Mohon tunggu...
Wiji Moh Arwan
Wiji Moh Arwan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Ikatlah Ilmu Dengan Munuliskannya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenakalan Remaja, Siapa Yang Bertanggung Jawab?

6 Desember 2022   09:40 Diperbarui: 10 Desember 2022   14:37 4215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Akhir-akhir ini dunia pendidikan Indonesia tercoreng dengan maraknya kasus pembulian dan perundungan fisik maupun verbal di dunia pendidikan, anak SMP kota Bandung Jawa Barat yang membuli dengan kekerasan visik dan Kabupaten Tapanuli Sumatra Utara dengan 6 pelajar yang menendang orang yang sudah tua. 

Kejadian pembulian dengan kekerasan bukan hal yang baru di duania pendidikan kita, melalui perbincangan dan juga keluhan temen-temen pengajar dari dosen hingga guru merasasangat miris dengan keadaan anak-anak sekolah sekarang, mulai tingkat dasar sampai menengah hingga mahasiswa. Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah hingga lembaga untuk meminimalisir kejadian serupa. 

Anggaran 20% untuk pendidikan hingga pergantian kurikulum belum juga mampu membentuk generasi muda kita menjadi lebih baik. Berdasarkan data KPAI pada tahun 2022 ada 226 kasus kekerasan fisik, psikis termasuk perundungan (kompas.com, 24 Juli 2022). 

Masalah ini memang sangat serius, dan kita sebagai pendidik harus mempu memberikan yang terbaik untuk pendidikan kita. Pesan Presiden Joko Widodo yang kemarin hadir di puncak peringatan HUT ke-77 PGRI dan Hari Guru Nasional 2022 “Guru menjadi tumpuan kita menempa anak bangsa”

Saya sebagai guru merasa sudah melakukan apapun demi  kemajuan pendidikan, adakah yang salah generasi muda kita? Lalu ada apa dengan generasi muda kita? Ada apa dengan prilaku remaja-remaja negeri ini yang kian hari justru malah membuat hati semakin miris? Ada apa dengan pendidikan kita?

Kira-kira pertanyaan seperti inlah yang selalu muncul dalam setiap diskusi temen2 pengajar, sebagai penulis sebenarnya prihatin dengan masa depan dunia pendidikan yang kian hari dikejutkan dengan kejadian yang menghebohkan. Orientasi pendidikan saya nilai sudah meloncat dari nilai-nilai luhur budaya dan adat istiadat kesantunan yang seharusnya diterapkan dan terus dimaksimalkan, tetapi zaman sudah berbeda, guru sudah tidak bisa bertindak tegas lagi seperti dulu. 

Dulu zaman saya sekolah ditegur dengan keras guru itu biasa, dengan ditegur dengan keras hingga mengambil tindakan pendisiplinan adalah hal yang wajar. Saya yakin guru ketika ambil tindakan masih tetap dalam koridornya. Atinya “unggah ungguh” masih tetap terjaga karena murid takut dengan gurunya..

Sekarang zaman sudah berbeda..ada KOMNAS HAM dan Undang-Undang perlindungan anak yang menjadikan guru dilema karena takut dilaporkan orang tua wali. Dengan seperti ini anak sekolah menjadi banyak yang lupa diri batasan guru dan murid.

Saya pernah membaca kitab Mahabarata dan wisnupurwa kitab sucinya orang hindu. Ada zaman dimana kutukan krisna terhadap Aswatama dibuat busuk yang tidak akan mati sampai zaman kaliyuga. Zaman ini disebutkan Guru akan dilawan para muridnya, pelajarannya akan dicela juga oleh para muridnya.”hmmmm” bener tidaknya saya tidak tahu tapi saya berfikir zaman itu bener-bener terjadi saat ini. Para guru pasti lebih faham soal kenakalan anak-anak sekolah sekarang, bukan netizen, kerana guru yang selama ini mengajar dan mendidik siswa-siswinya disekolah.

Kenakalan remaja/anak-anak sekolah bawaan lahir atau pengaruh lingkungan?

Mengutip penjelasan psikolog, fenomena ini dapat disimpulkan 2 faktor yaitu internal dan eksternal, faktor internal yang dimaksud psikolog ini adalah faktor yang datang dari dalam diri remaja itu sendiri yang kemudian mendorong seorang anak untuk berprilaku seperti demikian. Pengaruh struktur diri manusia dibentuk oleh 3 komponen dasar yaitu Insting/naluri, EGO dan SEPEREGO. Naluri dibentuk dari 2 golongan yg dinamakan Eros dan Thanatos. Eros memberikan stimulan kepada diri untuk memperoleh hal positif seperti makan dan berkembang biak. 

Sedangkan Thanatos mendorong hal-hal negatif. Mekanisme kerja naluri dikontrol oleh EGO (rasionalitas) dan SUPEREGO (norma), bila ego dan superego tidak berfungsi dengan baik maka naluri akan melahirkan karakteristik manusia yang berprilaku hewan karena hanya bertumpu pada dorongan naluri tanpa diberengi dengan akal dan nilai-nilai kemanusian. Mungkin ini sedikit penjelasan dari aspek psikologis menurut sumber yang saya baca.

Jika kita bandingkan dengan aspek teologis khususnya islam juga sebenarnya dibenarkan kok. Mari kita lihat!

Didalam (QS- As-Syams 7-8) bahwa manusia memang diciptakan degan sisi dalamnya, yang memiliki potensi untuk dapat menangkap makna baik dan buruk serta mendorong manusia untuk melakukan kebaikan dan keburukan. Filsuf China juga mengemukakan manusia terlahir dengan potensi alam yang condong mencintai kebaikan. Jika begitu lantas apa yang menyebabkan dominasi naluri negatif/keburukan kemudian menang dan memprakarsai perilaku-perilaku kurang terpuji yang saat ini ditampilkan generasi-generasi muda dan anak-anak itu?

Akan tetapi jika potensi ini tidak didasari dengan pendidikan dan sosialisasi yang benar, maka manusia akan berubah menjadi hewan atau bahkan jauh lebih buruk daripada itu. Di sinilah sebenarnya yang kita maksud faktor Eksternal yaitu Keluarga, sekolah, ekosistem sosial sebagai tempat tumbuhnya anak yang memberikan pengaruh signifikan terhadap pembentukan karakter mereka, anak bisa tampil menjadi pribadi dengan budi pekerti luhur, atau pula bisa lebih ganas daripada hewan, tergantung kondisi sosial yang mereka hadapi. Tidak heran bahwa banyak orang menyebutkan bahwa fenomena kenakalan anak sebenarnya bermula dari rentetan masalah sosial yang saling berkaitan satu sama lain. Bisa keluarga, lingkungan masyarakat, pergaulan hingga pendidikan yg bisa menjadi pemicu penyebab nakalnya anak sekarang. Disisi lain kemajuan teknologi dari internet, HP juga ikut merubah tradisi-tardisi negatif kedalam pikiran anak-anak degan budaya yang tidak baik seprti seks babas, narkoba, kekerasan, tidak punya tata krama dll.

Hal-hal inilah yang kemudian menarik sisi gelap dalam diri anak-anak sekarang. Sampai disini kemudian saya berfikir!!!

Apa jangan-jangan remaja dan anak-anak itu sendiri sebenarnya korban dari perubahan zaman, realitas hidup, korban dari berbagai ketimpangan-ketimpangan politik, sosial, pendidikan yang sebenarnya diciptakan oleh manusia sendiri??

Wallahu a’lamubissowaab....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun