Wajahnya masih bersemangat. Rasa lelah tak terlihat dari raut mukanya yang sudah hitam terpanggang matahari. Kata lelah tak bisa mengalahkan semangat abah untuk mencari rupiah. Mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, ia rela menjalani profesinya sebagai tukang parkir demi menghidupi istri dan anaknya.
Abah tersebut bernama Nemin (70), merupakan ayah dari tujuh orang anak hasil penikahan dengan istrinya bernama Habsah. Nemin merupakan anak terakhir dari 5 bersaudara. Ia ditinggalkan ayahnya sejak remaja. Hal tersebut membuat Nemin berhenti sekolah, karna tidak ada yang membiayai selain ayahnya. Nemin berpikir bahwa ia harus hidup mandiri dan membantu kakaknya untuk mencari nafkah. Nemin tidak memiliki pekerjaan, pendidikan terakhirnya yang tidak sampai tamat SMP membuatnya sulit mencari pekerjaan.Â
Pada saat itu terjadi pertikaian antara Nemin dengan kakaknya. Hal itu terjadi karna perebutan warisan. Dari banyaknya tanah yang dijual, Nemin hanya mendapakan uang dua ratus ribu dari kakaknya. Padahal ia sudah merawat orang tua dengan hasil jerih payahnya. Hal itulah yang membuat Nemin kesal dan marah. Namun ia tak mau membuat masalah hanya karna warisan.
Mengingat adanya istri dan anak di rumah, Nemin pantang menyerah dan terus berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. Hingga akhirnya, Nemin pun mendapatkan pekerjaan sebagai kuli bagunan. Ia menjadi kuli bagunan hanya 3 bulan saja, karna proyek pembangunannya sudah selesai. Nemin pun kembali menjadi pengangguran.
Sekian lamanya menjadi pengangguran, Nemin pun dapat panggilan menjadi satpam di Jakarta. Ia sangat bersyukur karna mendapat pekerjaan tersebut. Dengan pekerjaan itu, Nemin dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keperluan anak-anak sekolah. Namun pekerjaan tersebut hanya bertahan selama 3 tahun.
Setelah Nemin berhenti menjadi satpam, ia memutuskan untuk berjualan keliling. Nemin pernah menjadi penjual emas keliling, namun sayangnya ia tertipu oleh orang China yang menggunakan kendaraan mobil. Orang China tersebut menggambil emas yang dibawa oleh Nemin. Ia hanya bisa pasrah dan mengikhlaskan kejadian tersebut dan menjadikan pelajaran untuknya. Selain itu, Nemin juga menjadi penjual sayur keliling. Ia mengelilingi komplek swadaya, tempat singgah pelanggan setia. Namun pekerjaan itu hanya bertahan 2 tahun, karna saat itu Nemin terkena penyakit stroke. Hal tersebut membuat Nemin bersedih, karna ia harus terbaring di kamar dan hanya berdiam diri. Ia dirawat sang istri, penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang. Bertahun-tahun lamanya, Nemin pun sudah bisa berjalan, meskipun sedikit pincang. Hal tersebut tidak membuat semangatnya menurun.
Dengan kondisi ekonomi seperti ini, Nemin berusaha dengan baik mengatur pengeluaran yang diperlukan. Sulitnya menjalani kehidupan, tak menjadikannya lemah, karena ia sudah dapat banyak pelajaran dari hal tersebut. Nemin mengatakan, apabila pekerjaan selalu dijalani dengan ikhlas, maka akan menjadi berkah.
Di usianya yang ke 70, Nemin sadar bahwa umur semakin habis dimakan waktu. Meskipun wajahnya sudah mulai keriput dan gigi yang hanya tersisa dua, ia masih memiliki semangat yang tinggi. Kaki yang sudah tak sanggup untuk berdiri terlalu lama, membuat dia harus duduk di kursi sambil menjaga motor yang terparkir di sekitar Indomaret. Nemin sudah 2 tahun menjadi tukang parkir di sebuah Indomaret. Berprofesi sebagai tukang parkir, tak sekalipun membuatnya putus asa. Apalagi di tengah sulitnya perekonomian.
"Kadang saya dapat seratus ribu kalau lagi rame, kalau lagi sepi paling cuma lima puluh ribu. Sebagian uangnya saya tabung, untuk keperluan lainnya" ujar Nemin.
Walau dengan penghasilan yang sangat pas-pasan ia tetap bertahan dalam pekerjaannya.
"Meskipun pendapatan saya terbilang minim, demi menghidupi istri dan tujuh buah hati, saya rela kepala menjadi kaki dan kaki menjadi kepala, karena kebahagiaan mereka membuat semangat saya tiada henti" katanya.
Terkadang banyak orang yang menyepelekan pekerjaan menjadi seorang tukang parkir. Tetapi sebenarnya menjadi tukang parkir itu mempunyai tanggung jawab yang besar, bukan hanya mengatur parkir kendaraan agar tersusun rapi tapi juga harus menjaga keamanan kendaraan tersebut.
Nemin tidak memiliki pekerjaan selain menjadi tukang parkir. Senyum ramah selalu terpancar dari  wajah Nemin yang bertempat tinggal tak jauh dari tempat bekerja. Kegigihan dan rasa semangat untuk tetap menjadi kepala keluarga yang bisa menafkahi keluarganya patut untuk kita jadikan motivasi.
Sosok Nemin ini membuktikan bahwa dari kerja kerasnya, ia mampu mencukupi semua kebutuhan keluarganya. Suka duka selama menjalani profesinya begitu banyak menghampirinya. Nemin mengatakan, menjalani hidup harus penuh dengan kesabaran dan ketabahan. Kebahagiaan akan terasa disaat kita mampu membuat orang-orang disekeliling kita tersenyum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H