Mohon tunggu...
Muhammad Wijdan
Muhammad Wijdan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Insya Allah Lulus

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Radikalisme dan Solusinya

12 Juli 2020   14:42 Diperbarui: 31 Mei 2021   15:13 2752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui tentang radikalisme dan solusinya (unsplash/inaki del olmo)

Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis multicultural penting untuk ditawarkan dalam menanggulangi radikalisme di sekolah yang cenderung menganut sikap toleransi terhadap penganut agama lainnya dan berorientasi pada kesalehan individu. Jika dikaitkan dengan Pendidikan Agama Islam (PAI).

Pada pendidikan Islam berbasis multikultural terdapat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, meliputi: Nilai Andragogi;  Nilai Perdamaian; Nilai Inklusivisme;  

Nilai Kearifan; Nilai Toleransi; Nilai Humanisme;  Nilai Kebebasan. Nilai-nilai tersebut harus mampu dibumikan di dalam dunia pendidikan, sehingga lahirlah rasa saling menghargai anatar satu dengan yang lainnya dan akan tumbuh sikap mampu dalam menerima perbedaan yang merupakan suatu kekayaan yang harus dipupuk dengan baik, bukan menimbulkan persengketaan sehingga mampu hidup secara berdampingan dalam perbedaan dan kedamaian. 

Diharapkan dengan berkembangnya Pendidikan Islam berbasis multikultural, kurikulum mampu membawa output pendidikan memahami tentang ke-bhineka tunggal ikaan, mengakui dan menghargai adanya perbedaan dalam kesetaraan baik gender, ras, suku, budaya, bahasa, dan agama, serta kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan dalam pasar lokal, nasional dan global.

Selain Dari sistem pendidikan,faktor Yang lain Dalam menanggulangi Radikalisme yaitu keberadaan seorang Guru,Guru agama merupakan aktor utama dalam menginternalisasikan nilai-nilai keberagaman yang inklusif dan moderat di sekolah maupun madrasah. 

Peran guru agama dalam hal ini antara lain: Pertama, seorang guru harus mampu untuk bersikap adil dan demokratis, artinya dalam segala tingkah lakunya, baik sikap maupun perkataannya tidak diskriminatif (bersikap tidak adil atau menyinggung) terhadap murid-murid penganut agama yang berbeda dengan agama yang dianut oleh gurunya. 

Kedua, guru agama sebaiknya memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap kejadiankejadian tertentu yang ada kaitannya dengan agama. Seperti halnya kasus bom yang dilakukan oleh Amrozi di bali. Tugas guru ialah menyampaikan keprihatinannya bahwa janagan sampai hal seperti itu kembali terjadi. 

Baca juga : Mencegah Radikalisme Dengan Menanamkan Nilai-nilai Pancasila Dalam Setiap Individu

Karena seluruh agama yang ada melarang adanya tindak kekerasan dalam bentuk apapun, apalagi sampai menghilangkan beribu-ribu nyawa manusia. Kekerasan hanya akan memicu masalah-masalah baru. 

Guru sebaiknya menjelaskan bahwa agama mengajarkan kedamaian dan kesejahteraan umat. Jika terdapat perbedaan anatar kelompok, ras, atau golongan sebaiknya diselesaikan secara baik-baik dengan cara musyawarah. 

Dengan menerapkan pendidikan agama berbasis multikultural di sekolah maupun dalam dunia pendidikan diyakini mampu menjadi solusi nyata bagi terjadinya konflik dan disharmonisasi yang kerap terjadi di lingkungan masyarakat Indonesia yang beraneka ragam merupakan upaya preventif bagi peserta didik dalam menghadapi realitas sosial-budaya di era globalisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun