Mohon tunggu...
Wikan Widyastari
Wikan Widyastari Mohon Tunggu... Wiraswasta - An ordinary mom of 3

Ibu biasa yang bangga dengan 3 anaknya. Suka membaca, menulis,nonton film, berkebun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

MELA

6 Juni 2022   07:45 Diperbarui: 6 Juni 2022   07:51 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan terus mendera kota Jogja. Tak kenal waktu. Kadang di tengah terik, tetiba turun hujan deras. Kadang jelang malam, hujan mengguyur tak henti hingga pagi menjelang. Jogja, tidaklah seromantis yang ornag-orang sering katakan, Terbuat dari rindu, pulang dan angkringan. Jogja yang katanya berhati nyaman. Yang selalu mengundang siapapun yang pernah tinggal disini, untuk kembali. Dan kembali lagi. Jogja, tidak seindah dan senyaman yang digambarkan orang-orang. Paling tidak, itu yang dirasakan Mela.

Sudah  4 tahun Mela tinggal di Jogja, meninggalkan kampungnya di Jawa Barat, yang penuh derita, kelaparan, kekurangan, dengan harapan, dia akan bisa mendapatkan kehidupan yangs edikit lebih baik. 

Sedikit saja. Dia tinggalkan kampungnya, karena merasa ngeri dengan pakde bude nya yang hidup berlimpah namun membuat perjanjian dengan setan. Mela menyaksikan sendiri,betapa berat perjuangan budenya menjelang sakaratul maut, berhari-hari merteriak-teriak, kelimpungan, kesakitan, yang sangat memgerikan bagi yang melihatnya. 

Tak kurang-kurang bacaan ayat-ayat suci Al Quran dibcakan siang dan malam untuk mengurangi penderitaan budenya. Perjuangan yang luar biasa dan sangat melelahkan. 

Mela, tak henti membacakan AL Quran, berganti-ganti dengan saudara-saudaranya yang lain. Kadang, dalam samar, dia melihat penampakan sosok yang mengerikan sedang menginjak Budenya, kadang dalam samar, dia melihat sosok yang mengerikan menyeringai penuh kepuasan. Yang lalu lenyap ketika ayat-ayat suci dibacakan. Ketika pada akhirnya budenya meninggal, semua keluarga telah kelelahan, terkuras fisik dan emosinya. 

Saat itulah Mela memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya, menjemput masa depan dan kehidupan yang lebih tenang. Jogja adalah harapannya.

Mela, menghabiskan tahun pertama dan keduanya nya di sebuah pesantren di Jogja, lalu ketika masa nyantri mondoknya selesai, dia keluar, mencari kosan, dan sambil terus nyantri lepas, dia mengajar mengaji di beberapa keluarga untuk memenuhi kebutuhannya. Membayar kos, makan dan berbagai keperluann lainnya. 

Awalnya semua berjalan dengan lancar. Meski tidak berlebihan, namun penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kadang mampu membeli baju dan keperluan perempuan lainnya. Lalu tetiba, covid19 menyerbu. 

Dunia menjadi porak poranda. Semua orangtua yang mengeleskan anaknya berhenti, takut kena covid. Tak ada kegiatan yang bisa dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Kosan menunggak sampai 2 tahun lamanya. Mela lebih banyak makan di masjid, dan dimanapun dia mendapatkan makanan. Beruntung bahwa ibu kos nya baik dan sering memberinya makan. Terkadang ada kiriman dari bapaknya di kampung. Hanya sedikit, tapi lumayan untuk menambah uang makannya.

2 tahun dalam kesempitan karena covid, Mela merasa sangat lelah. Dia lelah hidup serba kekurangan, dia lelah hidup dalam kesempitan. Dalam tangis-tangis malamnya, dia memohon untuk bisa lepas dari kesulitannya, memohon agar segera mendapatkan jodohnya, agar terbebas dari kemiskinan dan kekurangan yang belum enggan meninggalkannya. 

Dia ingin mendapat bahu untuk ebrsandar, bahu tempat dia bisa melepas semua beban-bebannya. Bahu tempat dia menaruh harap dan mimpi-mimpinya. Kapankah akan datang? Ksatria berbaju putih yang akan mengangkatnya dari gelap menuju terang. Ksatrai berbaju putih yang akan menyulap hidupnya seperti cinderella?

akhir tahun ke dua ketika Covid mereda, berangsur-angsur Mela mendapatkan kembali pekerjaanya sebagai guru privat. Lalu datang orang baik yang memberinya sebuah kamar gratis, dan dia bebas melakukan aktifitasnya, tanpa dibebani apapun. 

Mela bersyukur untuk ini.Paling tidak, dia tak lagi pusing menyisihkan penghasilannya untuk membayar uang kos. Dia juga bebas makan, minum teh tiap pagi dan sore. Apapun yang diletakkan orang baik itu di dapur bebas diambil oleh siapapun yang membutuhkan. 

Mela mulai merasakan sedikit lega di tengah kesempitan yang mengungkungnya selama ini. Dia mulai bisa menjalani hari-harinya dengan lebih santai, lebih bersyukur, lebih nyaman.

Di tengah rasa nyaman dan damai yang mulai dirasakannya,  entah darimana datangnya , tetiba dia mulai merasakan ada yang agak ganjil dengan penglihatannya, kadang dia seperti melihat sesosok samar menatapnya tajam di sudut kamarnya. Sosok yang kemudian lenyap seperti asap ketika dia mulai membaca AL Quran. 

Lalu saat menjelang lelap, seolah dia melihat sosok samar berpakaian hitam mendekatinya, yang segera lenyap pula, ketika dia mengucap doa-doa mohon perlindungan. 

Sosok samar ini, tidak lah bisa terlalu sering menampakkan diri, karena Mela setiap hari membaca Al Quran, mengaji dan melafazkan doa-doa mohon perlindungan dari gangguan jin dan manusia. Namun pada saat-saat lengah, sosok ini seolah menunggu untuk menampakkan dirinya. Entah apapun tujuan  makhluk itu, Mela telah ebrtekad takkan membiarkannya menakutinya.

Lalu datang berita dari kampung halamannya bahwa Pakdenya juga telah meninggal setelah berminggu-minggu saudara-saudaranya berjuang melepaskan jin peliharaanya dari tubuh pakdenya.  Lalu Mela menyadari bahwa perjuangannya untuk mengusir makhluk itu masih panjang......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun