Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar akan menerima kekalahan dengan senyuman termanis. Anies Baswedan tak akan melawan Prabowo Subianto. Begitu juga Muhaimin Iskandar. Mereka memilih damai dan menerima kekalahan. Persis seperti Prabowo Subianto dahulu ketika kalah dengan Jokowi.
Ganjar Pranowo dan Mahfud MD juga menerima kekalahan dengan penuh senyuman kecut. Suaranya dikunci 17 persen. Megawati Soekarnoputri tentu tak tinggal diam. Tapi Jokowi sangat pintar bermain peran sebagai sutradara.
Indonesia harus aman dan damai bila ingin menjadi negara kuat di dunia. Proses demokrasi harus terus berjalan dan proses politik akan terus berlanjut di DPR RI. A
Hak angket akan tetap jalan. Namun tidak sampai memakzulkan presiden Jokowi. Sebab prosesnya cukup lama di DPR. Kita tunggu saja drama Korea Selatan yang menarik berikutnya. Kita menjadi penonton yang baik saja. Semoga semua artis dan aktor dapat bermain sesuai arahan sutradara.
Pengamat politik mulai memprediksi akan terjadi gempa bumi politik. Namun gempa yang tercipta masih kecil guncangannya. Parpol yang mendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka masih sangat kuat di Senayan.Â
Politikus partai di sana juga bukan orang sembarangan. Mereka pandai bermain peran. Kadang menjadi oposisi namun terkadang menjadi partai pendukung. Lihat saja Demokrat. Dahulu oposisi sekarang memuji Jokowi. AHY menjadi menteri SBY senang sekali. Itulah politik. Dahulu kawan sekarang lawan. Begitu juga sebaliknya.Â
Dahulu PKB bergabung mendukung Prabowo Subianto. Sekarang berkoalisi dengan PKS dan Nasdem. Anies Baswedan bukan orang partai. Beliau belum pernah menjadi anggota DPR dan ketua partai politik yang menggelitik. Dalam politik segalanya bisa berubah dalam hitungan detik.
Demikianlah kisah omjay kali ini. Semoga bermanfaat buat pembaca kompasiana. Kita akan melihat proses politik akan terus berlanjut dan semoga Indonesia tetap aman dan damai. Pilihan calon presiden boleh beda. Persatuan Indonesia harus tetap dijaga.
Salam blogger persahabatan
Omjay