Mohon tunggu...
Muhammad Wijdan
Muhammad Wijdan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Insya Allah Lulus

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Radikalisme dan Solusinya

12 Juli 2020   14:42 Diperbarui: 31 Mei 2021   15:13 2752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui tentang radikalisme dan solusinya (unsplash/inaki del olmo)

Radikalisme adalah suatu ideologi (ide atau gagasan) dan paham, yang ingin melakukan perubahan pada sistem sosial serta politik, dengan menggunakan kekerasan dan cara-cara ekstrim, Radikalisme juga kerap dikaitkan dengan terorisme, karena kelompok radikal dapat melakukan cara apa pun, agar keinginannya tercapai, termasuk meneror pihak yang tidak sepaham dengan mereka.

Fenomena radikalisme sudah masuk dunia pendidikan melalui berbagai bentuk media dan metode. Melawan radikalisme tidak hanya dengan tindakan, tetapi juga upaya preventif sejak dini agar paham dan gerakan radikalisme tidak muncul, terlebih bagi anak-anak usia sekolah. Oleh karena itu, perlu adanya strategi dalam menangkal radikalisme.  

Lantas bagaimana Cara atau solusi agar Kita terhindar Dari Radikalisme tersebut? Yakni dengan pendidikan, Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mencapai kesuksesan dan kemajuan generasi yang gemilang. Hingga saat ini, pendidikan masih dianggap sebagai alat yang strategis dalam membina tunas-tunas bangsa.  

Dengan demikian, pendidikan dapat dijadikan sebagai solusi atas persoalan gerakan radikalisme yang semakin luas. Khususnya, gerakan radikalisme yang sudah mulai merekrut kalangan muda, bahkan anak-anak. 

Baca juga : Pancasila Sebagai Obat Penangkal Radikalisme

Salah satu pendidikan Yang dimaksud  yaitu Pendidikan Agama Islam Di Sekolah,Menurut Zakiah Djarajat dalam bukunya Yang berjudul "Ilmu Pendidikan Islam" megatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik.

Agar setelah selesai pendidikan peserta didik dapat memahami, menghayati, dan dapat mengamalkan ajaran agama Islam secara menyeluruh. Serta menjadikan agama Islam sebagai pedoman dalam hidupnya, baik di dunia atau pun di akhirat.  

Lalu Ada pun pengertian Pendidikan Agama Islam menurut Haidar Putra didalam bukunya Yang berjudul "Pemberdayaan pendidikan agama Islam Di sekolah" menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik yang berasaskan Islam dalam mengamalkan ajaran agama Islam, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jenjang, jalur, dan jenis pendidikan.

Tujuan diterapkannya Pendidikan Agama Islam di sekolah yaitu terbentuknya peserta didik yang memiliki kepribadian yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah, serta tertanam nilai-nilai akhlaq yang mulia dan budi pekerti kukuh yang tercermin dalam keseluruhan sikap perilaku sehari-hari, untuk selanjutnya memberi corak bagi pembentukan watak bangsa.  

Baca juga : Meneladani Sikap Kritis Guru Tua sebagai Penangkal Radikalisme dan Ekstrimisme

Sikap perilaku seperti menumbuhkan rasa rela, menghargai orang lain, membersihkan hati dari dengki, menghilangkan emosi, kekerasan, dan egoisme.

Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis multicultural penting untuk ditawarkan dalam menanggulangi radikalisme di sekolah yang cenderung menganut sikap toleransi terhadap penganut agama lainnya dan berorientasi pada kesalehan individu. Jika dikaitkan dengan Pendidikan Agama Islam (PAI).

Pada pendidikan Islam berbasis multikultural terdapat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, meliputi: Nilai Andragogi;  Nilai Perdamaian; Nilai Inklusivisme;  

Nilai Kearifan; Nilai Toleransi; Nilai Humanisme;  Nilai Kebebasan. Nilai-nilai tersebut harus mampu dibumikan di dalam dunia pendidikan, sehingga lahirlah rasa saling menghargai anatar satu dengan yang lainnya dan akan tumbuh sikap mampu dalam menerima perbedaan yang merupakan suatu kekayaan yang harus dipupuk dengan baik, bukan menimbulkan persengketaan sehingga mampu hidup secara berdampingan dalam perbedaan dan kedamaian. 

Diharapkan dengan berkembangnya Pendidikan Islam berbasis multikultural, kurikulum mampu membawa output pendidikan memahami tentang ke-bhineka tunggal ikaan, mengakui dan menghargai adanya perbedaan dalam kesetaraan baik gender, ras, suku, budaya, bahasa, dan agama, serta kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan dalam pasar lokal, nasional dan global.

Selain Dari sistem pendidikan,faktor Yang lain Dalam menanggulangi Radikalisme yaitu keberadaan seorang Guru,Guru agama merupakan aktor utama dalam menginternalisasikan nilai-nilai keberagaman yang inklusif dan moderat di sekolah maupun madrasah. 

Peran guru agama dalam hal ini antara lain: Pertama, seorang guru harus mampu untuk bersikap adil dan demokratis, artinya dalam segala tingkah lakunya, baik sikap maupun perkataannya tidak diskriminatif (bersikap tidak adil atau menyinggung) terhadap murid-murid penganut agama yang berbeda dengan agama yang dianut oleh gurunya. 

Kedua, guru agama sebaiknya memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap kejadiankejadian tertentu yang ada kaitannya dengan agama. Seperti halnya kasus bom yang dilakukan oleh Amrozi di bali. Tugas guru ialah menyampaikan keprihatinannya bahwa janagan sampai hal seperti itu kembali terjadi. 

Baca juga : Mencegah Radikalisme Dengan Menanamkan Nilai-nilai Pancasila Dalam Setiap Individu

Karena seluruh agama yang ada melarang adanya tindak kekerasan dalam bentuk apapun, apalagi sampai menghilangkan beribu-ribu nyawa manusia. Kekerasan hanya akan memicu masalah-masalah baru. 

Guru sebaiknya menjelaskan bahwa agama mengajarkan kedamaian dan kesejahteraan umat. Jika terdapat perbedaan anatar kelompok, ras, atau golongan sebaiknya diselesaikan secara baik-baik dengan cara musyawarah. 

Dengan menerapkan pendidikan agama berbasis multikultural di sekolah maupun dalam dunia pendidikan diyakini mampu menjadi solusi nyata bagi terjadinya konflik dan disharmonisasi yang kerap terjadi di lingkungan masyarakat Indonesia yang beraneka ragam merupakan upaya preventif bagi peserta didik dalam menghadapi realitas sosial-budaya di era globalisasi.

Dan juga,perlu disadari bersama dalam menanggulangi faham radikalisme agama yang sudah berada di depan mata bukanlah pekerjaan yang mudah seperti halnya membalikkan telapak tangan.

Perlu dukungan yang erat dari berbagai elemen pendidikan seperti guru, kepala sekolah, waka kurikulum, orang tua, peserta didik. 

Jika ditemukan pihak yang menganut paham radikalisme bukanlah dengan cara kita mengasingkannya tetapi menjadi tanggung jawab pihak sekolah untuk merangkul dan menamkan nilai Pendidikan Agama Islam yang berbasis multikultural.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun