Tadinya Omjay menanggap kurikulum baru ini adalah sebuah tantangan. Prof Abdul Malik Fajar (Mantan mendiknas) mengatakan, "kurikulum adalah sebuah menu yang disajikan agar dapat menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan". Kalau ketiga point itu tidak terwujud, maka sudah bisa dipastikan kurikulum tersebut memang tidak layak dipertahankan.Â
Mareka yang mempertahankan biasanya mereka yang kecipratan proyek kurikulum 2013. Dicarilah dalil-dalil hukum dan teori untuk membenarkannya. Pada akhirnya yang muncul ke permukaan hanya pembenaran dan bukan kebenaran.
Ketika mendapatkan undangan untuk mengikuti diklat kurikulum 2013 di hotel berbintang, Omjay berharap ada sesuatu yang baru muncul. Tapi sayang, Omjay tak mendapatkannya. Omjay hanya menyaksikan para instruktur yang hanya bisa membaca slide power point dari para pejabat pusat kurikulum dan perbukuan.Â
Dari guru yang ikut jadi instruktur waktu itu, hanya bisa pelenga-pelongo menyaksikan kami para peserta yang kritis bertanya sana sini. Bagi kami, kurikulum 2013 hanya menimbulkan masalah baru.Â
Bahkan ada mata pelajaran baru yang menggantikan TIK di SMP dan SMA. Namnya mata pelajara prakarya tak jelas perguruan tingginya, karena belum pernah ada sarjana prakarya di perguruan tinggi yang Omjay ikuti.
Sebagai guru TIK saat itu, Omjay tak bisa menolak tugas untuk menjadi guru prakarya. Dua tahun mencoba mencintai mata pelajaran prakarya, tapi ternyata tak bisa. Omjay lebih mencintai mata pelajaran TIK di SMP.Â
Setiap kali anak-anak bertanya kapan belajar TIK lagi, maka Omjay tak bisa menjawabnya dengan cara-cara seorang akademisi. Omjay hanya bilang pada mereka, tunggulah presiden baru. Waktu itu, pemilihan presiden sedang seru-serunya. Jokowi dan Prabowo bertarung merebut hati rakyat.