Mohon tunggu...
darmawijaya naibaho
darmawijaya naibaho Mohon Tunggu... Petani - MAHASISWA

REVOLUSIONER AKTIF

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tantangan Merdeka Belajar di Tengah Pola Hidup Tidak Wajar

17 September 2020   20:57 Diperbarui: 17 September 2020   21:00 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Corona virus disease (covid-19) tak juga usai dalam membayang-bayangi kehidupan penduduk diseluruh dunia, semua lini kehidupan ikut terkena dampaknya, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan.

Selama kurang lebih 6 bulan corona menjadi ketakutan masyarakat Indonesia hingga masyarakat internasional. Semua aktivitas yang dulunya dilakukan dengan kebiasaan yang sudah lama dijalani kini berubah sangat drastic.

Dalam lini pendidikan, baik dari jenjang terendah hingga jenjang tertinggi ikut mengalami perubahan. Proses Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM) yang sebelum adanya pandemic dilakukan dengan tatap muka (Off-line) kini dilakukan secara virtual (On-line).

Akan tetapi, apakah hal itu tidak berdampak bagi siswa/i yang secara langgung menjalaninya? Tentu iya bukan. Saya mencoba memahami bagaimana susahnya para siswa/i itu mengikuti pembelajaran secara online.

Tidak sedikit juga orang tua siswa yang harus mengeluarkan koceknya hanya untuk membeli handphone bagi putra/i nya agar dapat mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Bukankah hal ini menjadi suatu masalah bagi orangtua yang memiliki perekonomian menengah kebawah! Ditambah lagi jika orang-orang ini terkena dampak perekonomian secara langsung akibat dari covid-19. Biaya paket data untuk melancarkan PJJ yang dijalani oleh siswa juga ikut menjadi tanggungan bagi orang tua.

Memang, kemendikbud sudah mengeluarkan surat edaran untuk bantuan paket data kepada Siswa/i, Guru, Mahasiswa/i, hingga Dosen. Namun, pemberian subsidi ini sudah teramat terlambat karena PJJ sudah berjalan sejak akhir bulan February kemarin.

Lantas akankah merdeka belajar yang telah menjadi program unggulan kemendikbud dibawah kepemimpinan pak mentri Nadiem Makariem dapat terlaksana? Saya tidak tahu. Meskipun begitu, saya melihat program merdeka belajar ini masih memiliki peluang untuk terlaksanakan dikarenakan masih ada waktu 4 tahun lagi untuk mengembangkan program ini.

Akan tetapi, jika melihat situasi saat ini program merdeka belajar semakin jauh dari apa yang pernah direncanakan pak mentri Nadiem. Saya melihat bahwa situasi yang terjadi saat ini dalam dunia pendidikan adalah sebuah kediktatoran digital yang mencengkeram dan menggerogoti pendidikan di negeri ini hingga sulit untuk berkembang. Alasannya masih banyak siswa/i yang masih buta akan teknologi yang berkembang saat ini. Terlebih lagi  bagi siswa/i ditingkat sekolah dasar.

Tidak hanya siswa saja yang kesulitaan, nampaknya para pengajar pun ikut merasakan kesulitan dalam menerapkan PJJ yang sedang berlangsung ini. Hal ini terlihat jelas saat para guru harus mendatangi rumah-rumah siswanya untuk memberikan tugas dan mengumpulkan tugas harian siswa.

Kejadian sekarang ini saya anggap sebagai bukti bahwa merdeka belajar hanya akan terlihat seperti   skenario film yang sangat bagus namun pemeran utamanya tidak dapat memainkan perannya dengan bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun