Matematika seringkali menjadi "monster" bagi semua kalangan. Padahal, matematika sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya, transaksi antara penjual dan pembeli yang memuat negosiasi, diskon, dan juga laba-rugi. Bahkan, saat kita berkendara pun akan berhubungan dengan kecepatan yang ditunjukkan dengan angka yang merupakan bagian dari matematika.Â
Kita tak dapat melepaskan diri dari pengaruh matematika. Namun, apakah pembelajaran matematika di semua tingkat pendidikan berjalan sesuai dengan yang diharapkan?.Â
Fakta di lapangan, terlepas dari ketakutan para peserta didik terhadap matematika dan juga rendahnya minat dan bakat mereka karena kurang di fasilitasi, ternyata ada beberapa faktor yang menjadi problematika dalam keefektifan pembelajaran matematika.Â
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, terdapat 53 responden yang andil dalam pengumpulan data yang dilakukan secara daring, dan 3 narasumber yang dimintai informasi melalui wawancara. Â Responden berasal dari berbagai tingkatan dimulai dari tingkat dasar, menengah, sampai dengan lanjut.Â
Berikut penulis sajikan data yang diperoleh dari hasil observasi secara daring (hasil terlampir).Â
Dari keseluruhan data yang telah diperoleh, terdapat 35,8% atau 18 dari 53 responden yang tidak tertarik dengan matematika. Alasan mengapa responden tidak tertarik dengan matematika diantaranya adalah :
1. Kurangnya Kebebasan Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran.
Responden mengungkapkan bahwa terjadi kurangnya kebebasan peserta didik dalam proses pembelajaran. Sebagian besar responden mengungkapkan bahwa, kebebasan memecahkan masalah dan solusi serta bereksperimen menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam pembelajaran matematika. Karena dengan hadirnya eksperimen dan juga problem solving menjadikan para peserta didik lebih terlatih dalam menciptakan bukan hanya sekedar menggunakan. Dengan kata lain, dalam kerangka berpikir peserta didik akan bermunculan kata "bagaimana cara menyelesaikan masalah" bukan "apa rumus yang dapat menyelesaikan masalah".
Artinya, peserta didik lebih nyaman untuk menciptakan hipotesis yang akan diujikan kebenarannya daripada harus menggunakan rumus yang siap digunakan. Hal ini sesuai dengan salah satu aliran dalam filsafat matematika yaitu progresivisme di mana pembelajaran ini dilakukan dengan lebih menekankan penggabungan fakta daripada hasil akhir.Â
2. Media Pembelajaran yang Membuat Jenuh.
Media pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran. Menurut responden, media pembelajaran yang inovatif dan interaktif memberikan kesenangan tersendiri saat pembelajaran berlangsung.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menciptakan permainan yang dapat menunjang pemahaman peserta didik. Media pembelajaran yang mengikuti trend dan juga perkembangan zaman juga terbukti dapat memberikan efek jangka panjang yang mampu meningkatkan pemahaman peserta didik.Â
3. Ketidaksesuaian Penjelasan dengan Soal Ujian.
Sebagian besar koresponden mengungkapkan bahwa ketidaksesuaian penjelasan dengan soal yang dirugikan adalah hal yang paling sering terjadi saat pembelajaran matematika. Hal ini mungkin didukung dengan kurangnya pemahaman peserta didik saat guru menjelaskan. Oleh karena itu, diperlukan adanya komunikasi dan interaksi timbal balik antara peserta didik dan guru untuk memastikan seberapa tingkat pemahaman peserta didik.Â
Lalu, bagaimana mengatasi problematika pembelajaran matematika agar berjalan sesuai dengan target pembelajaran?.Â
Berdasarkan alasan yang telah dikemukakan oleh responden yang tidak tertarik dengan matematika, penulis juga melakukan wawancara untuk meminta informasi dan pendapat terhadap responden agar problematika pembelajaran matematika dapat terlaksana sesuai harapan.
Berikut hasil wawancara yang telah dilakukan mengenai solusi problematika pembelajaran matematika.Â
1. Menghadirkan Wadah untuk Menampung Aspirasi tentang Evaluasi Pembelajaran antara Peserta Didik dan Guru.Â
Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan kertas yang nanti isinya pendapat terhadap materi mana yang sudah paham dan mana yang belum paham, dan juga evaluasi kesesuaian tentang penyampaian materi pembelajaran yang dilakukan oleh guru apakah sudah sesuai dengan cara belajar peserta didik. Kemudian, diharapkan pendapat-pendapat peserta didik tersebut dijadikan sebagai bahan acuan untuk pembelajaran selanjutnya.Â
2. Menciptakan permainan berbasis pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman.Â
Responden menyatakan bahwa pembelajaran yang diisi dengan penjelasan membosankan. Oleh karena itu, responden memberikan saran untuk menciptakan permainan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Seperti yang telah kita ketahui perkembangan teknologi sangat pesat, oleh karena itu cara pembelajaran yang kurang mengikuti zaman dinilai membosankan.Â
Hadirnya media sosial berbasis video contohnya, dapat memberikan banyak inovasi untuk guru dalam menciptakan permainan dan media pembelajaran yang sesuai dengan generasi milenial.Â
3. Memberikan Kebebasan terhadap Peserta Didik dalam Menyelesaikan Suatu Permasalahan.
Memberikan kebebasan terhadap peserta didik dipercayai mampu untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dalam pembelajaran. Karena saat mereka dipersilahkan untuk mengemukakan pendapat dan menciptakan suatu hipotesis, kerangka berpikir peserta didik akan mengolah informasi-informasi yang mana akan dibuktikan kebenarannya dalam proses penyelesaian masalah tersebut.
Meningkatnya kerangka berpikir peserta didik akan memberikan efek jangka panjang dalam ingatan karena mereka akan melakukan, menemukan dan juga menyimpulkan daripada proses pembelajaran yang dilakukan dengan cara menghafal yang mana peserta didik akan ikut terlibat langsung bukan hanya sekedar mendengarkan.Â
4. Menciptakan Situasi Pembelajaran yang Menciptakan Hubungan Timbal Balik.
Situasi pembelajaran yang menciptakan hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik diperlukan guna kelancaran proses pembelajaran. Artinya, harus ada adaptasi antara gaya mengajar guru dengan gaya belajar peserta didik. Karena antara peserta didik dengan peserta didik lainnya akan memiliki gaya belajar yang berbeda begitu pula dengan cara mengajar guru. Sehingga diperlukan adanya adaptasi agar terciptanya situasi pembelajaran yang seimbang dan menciptakan hubungan timbal balik antara kedua belah pihak.
Lalu bagaimana caranya?.
Hal ini dapat diciptakan melalui proses sharing sebelum dan sesudah memulai pembelajaran. Sharing dapat dilakukan melalui beberapa hal seperti pengalaman, kebiasaan, dan juga saling terbuka. Dari proses sharing, maka akan tercipta suatu proses pembelajaran yang seimbang di mana tidak ada ketakutan dari peserta didik kepada guru yang dapat menyebabkan konsentrasi terganggu. Begitu pula guru, nantinya guru akan mampu menganalisis problem apa yang sering dihadapi oleh peserta didik dan cara apa yang cocok untuk mengatasi problem tersebut.Â
Dari keseluruhan data dan informasi yang telah penulis dapat, didapat bahwa pembelajaran matematika di Indonesia sering mengalami problematika dalam proses pembelajarannya. Sehingga dari problematika tersebut, peserta didik memiliki minat yang rendah terhadap pembelajaran matematika.Â
Seringkali matematika menjadi pelajaran yang tidak disukai di berbagai jenjang karena di tingkat dasar mereka sudah menghadapi problematika dan tidak mengerti cara mengatasi problematika tersebut. Hal tersebut berkelanjutan hingga tingkat menengah maupun lanjut. Karena problematika yang tidak menemui jalan terang, maka mereka akan mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran-pembelajaran selanjutnya.Â
Diharapkan solusi di atas dapat membantu para guru dan juga peserta didik dalam mengatasi problematika pembelajaran matematika di berbagai tingkatan. Sehingga, di masa yang akan datang matematika bukan menjadi sesuatu yang mengerikan justru matematika menjadi sesuatu yang menyenangkan.Â
Kunci dari kesuksesan pembelajaran bukan dari salah satu pihak tetapi dari kedua belah pihak, sehingga dapat tercipta keseimbangan dan keadilan yang menjadikan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik.Â
"Jika orang tidak percaya betapa sederhananya matematika, itu karenaÂ
mereka tidak menyadari betapa rumitnya hidup." - John von Neumann
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI