Dikutip dari berita merdeka, Kemdikbudristek mengeluarkan dana besar untuk program program prioritas. Salah satunya adalah program guru penggerak. Apalagi mereka telah dijanjikan untuk menjadi kepala sekolah dan pengawas sekolah bila telah mengikuti program pendidikan guru penggerak.
Memang harus diakui anggaran dana yang sangat besar itu belum menyentuh semua guru. Hanya guru pilihan yang lolos menjadi guru Penggerak dan pengajar praktik serta fasilitator saja yang menikmatinya. Sementara guru yang tidak terpilih cuma bisa gigit jari. Apalagi guru-guru yang usianya di atas 50 tahun. Sebab mereka tidak bisa ikut seleksi program pendidikan guru penggerak. Hal ini jelas menimbulkan kecemburuan di sekolah. Seolah-olah hanya guru penggerak yang mendapatkan skala prioritas.
Duit rakyat memang belum bisa sepenuhnya digunakan untuk semua guru di Indonesia. Anggaran pendidikan yang sangat besar itu harus terus diawasi dan dikritisi supaya tepat sasaran. Setiap kebijakan pendidikan pasti akan menimbulkan pro dan kontra. Wakil rakyat di DPR harus jeli dan kritis melihat program yang dibuat oleh Kemdikbudristek.
Omjay sendiri dengan kawan-kawan di PGRI membuat program kegiatan guru tanpa menggunakan uang rakyat. Tidak ada satu sen pun uang rakyat yang keluar. Padahal kalau Omjay hitung, biaya kegiatan tersebut bisa lebih dari 150 juta. Semua peserta dan narsum tidak ada yang dibayar dengan uang rakyat.
Kami para guru dari seluruh Indonesia berkolaborasi membuka kelas belajar menulis dan belajar bicara di KBMN PGRI. Alhamdulillah kelas belajar menulis sudah memasuki gelombang 30 dan kelas belajar bicara sudah memasuki gelombang 7.Â
Semua kegiatan itu gratis dan semua pengelola dan narsumnya tidak ada yang dibayar. Mereka membagikan ilmunya dengan semangat berbagi yang luar biasa. Omjay sendiri sering diminta menjadi narsum tanpa dibayar. Omjay bagikan ilmu dan pengalaman yang Omjay dapatkan kepada kawan-kawan guru lainnya secara gratis.