Mohon tunggu...
Wijayanti Liestiyoningtiyas
Wijayanti Liestiyoningtiyas Mohon Tunggu... Konsultan - Saya seorang ibu rumah tangga yang aktif dalam kegiatan dakwah melalui program wakaf buku siroh bersama Komunitas Fafirru Iallah

Saya seorang ibu rumah tangga dengan 3 orang anak yang aktif dalam kegiatan dakwah melalui program wakaf buku siroh bersama Komunitas Fafirru Ilallah. Selain dakwah, saya juga aktif sebagai Sygma Learning Consultan buku siroh terbitan dari PT. Sygma Daya Insani.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Serah Terima Buku Wakaf untuk Literasi Perpustakaan di Surabaya

9 Juni 2021   08:51 Diperbarui: 9 Juni 2021   09:20 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa pekan yang lalu, aku berkesempatan menyerahkan buku wakaf secara langsung kepada lembaga penerima wakaf, yaitu Literasi Perpustakaan yang berlokasi di Kedung Tarukan Baru, Surabaya. 

Didampingi suami dan 3 orang anak, aku berangkat dari rumah di Sidoarjo membawa sepaket buku siroh berjudul 64 Sahabat Teladan Utama untuk mereka yang sudah siap menanti kedatanganku. 

Saat pertama kali menginjakkan kaki di kampung  ini, mataku langsung tertuju pada gapura bernuansa kerajaan Majapahit yang dipasang tepat di depan gang. Suasana asri juga tampak dengan adanya deretan tanaman di sisi kanan dan kiri jalan yang hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua ini. 

Di dekat gapura, tampak gazebo kecil di sebelah kanan sisi jalan yang sering dipakai anak-anak untuk sekedar duduk berbincang dengan temannya. Walau jalan di kampung ini tidak begitu lebar, namun terlihat sekali akan kebersihan, kerapihan, dan keasriannya. Hal itu tidak terlepas peran ketua RT bersama jajarannya yang didukung sepenuhnya oleh warga. Bahkan mereka memilah sendiri sampah anorganik dan mengolah limbah dapur untuk dijadikan pupuk organik. Seneng banget lihat kampung yang aktif dan kreatif seperti ini.  

Bahagia sekali kedatanganku disambut dengan hangat oleh warga dan ketua RT setempat. Aku langsung menuju sebuah bangunan kecil tempat perpustakaan yang mereka miliki. 

Bangunan tersebut terbagi menjadi 2 bagian, bagian dalam berisi kursi dan meja tanpa pintu pembatas dan teras bagian luar sebagai tempat perpustakaan dengan konsep ruangan yang terbuka. Walau masih seumur jagung, warga di sana cukup aktif untuk mengedukasi anak-anak melalui dongeng, buku-buku bacaan koleksi Literasi Perpustakaan dan juga pernah mendatangkan komunitas reptil yang digawangi oleh seorang dokter hewan untuk memberikan edukasi kepada mereka.

Wakaf batch 14 ini memang sengaja aku pilih yang berlokasi di Surabaya agar aku bisa menyerahkan sendiri secara langsung. Biasanya, buku wakaf yang aku galang mandiri ini disalurkan ke beberapa lembaga di luar kota seperti Malang, pelosok Nusa Tenggara Barat, pelosok Nusa Tenggara Timur, Nganjuk, Jawa Barat, Bangka Belitung, Makasar, Medan, dan lain sebagainya. Lembaga penerima wakaf buku siroh pun bermacam-macam, mulai dari TPQ, madrasah, TK/PAUD, Sekolah Dasar, taman baca, dan lain-lain. Sebelumnya, lembaga tersebut aku seleksi terlebih dahulu melalui beberapa kriteria yang telah disepakati bersama oleh seluruh anggota komunitas yang menaungi aku sebagai duta wakaf. 

Selain itu, aku juga berkesempatan berbincang dengan Penanggung Jawab (PJ) lembaga penerima wakaf melalui pesan Whatsapp untuk mengetahui lebih lanjut kegiatan mereka dan sampai sejauh mana mereka bisa memanfaatkan buku wakaf ini. Melalui percakapan itulah aku bisa tahu apakah lembaga tersebut berhak atau tidak menerima wakaf buku siroh yang aku himpun dari beberapa wakif (orang yang berwakaf). Judul buku siroh yang disalurkan pun bermacam-macam, mulai dari Rasulullah Teladan Utama, 24 Kisah Nabi Dan Rasul, 64 Sahabat Teladan Utama, Buku Pintar Iman Islam, Balita Berakhlak Mulia, Muhammad Teladanku, dan juga Sains Quran Anak Shalih. 

Melalui Komunitas Fafirru Ilallah (KaFA), aku tergerak menjadi duta wakaf buku siroh sebagai salah satu syiar kami mengenalkan kisah-kisah para Nabi dan Rasul, kisah para sahabat, juga pemahaman tentang tauhid kepada masyarakat luas agar mereka lebih "melek" tentang kisah siroh yang ada di dalam Al Quran. Bagaimana mungkin kita sebagai umat Islam sekaligus umatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengaku menjadi orang muslim dan mencintai Rasulnya jika kita sendiri abai dan buta tentang ilmu tauhid serta kisah beliau yang menjadi contoh manusia teladan sepanjang zaman? 

Itulah sebabnya, aku tergerak menjadi duta wakaf untuk mengenalkan kisah-kisah itu kepada keluargaku dan juga masyarakat luas. Terhitung mulai bulan Ramadhan tahun lalu hingga saat ini sudah puluhan buku wakaf yang kusebar di beberapa lembaga di Indonesia. Buku wakaf tersebut adalah hasil dari penggalangan dana yang aku himpun dari para wakif. Masya Allah, alhamdulillah Allah beri aku jalan dan kemudahan untuk menebar manfaat kepada masyarakat luas melalui program "Bebaskan buta siroh di Indonesia" ini.

1/3 isi dari Al Quran adalah kisah, maka sepatutnya kita mengetahui kisah-kisah itu yang mengajarkan banyak hal dalam setiap kejadian dari umat terdahulu dan memberi kita pelajaran berharga. Kisah heroik dari para pahlawan muslim yang ikut berjuang menegakkan kalimat Allah pun tak kalah menariknya dengan kisah superhero fiksi yang sering kita tonton di layar kaca. Bedanya, kisah heroik mereka adalah nyata dan diabadikan dalam Al Quran maupun hadist, bukan fiksi belaka. Patutlah kita mengenalkan anak-anak kita dengan pahlawan yang sesungguhnya agar mereka tidak hanya mengenal pahlawan fiksi dari layar kaca saja.

Mengenalkan buku pada anak-anak tidaklah mudah namun bukan berarti sulit untuk dilakukan. Melalui metode berkisah atau menceritakan kembali kisah yang ada dalam buku kepada anak-anak menjadi salah satu cara yang bisa orang tua lakukan untuk mengenalkan buku pada mereka sedini mungkin. Teringat saat kecil dulu, aku sering diceritakan dongeng oleh nenek saat kami sedang rebahan di atas kasur dan kenangan itu masih kuingat sampai sekarang. 

Ikatan antara cucu dan nenek pun terjalin kuat melalui momen mendongeng tersebut. Tokoh-tokoh yang diceritakan dalam dongeng itu pun memiliki porsi tersendiri dalam ingatanku hingga aku bisa mengimajinasikan sosok seperti apa mereka? Selalu ada tokoh antagonis dan protagonis dalam sebuah kisah yang dihadirkan. Seperti halnya kehidupan manusia, ada sisi baik dan buruk yang menuntut kita untuk lebih cerdas memilih peran mana yang akan kita ambil, peran antagonis atau protagonis ?

Melalui kisah siroh, banyak hikmah yang dapat kita ambil sebagai pelajaran hidup. Semangat pantang menyerah dari para sahabat Rasulullah saat mempertahankan ketauhidan menjadi bukti nyata bahwa kisah heroik itu patut kita contoh dan tanamkan kepada anak-anak generasi kita nantinya. Pasukan muslim yang berjuang sampai titik darah penghabisan menjadi contoh bukti cintanya kepada Allah. Semoga Allah senantiasa menjaga keluarga kita dan senantiasa memberikan nikmat iman Islam yang tidak ada bandingannya di dunia ini. Aamiin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun