Selanjutnya, sepeda dimasukkan ke mobil ELF. Melepas roda ini bukan hal sulit bagi para biker yang sudah lama bermain sepeda gunung. Sebagai pemula, saya sempat kesulitan mempraktikkan aksi lepas ban ini. Asal tahu saja, saat itu, belum ada sebulan saya aktif bermain sepeda gunung.
Demi merasakan sensasi bersepeda gunung di area perbukitan, saya menyanggupi ajakan Fajar bersepeda ke Cianjur dan Rindu Alam Puncak Bogor Jawa Barat. Kapan lagi berkesempatan gowes bersama puluhan biker lain?
Sabtu pagi itu menjadi lanjutan petualangan cerita bersepeda saya. Dalam suasana yang penuh canda, perjalanan dari Cipinang Jaktim menuju Cianjur ditempuh selama 2,5 jam. Sekira pukul 08.00 WIB rombongan ABC tiba di Wisma Kompas Gramedia di Jalan Raya Pacet No. 37 Cipanas Cianjur Jawa Barat. Sepeda-sepeda lantas diturunkan. Roda-roda kembali dipasang. Lagi-lagi untuk urusan yang satu ini saya kelimpungan. Beruntung, ada koh Acin yang dengan baik hati membantu saya memasang roda.
Tapi, dalam urusan besikal, penggowes punya peran penting. Percuma bersepeda mahal kalau kemampuannya tak mumpuni. Ini sih sekadar ungkapan batin saya saat terkesima melihat sepeda keren milik anggota ABC lainnya.
Melintasi trek kaca
“Siapa yang baru pertama kali ikutan gowes bersama?” terdengar suara serak dari seorang pria bernama Eko Sarwono. Pria asli Nganjuk Jawa Timur ini dikenal sebagai “komandan” di ABC.
Dengan semangat, saya dan Fajar mengangkat tangan kanan. Memberitahu kepada Pak Eko bahwa kami berdua ini pemula di urusan bermain sepeda gunung.
“Oke, nanti di belakang saya ya. Ingat, nanti kita akan melewati bukit Aquila. Setelah itu akan menuruni bukit. Nah di situ ada trek yang namanya trek kaca. Hati-hati sebab licin banget,” paparnya lugas.
Usai berdoa dan berfoto sekadarnya, cerita bersepeda kami dimulai. Ada dua orang marshall yang memandu rombongan. Satu di depan dan satu lagi di belakang untuk memastikan tak ada lagi anggota yang tercecer di belakang. Marshall adalah orang yang bertugas memilih jalur dan memandu para biker melintasi trek yang akan dilewati.
Pagi itu ada 26 penggowes dari ABC. Usai menyeberang Jalan Raya Pacet, rombongan meluncur menuju ke bukit Aquila. Jalan aspal menurun ini menyodorkan keseruan awal bagi kami. Balapan pun tak terelakkan. Saya dan Fajar lupa dengan pesan Pak Eko agar berada di belakang dirinya. Laju sepeda yang dipaksa kencang teramat sayang untuk menarik rem sepeda.
Kenikmatan trek turunan berujung tanjakan saat mendelati bukit Aquila. Di sini, cerita bersepeda mulai terasa seru. Dengus napas mulai terdengar. Para perokok terlihat mulai kepayahan. Saat berada di tanjakan, degup jantung dipaksa berdetak lebih kencang seiring usaha keras mempertahankan kayuhan pedal. Posisi gear sepeda dipilih seringan mungkin.
Sukses menaiki bukit Aquila, beberapa peserta gowes rehat sejenak buat berfoto. Trek berikutnya ternyata berupa turunan. Kondisi trek turunan ternyata becek akibat hujan sehari sebelumnya. Trek yang licin memaksa kami menarik rem sesering mungkin. Tapi, cara ini tak membantu. Laju sepeda tetap saja meluncur ke bawah.
Keseruan menuruni lereng bukit Aquila ini berlanjut trek kaca. Inilah trek dengan jalan agak mendatar namun licinnya minta ampun. Aksi tarik rem belakang di trek ini hanya akan membuat sepeda ngesot atau selip. Agar selamat melintasinya, pengereman dilakukan secara bersamaan. Itupun sekadar untuk mengurangi laju sepeda. Terus meluncur di trek ini menjadi pilihan terbaik.
Bagaimana kelanjutan cerita bersepeda saya? Sila klik lanjutannya ya, Bersepeda di Jalur Cianjur hingga ke Rindu Alam Puncak (2)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H