Budidaya ikan lele ini termasuk ramah lingkungan karena untuk membuat kolamnya kita hanya menggunakan ruang tanah yang tidak begitu besar dan untuk membuatnya juga cukup mudah dengan bermodal terpal, jadi tidak harus menggali tanah terlebih dahulu lalu membuat kolam ikan sebegitu besarnya. Kemudian untuk pakan lele tersebut menggunakan limbah dari rumah potong ayam, seperti usus ayam, jeroan dan juga bisa dari keong -- keong yang ada di sawah. Penggunaan air di budidaya ikan lele ini juga cukup praktis, yaitu menggunakan air sungai untuk mengairi ikan tersebut. Tetapi air sungai ini cukuplah rentan terhadap kesehatan benih lele tersebut, karena kita tidak tahu apa saja bahan -- bahan kimia yang telah di buang di hulu sungai tersebut.
Kekurangan dari budidaya lele ini yaitu bau yang menyengat jika air di dalam kolam tersebut telah lama tidak diganti. Akibat itu ada inovasi baru untuk menggunakan ember besar yang dilubangi penutupnya agar bau tersebut hilang dan tidak menyengat.
Selain memperjualbelikan bibit lele, di program ini juga memperjualbelikan produk aneka olahan lele, seperti nugget lele, kerupuk lele, abon lele, dan lain -- lain.
Menurut Pak Abun selaku RT di Kampung Citereup dan juga pelaku dalam bisnis budidaya lele, ia mengakui bahwa usaha atau program ini sangatlah menunjang perekonomian masyarakat kampung. Apalagi disaat adanya pandemi Covid -- 19, bisnis lele ini bisa mengembalikan ekonomi yang turun di awal pandemi. Di Kecamatan Leuwiliang sendiri program budidaya lele ini hanya ada di Kampung Citereup 01.
"Semoga budidaya ikan lele ini bisa terus berkembang lebih baik lagi agar kedepannya bisa terus menunjang perekonomian masyarakat kampung Citereup 01 di kala pandemi dan juga masa yang akan datang." kata Bu Neneng selaku masyarakat Kampung Citereup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H