Wajar saja kalau kau tak terlalu peduli hari ini
Percuma saja, walau kata-kata ku pun tak lagi kau respon
Berulang kali kukatakan, aku yang terbaik untukmu
Namun kau tetap teguh dengan hari ini
Pergi kau terbang bersama hari ini
Meninggalkan ku dengan mentari yang mulai meredup
Tak ada kabar datang darimu
Hingga bintang habis berganti lagi dengan mentari
Hari kedua ku tunggu kau bersama hari kemarin
Kelihatannya sang hari kemarin telah membawamu kembali
Bagaimana? Menyenangkan kah?
Masih ingatkah kau denganku yang telah kau tinggal bersama angin ini?
Hari ketiga kau kembali bersamaku
Menyusuri jalan bersama
Mengais keringat ketika jalan dipenuhi sesak cerahnya matahari
Dikejauhan ada mereka
Ya, sang hari kemarin
Masih ingat kah kau dengan mereka?
Yang mencintaimu dengan waktu
Sedangkan aku ? Aku mencintaimu setiap waktu
Kulihat mereka acuh
Menyapa hanya sebagai bahan ala kadarnya
Mencoba bermanis ria,Â
Namun topeng busuk tak dapat mengingkari mata penuh kebengisan
Hei masih saja kau perhatikan mereka?
Tidakkah matamu telah buta?
Hanya berfikir ttng hari kemarin
Lalu mereka meninggalkanmu
Perhatikanlah wahai embunku
Kau adalah makhluk anggun yang kurindui hadirmu selalu
Kau terlalu baik untuk mereka
Mereka yang manis bibirnya bahkan mengalahkan manisnya madu itu
Coba kau berfikir lagi mengenai hidup ini
Mungkin sulit bagimu
Namun aku telah merasakan getirnya fase yang sedang kau jalani sekarang
Untuk itu, aku masih setia menunggumu disini
Menyapamu dikejauhan
Berdoa selalu untukmu
Agar rona kebaikanmu takkan pernah terganti
Oleh puing-puing tak berhati itu
Percayalah..
Aku masih disini denganmu
Walau aku sedikit terbalut dengan selimut ini
Namun, percayalah..
Aku tak ingin kau merasakan yang pernah kurasakan..
Percayalah..
Aku hanya ingin yang terbaik untukmu....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI