Teruntuk : Calon ImamkuÂ
Dari     : Calon ma’mummuÂ
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Duhai calon imamku...
Kata basmalah telah kuucap sebagai awal sapaan kita yang mungkin baru pertama kali ini aku menyapamu melalui bait demi bait isi dari suratku. Dengan diitemani sahabat terbaik, yang baru saja kusentuh, dari sekian lama tak pernah bersua dalam larik. Kini ku mulai dengan secercah harapan berbingkai rindu dari Calon Ma'mummu di pulau seberang ini.Â
Terbenam swastamita silih bergantk dengan pekat malam. Heningnya menjadi pelengkap batin untuk menyapamu, wahai calon imamku. Sama halnya dengan suasana hitam langit diatas, ditemani Sang Murabbi dan kawan menulisku, diri tak bisa berbuat apa-apa selain dengan menyapamu melalui sepucuk surat yang insya Allah Sang Maha Cinta sampaikan padamu.
Untukmu wahai calon imamku.
Rindu ini selalu memuncak, tak mampu kubendung bersama lantunan do’a yang sering kupanjatkan disetiap waktu, entah dimanapun dan bagaiamana pun aku berada. Merinduimu adalah suatu hal yang tak pernah dipungkiri, datang secara tiba-tiba dan tak bisa kutolak kehadirannya.
Merinduimu merupakan suatu hal yang istimewa bagiku, karena dengan itu seorang aku mampu bertahan untuk selalu mengharapkanmu dibanding sosok dia yang hadirnya pun belum bisa kukatakan pasti.
Kepadamu ku utarakan. Bahwa aku selalu berangan tentang keadaanmu disana, apakah kamu sedang baik-baik saja? Atau sedang apa kamu disana? Jangankan itu, aku pun sering bertanya bagaimana sifatmu? Apakah kamu selalu berada pada Titah-Nya? Dan apakah kamu juga sedang merinduiku? Bahkan apakah aku selalu  dihadirkan dalam do’a-do’a mu juga? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu hadir dalam anganku ketika sangat merinduimu sosok calon pendampingku.