Mohon tunggu...
Rahmania
Rahmania Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Hobi saya membaca/kepribadian saya introvert

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gangguan dalam perkembangan sosial emosional

3 Februari 2025   12:06 Diperbarui: 3 Februari 2025   12:06 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gangguan dalam Perkembangan Sosial-Emosional merujuk pada masalah atau kesulitan yang dihadapi individu dalam mengelola emosi, berinteraksi dengan orang lain, atau membangun hubungan yang sehat. Gangguan ini dapat muncul akibat berbagai faktor, seperti masalah genetik, trauma, pengasuhan yang tidak memadai, atau pengaruh lingkungan sosial yang buruk. Berikut adalah beberapa gangguan utama yang dapat terjadi dalam perkembangan sosial-emosional:

1. Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)

Ciri-ciri:

Ketakutan atau kecemasan yang berlebihan terhadap interaksi sosial atau penilaian negatif dari orang lain.

Individu merasa cemas saat berada di situasi sosial, seperti berbicara di depan umum atau berinteraksi dengan orang yang tidak dikenal.

Penyebab:

Faktor genetik, pengasuhan yang terlalu protektif, atau pengalaman sosial negatif di masa kecil.

Dampak:

Kesulitan dalam membentuk hubungan interpersonal, serta isolasi sosial yang dapat memengaruhi perkembangan emosional.

2. Gangguan Perilaku (Conduct Disorder)

Ciri-ciri:

Perilaku agresif, destruktif, atau tidak patuh terhadap aturan sosial dan norma.

Seringkali melibatkan kekerasan terhadap orang lain, perusakan properti, atau pelanggaran hukum.

Penyebab:

Faktor lingkungan yang tidak mendukung, seperti kekerasan dalam keluarga atau lingkungan yang tidak aman, serta ketidakharmonisan keluarga.

Dampak:

Gangguan ini dapat mengganggu perkembangan sosial anak, membuat mereka sulit berinteraksi dengan teman sebaya atau orang dewasa dengan cara yang sehat.

3. Gangguan Emosional atau Mood Disorder (Depresi, Bipolar)

Ciri-ciri:

Perasaan sedih, putus asa, atau tidak bersemangat yang berlangsung lama (depresi) atau perubahan suasana hati yang ekstrem (bipolar).

Gejala seperti kesulitan dalam mengelola emosi, perasaan tidak berharga, atau kurangnya motivasi.

Penyebab:

Faktor biologis (genetik, kimia otak), stres, atau trauma emosional.

Dampak:

Kesulitan dalam menjaga hubungan sosial, masalah dalam berinteraksi dengan orang lain karena perasaan terisolasi atau tidak mampu mengelola emosi secara efektif.

4. Gangguan Attachment (Attachment Disorder)

Ciri-ciri:

Kesulitan membangun hubungan emosional yang aman dengan pengasuh utama atau orang lain.

Anak dengan gangguan attachment sering merasa tidak aman dan cemas terhadap hubungan interpersonal, serta mungkin menunjukkan perilaku menarik diri atau menentang.

Penyebab:

Pengabaian atau trauma dalam hubungan awal dengan pengasuh (misalnya, pengasuhan yang tidak konsisten atau abusen).

Dampak:

Masalah dalam membangun hubungan sosial yang sehat sepanjang hidup, serta kesulitan mengelola emosi dalam situasi sosial.

5. Gangguan Spektrum Autisme (Autism Spectrum Disorder/ASD)

Ciri-ciri:

Kesulitan dalam berinteraksi sosial, komunikasi verbal dan non-verbal yang terbatas, serta ketertarikan pada rutinitas yang sangat kaku.

Individu dengan ASD mungkin kesulitan mengenali atau mengekspresikan emosi dengan cara yang sesuai dengan norma sosial.

Penyebab:

Faktor genetik dan perubahan dalam perkembangan otak yang memengaruhi kemampuan sosial dan komunikasi.

Dampak:

Kesulitan dalam membangun dan mempertahankan hubungan sosial, serta tantangan dalam mengelola emosi yang mungkin memengaruhi kualitas hidup.

6. Gangguan Depersonalisasi-Derealitasasi

Ciri-ciri:

Individu merasa terlepas dari dirinya sendiri (depersonalisasi) atau dunia di sekitar mereka tampak tidak nyata (derealitasasi).

Pengalaman ini dapat menyebabkan perasaan terasing dan kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain.

Penyebab:

Stres berat, trauma, atau gangguan kecemasan.

Dampak:

Gangguan ini dapat menyebabkan masalah dalam membentuk hubungan sosial yang nyata, serta kesulitan dalam mengelola emosi.

7. Gangguan Identitas Diri (Identity Disorder)

Ciri-ciri:

Ketidakjelasan dalam memahami siapa diri mereka dan perasaan tentang identitas pribadi yang terfragmentasi.

Perasaan kebingungannya dapat memengaruhi cara individu berinteraksi dengan orang lain.

Penyebab:

Pengalaman trauma berat di masa kecil atau pengasuhan yang tidak mendukung perkembangan identitas yang stabil.

Dampak:

Kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang kuat dan mempertahankan kepercayaan diri.

8. Gangguan Persepsi Sosial (Social Perception Disorder)

Ciri-ciri:

Kesulitan dalam memahami isyarat sosial, seperti ekspresi wajah, nada suara, atau bahasa tubuh, yang memengaruhi kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.

Individu mungkin merasa cemas atau bingung dalam situasi sosial karena mereka tidak dapat membaca petunjuk sosial dengan benar.

Penyebab:

Gangguan neurologis atau perkembangan, serta pengalaman sosial yang terbatas.

Dampak:

Gangguan ini dapat menghambat kemampuan untuk berhubungan secara efektif dengan orang lain, serta menyebabkan kecemasan sosial.

Faktor Penyebab Gangguan Sosial-Emosional

Faktor Genetik:

Beberapa gangguan sosial-emosional, seperti gangguan kecemasan atau gangguan mood, dapat memiliki faktor genetik yang kuat, yang memengaruhi respons individu terhadap stres dan emosi.

Faktor Lingkungan:

Pengalaman masa kecil, termasuk pengasuhan yang tidak stabil, kekerasan, atau pengabaian, dapat menyebabkan gangguan perkembangan sosial-emosional.

Lingkungan sosial yang penuh stres atau konflik juga dapat berkontribusi pada gangguan ini.

Faktor Sosial dan Budaya:

Norma budaya yang tidak mendukung atau tekanan sosial yang tinggi dapat menyebabkan kesulitan dalam pengelolaan emosi dan hubungan interpersonal.

Gangguan dalam perkembangan sosial-emosional dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain, mengelola emosi, dan membangun hubungan yang sehat. Faktor penyebabnya sangat beragam, mulai dari genetika hingga lingkungan sosial dan pengalaman hidup. Penanganan yang tepat melalui dukungan emosional, pendidikan sosial, dan terapi dapat membantu individu mengatasi gangguan ini dan mengembangkan keterampilan sosial-emosional yang lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun