Meski tak jarang mereka menoreh luka dan kecewa, aku tetap berdiri di sini. Di sisi mereka. Mungkin inikah yang disebut cinta tak bersyarat?
Berapa kali air mata ini menitik karena mereka, namun pada akhirnya ku tetap mengulurkan tangan di saat mereka jatuh. Aku tetap memberikan pelukan terhangat di saat mereka minta untuk meredakan rindu pada ibu yang nun jauh di sana.
Layaknya ibu yang mencintai sang buah hati. Sehebat apapun amarah, sebesar apapun kecewa, segenggam cinta tetaplah utuh tak terkikis meski segaris.
Itu lah aku pada mereka, anak rantau yang ku cintai layaknya anak yang terlahir dari rahimku.
Sebagian orang bertanya, mengapa bisa aku bertahan di sini? Bagaimana bisa aku tetap tersenyum setelah mereka mencipta tangis untukku? Bagaimana ku mampu tetap memberikan pelukan setelah mereka mencoba menikamku dari belakang? Barisan tanya mengapa dan bagaimana yang lainnya seringkali ku hadapi.
Jawabku pun akan selalu sama, "entahlah, mungkin inikah yang disebut cinta tak bersyarat?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H