Mohon tunggu...
Wiji Astuti
Wiji Astuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bosan Belajar Daring, Mahasiswa KKN Undip Anak-anak Membuat Slime

10 Agustus 2021   09:05 Diperbarui: 10 Agustus 2021   09:07 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama anak-anak setelah membuat slime (Dokpri)

Semarang (10/08/2021) -- Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu kegiatan intrakurikuler wajib yang memadukan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan metode pemberian pengalaman belajar dan bekerja kepada mahasiswa dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. 

Dasar pelaksanaan KKN Universitas Diponegoro didasarkan dari tiga aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu aspek Pendidikan/ Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat.

KKN Undip Tim II Tahun 2020/2021 dilaksanakan pada tanggal 30 Juni 2021 hingga 12 Agustus 2021. Berbeda dengan pelaksanaan KKN biasanya, kali ini pelaksanaan KKN dilakukan secara mandiri di domisili masing-masing mahasiswa. Hal ini dikarenakan kondisi pandemi yang tidak kunjung selesai, sehingga pelaksanaannya dilakukan secara mandiri. 

KKN Undip kali ini mengusung tema "Sinergi Perguruan Tinggi dengan Masyarakat di masa Pandemi Covid-19 berbasis pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) melalui Kegiatan Kuliah Kerja Nyata".

Sejak pandemi Covid-19, Pemerintah Indonesia memberlakukan kebijakan kepada masyarakat di Indonesia untuk menerapkan social distancing dan physical distancing.Salah satu kebijakan yang diambil yaitu dilakukannya kegiatan belajar daring bagi seluruh pelajar di Indonesia. 

Kebijakan belajar dari rumah menjadi satu solusi untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 kluster sekolah. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran daring, seluruh aktivitas siswa dilakukan dari rumah. 

Ketika pembelajaran sedang dimulai, guru dapat memberikan dan menjelaskan materi melalui beberapa platform aplikasi yang menunjang seperti WhatsApp, Zoom, Google Meet, Google Classroom, Microsoft Office 365 for Education, dan lain sebagainya. Sampai saat ini, kegiatan belajar daring telah dilaksanakan selama kurang lebih satu tahun lima bulan.

Kondisi saat ini, tentunya tidak mudah bagi anak. Masyarakat menilai bahwa pembelajaran daring kurang efektif untuk dilakukan. Siswa merasa kesulitan dalam memahami materi, beban tugas yang diberikan oleh guru semakin banyak, tidak ada teman belajar saat pembelajaran daring, dan berkurangnya konsentrasi belajar siswa. 

Pembelajaran daring menjadi hal yang menantang bagi anak-anak dan dapat mengakibatkan adanya tekanan psikologis. Beberapa tekanan psikologis yang dapat dialami oleh anak seperti bosan dan jenuh dengan sistem pembelajaran daring, stress akademik yang diakibatkan oleh beban tugas yang semakin banyak dan kesulitan dalam memahami materi, dan kegiatan sosialisasi dengan teman-teman menjadi terbatas.

Beberapa kondisi masalah tersebut, salah satu mahasiswa Undip yang bernama Wiji Astuti dari program studi S1 Psikologi 2018 membuat program kegiatan yaitu mengajak anak-anak usia sekolah di Kelurahan Karangroto Kecamatan Genuk untuk membuat slime. 

Di kalangan anak-anak, slime merupakan mainan yang sedang populer. Meskipun sekilas bentuknya yang lembek, namun banyak anak yang sangat menyukainya.

Slime merupakan sebuah permainan yang terbuat dari bahan baku lem dan campuran activator. Slime pertama kali diperkenalkan oleh Mattel, yakni sebuah perusahaan mainan dari California tahun 1976. Selain untuk mainan anak, slime juga dipercaya dapat memberikan manfaat dalam menenangkan perasaan, melatih kreativitas anak, meredakan stress dan juga dapat menyalurkan emosi pada anak.

Bahan-bahan untuk membuat slime pun sangat mudah ditemukan. Dalam pelaksanaan program kegiatan, hanya dibutuhkan tiga bahan saja, yaitu lem povinal, gom yang dilarutkan dalam air, dan pewarna makanan.

Bahan-bahan untuk membuat slime (Dokpri)
Bahan-bahan untuk membuat slime (Dokpri)

Adapun langkah-langkah untuk membuat slime, yaitu :

  1. Masukkan lem povinal kedalam wadah
  2. Siapkan air yang kemudian ditetesi gom (yang disebut dengan slime activator)
  3. Campur lem povinal dengan air yang sudah dilaruti gom (slime activator)
  4. Lalu aduk-aduk hingga membentuk slime
  5. Apabila slime masih lengket, tambahkan slime activator
  6. Setelah slime tidak lengket, campurkan pewarna secukupnya
  7. Slime sudah jadi

Pelaksanaan Program Kegiatan (Dokpri)
Pelaksanaan Program Kegiatan (Dokpri)

Kegiatan dilakukan pada hari Selasa, 27 Juli 2021 dan diikuti oleh delapan orang anak. Pelaksanaan membuat slime tetap memperhatikan protokol kesehatan, yaitu menggunakan masker, menjaga jarak, dan memakai hand sanitizer. Pelaksanaan program kegiatan mendapatkan respon yang baik dari anak maupun orang tua. 

Bahkan anak-anak berharap adanya kegiatan membuat sesuatu dikemudian hari. Anak-anak mengatakan jika kegiatan seperti ini dapat melepaskan rasa bosan dan jenuh dengan kegiatan pembelajaran daring.

Penulis : Wiji Astuti (Fakultas Psikologi 2018)

DPL : Sukiswo, S.T., M.T

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun