Ada apa di pasar tanah abang Jakarta Pusat? Inilah topik pilihan kisah omjay kali ini.Â
Pagi ini hari Sabtu, 20 Juli 2024, omjay janjian ketemu Prof. Paidi. Beliau dari Bengkulu dan lagi ada di Jakarta. Kemarin kami tak sempat jumpa. Padahal sudah janjian di stasiun Pasar Senen Jakarta pusat.Â
Omjay jemput beliau di hotel western STC Senayan Jakarta Pusat. Pukul 08.00 omjay sudah tiba di hotel dan diminta untuk makan pagi dahulu di restoran hotel.
Setelah makan pagi, Prof. PAIDI minta diantar ke pasar tanah abang. Temannya bu dyah minta dibelikan oleh-oleh. Jauh jauh datang dari kota bengkulu pasti pulang bawa oleh-oleh. Belinya di pasar tanah abang.
Omjay langsung mengiyakan. Sudah lama sekali tidak ke pasar tanah abang jakarta pusat. Terakhir antar jemput belanja istri tercinta di pasar tanah abang.
Melajulah mobil avanza hitam menuju pasar tanah abang. Sampai di pasar tanah abang bingung cari tempat parkir mobil.Â
Dapatlah kami tempat prakir di atas blok F. Ternyata kami ingin belanja barang di blok A. PETUGAS parkir mengatakan salah parkir. Turunlah kami dari atas ke bawah.Â
Penuh perjuangan untuk sampai ke lantai atas. Kini perlu perjuangan pula untuk sampai di lantai bawah. Ternyata kita harus pindah parkir mobil supaya tidak jauh dari tempat belanja pakaian murah. Seperti baju batik dan kerudung perempuan.
Sampai di jalan raya kami cari tempat parkir yang mudah saja. Bahu jalan menjadi tempat parkir mobil omjay.
Prof. Paidi dan ibu Dyah langsung turun pergi berbelanja. Omjay menulis dan membaca kompasiana di dalam mobil.
Omjay perhatikan lalu lalang pembeli yang tiada henti. Para pedagang tanah abang gigih sekali menawarkan barang dagangannya.
Terjadi transaksi jual beli. Pedagang dan pembeli sama sama suka. Barang pun berpindah tangan. Begitulah yang terjadi di pasar tanah abang yang ramai.
Dahulu sebelum pandemi covid19, omjay sering mengantarkan istri tercinta ke pasar tanah abang ini.Â
Omjay parkir mobil di blok A pasar tanah abang rasanya muidah sekali. Istri sudah punya langganan tempat membeli barang.Â
Alhamdulillah dari menjual barang yang dibeli di pasar tanah abang, istri mendapatkan keuntungan lumayan. Kami bisa membeli rumah mungil di Wanaraja Garut.
Kalau mau kaya sebaiknya memang menjadi pedagang atau saudagar. Istri berasal dari keluarga pedagang. Sedangkan omjay berasal dari keluarga pegawai.
Perbedaan itu membuat kami saling melengkapi. Istri pintar sekali berdagang. Rasanya apa yang dia beli selalu laku. Jarang sekali barang yang dibeli bersisa di rumah. Selalu habis terjual saat itu.
Pandemi covid19 meruntuhkan bisnis istri tercinta. Menjadi ibu rumah tangga yang baik menjadi pilihan hidup.
Pasar tanah abang sekarang semakin ramai. Omjay bersyukur dapat tempat parkir di bahu jalan. Tukang parkir berkaos kuning membantu dengan ramah. Rupanya ada ongkos parkir yang harus kami bayar. Ada fulus semua berjalan mulus.
Kami diminta membayar Rp. 35.000,-dan Omjay mencari jalan damai dengan memberikan uang Rp. 30.000. Tukang parkir menerima uang tersebut dengan gembira. Untungnya kami tak mau cari keributan.
Begitulah kisah nyata yang kami alami di pasar tanah abang. Omjay bersyukur bisa kembali ke pasar ini dan mengenang masa lalu. Sebuah masa dimana omjay ikut aktif menemani istri belanja barang murah di pasar tanah abang. Barangnya dijual lagi dengan harga meninggi dari harga beli.
Ada apa di pasar tanah abang? Ada penjual dan pembeli. Ada tukang parkir ilegal yang memanfaatkan bahu jalan untuk menjemput rezekinya. Ada omjay yang sedang mengenang masa lalunya.
Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com/about
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H