Mohon tunggu...
Wijia Prasetya
Wijia Prasetya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

aku suka apapun, asal tidak memberatkan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Analisis Naskah Drama "Sepasang Merpati Tua"

26 November 2024   16:28 Diperbarui: 26 November 2024   16:37 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar kata "Sepasang merpati tua" mungkin banyak orang yang mengira bahwa hal tersebut menggambarkan tentang sepasang burung merpati yang hidup bersama hingga tua.

Tapi pada dasarnya kata itu sering kali digunakan sebagai ungkapan atau metafora untuk menggambarkan pasangan yang sudah lanjut usia, yang masih saling mencintai dan setia satu sama lain hingga mereka tua. Merpati juga dikenal sebagai simbol kesetiaan dan kasih sayang.

Sepasang Merpati Tua sebenarnya adalah sebuah drama musikal yang menggambarkan kisah tentang pasangan suami-istri yang telah lama menjalani kehidupan bersama.

Pada naskah drama “Sepasang Merpati Tua” karya Bakdi Soemanto. Karya ini merupakan karya yang menggambarkan kehidupan pasangan suami istri yang telah hidup bersama hingga tua. Drama ini menggali tema tentang cinta, usia tua, dan peran pasangan dalam menghadapi kehidupan bersama.

Drama ini menggambarkan sebuah cerita yang bertemakan cinta yang abadi, kesetiaan, dan tantangan yang datang seiring berjalannya waktu dalam sebuah hubungan. Cerita tentang dua karakter utama yang telah tua, namun tetap saling mencintai dan mendukung satu sama lain.

Berikut adalah beberapa aspek yang dapat dianalisis dari drama ini:

1. Tema

Tema utama dalam “Sepasang Merpati Tua” adalah tentang perjalanan hidup sebuah pasangan suami istri yang telah tua, namun masih berusaha mempertahankan cinta mereka yang tulus. Drama ini juga membahas mengenai perasaan kesepian, perubahan fisik, dan emosional yang terjadi pada usia senja, serta tantangan dalam mempertahankan hubungan yang telah terjalin lama.

2. Tokoh dan Penokohan

Tokoh utama dalam drama ini adalah pasangan suami istri yang sudah lanjut usia. Masing-masing tokoh memiliki karakteristik yang saling melengkapi. Tokoh suami bisa digambarkan sebagai pria yang penuh kasih, tetapi juga menunjukkan kerentanan fisik dan emosional. Sementara tokoh si istri digambarkan sebagai wanita yang setia, penuh perhatian, namun juga mengalami perasaan kesepian dan kehilangan kekuatan fisik.

Penokohan dalam drama ini lebih berfokus pada dinamika emosional dan psikologis pasangan tersebut, menggambarkan bagaimana mereka saling mendukung meskipun menghadapi berbagai tantangan.

3. Alur

Alur dalam drama ini cenderung sederhana dan mengalir. Cerita berfokus pada kehidupan sehari-hari pasangan tersebut, dengan menyoroti percakapan-percakapan yang penuh makna dan refleksi tentang hidup yang telah mereka jalani. Alur cerita ini mengalir secara linear, dengan dialog-dialog yang lebih mengedepankan kedalaman emosional daripada konflik eksternal yang besar.

4. Setting

Setting dalam drama ini kemungkinan besar berada di rumah pasangan tersebut, menciptakan suasana yang intim dan melankolis. Latar ini mendukung tema yang diangkat, yaitu kehidupan sehari-hari pasangan yang sudah lanjut usia, dengan ruang yang menjadi saksi bisu perjalanan panjang hidup mereka.

5. Pesan Moral

Salah satu pesan moral yang terkandung dalam drama ini adalah tentang pentingnya menjaga dan menghargai hubungan dalam kehidupan, terutama saat memasuki usia tua. Drama ini mengajarkan kita tentang apa itu arti kesetiaan, pengertian, dan cinta yang tak lekang oleh waktu. Dalam usia senja, cinta tidak hanya tentang fisik, tetapi juga tentang kebersamaan, kenangan, dan saling mendukung satu sama lain.

6. Bahasa dan Gaya Penulisan

Gaya bahasa yang digunakan dalam drama “Sepasang Merpati Tua” cenderung puitis dan penuh dengan simbolisme. Bakdi Soemanto menggunakan dialog yang mengandung banyak makna, mengundang pemikiran mendalam tentang kehidupan dan hubungan manusia. Bahasa yang digunakan juga terasa alami, sesuai dengan karakter para tokoh yang sudah lanjut usia, dan penuh dengan kesan melankolis.

7. Konflik

Konflik dalam drama ini tidak bersifat eksternal, tetapi lebih kepada konflik batin dan emosional yang dialami oleh pasangan tersebut. Mereka berjuang dengan kenyataan bahwa usia mereka semakin tua, fisik mereka semakin lemah, dan waktu yang tersisa semakin terbatas. Konflik ini muncul dalam bentuk dialog yang menggambarkan ketakutan akan kehilangan, perasaan kesepian, dan refleksi terhadap masa lalu.

8. Simbolisme

Sepasang merpati tua dalam judul drama ini berfungsi sebagai simbol dari pasangan yang telah menua bersama dan saling mendukung sepanjang hidup mereka. Merpati dalam budaya banyak dianggap sebagai simbol kesetiaan dan cinta yang abadi, yang merupakan gambaran yang tepat untuk hubungan pasangan dalam cerita ini.

“Sepasang Merpati Tua” adalah sebuah drama yang mengangkat tema tentang cinta yang abadi dan bagaimana pasangan yang sudah tua harus menghadapi kenyataan hidup yang semakin sulit. Dengan menggambarkan kehidupan sehari-hari yang penuh dengan emosi dan refleksi, naskah ini berhasil menyentuh hati pembaca atau penonton yang dapat merasakan kedalaman hubungan antara dua individu yang telah mengarungi hidup bersama dalam waktu yang lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun