Guru penggerak kok malas bergerak? Pasti ada yang salah dalam dirinya. Sebab guru penggerak yang asli dia tidak pernah bisa diam dan selalu menggerakkan dirinya dan orang lain. Dia akan terus bergerak dan menggerakkan orang lain yang ada di sekitarnya. Dia akan berhenti bergerak ketika nyawa diambil malaikat pencabut nyawa. Dia bergerak bukan untuk selembar sertifikat guru penggerak Kemdikbudristek.
Lihat saja pergerakan kawan-kawan pengurus satuguru.id. Mereka selalu bergerak menyatukan hati guru dan muridnya. Itulah mengapa satuguru selalu berada di hati para guru Indonesia. Aplikasi artifisial intelegen atau AI sedang mereka siapkan. Pasti akan sangat menyenangkan semua.
Mengajar itu menyenangkan. Banyak ilmu dan pengalaman dibagikan di satuguru.id. lihat saja websitenya yang selalu ramai pengunjungnya. Isi artikelnya sangat bagus untuk dibaca semua guru Indonesia.
Anda bisa membuka https://satuguru.id
Dahulu Omjay tidak tahu kalau satuguru ada untuk menyatukan guru di seluruh Indonesia. Apa yang disatukan? Hati para guru untuk menyentuh hati para muridnya. Ada cinta dan kasih sayang di antara mereka. Mengajar dan belajar menjadi terasa sangat berkesan. Guru memberikan pelayanan terbaiknya. Semua muridnya merasakan dekapan kasih sayang yang tulus dari gurunyaÂ
Satuguru semoga dapat menggerakkan semua guru. Semua itu harus dimulai dari guru itu sendiri untuk menjadi guru penggerak. Bukan sekedar menjadi guru penggerak Kemdikbudristek. Tapi juga mampu menjadi guru Penggerak yang dapat menyatukan hati murid dan gurunya untuk sama-sama belajar.
Seorang kawan mengatakan bahwa sudah dari dulu menjadi guru penggerak. Beliau bercerita sudah menjadi guru penggerak sebelum program pendidikan guru penggerak Kemdikbudristek ada. Beliau lebih suka disebut sebagai guru pelopor dan bukan pengekor. Semua biaya ditanggung secara mandiri tanpa ada satu sen pun uang dari pemerintah. Bahkan tidak pernah dapat uang saku dari Kemdikbudristek.
Beliau benar-benar bergerak dan menggerakkan masyarakat di sekitarnya. Sekolah di desa dibangun atas inisiatif sendiri dan kemudian dibantu oleh masyarakat yang ingin ada sekolah di kampung. Gotong royong masyarakat membuat sekolah itu berwujud nyata. Banyak relawan menjadi gurunya. Berbagai diskusi pendidikan digelar untuk mencarikan solusinya.
Guru digaji oleh orang tua murid dengan hasil tani mereka dan guru menerimanya dengan senang hati. Guru tak pernah meminta dan guru lebih banyak berbagi ilmunya. Rezekinya sudah diatur oleh Sang Maha pencipta. Baginya tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah.Â
Berbagi praktik baik selalu ditunjukkan agar semua orang tergerak untuk sama-sama belajar bersama. Hasilnya ada ilmu yang didapatkan. Mereka mendapatkan pengetahuan sebagai bekal kehidupan.
Lihatlah guru mengaji. Mereka ikhlas berbagi ilmunya kepada para jamaah pengajian. Semakin banyak yang pandai mengaji Al Qur'an, semakin banyak pahala yang diterima oleh pak ustadz.
Tak ada gaji tetap. Tak ada gaji yang tinggi. Semua itu hanya berharap dari sang ilahi Robbi. Janji Allah sudah pasti. Untuk mereka yang selalu menegakkan agama Allah di muka bumi. Jadikan Al Qur'an dan hadits sebagai panduan hidup di dunia.
Seharusnya guru-guru seperti ini semakin banyak di pelosok negeri. Hanya memberi tak harap kembali. Guru selalu bergerak mencerdaskan kehidupan bangsa. Mereka yang tak bisa membaca jadi pandai membaca dan mereka yang tidak bisa menulis menjadi pandai menulis. Murid menjadi cerdas dan pintar dengan bidangnya masing-masing. Minat dan bakat murid tersalurkan berkat bimbingan sang guru penggerak.
Cobalah melihat tukang bangunan bekerja. Mereka bekerja untuk memperbaiki saluran air sungai di komplek TNI AL Jatibening indah. Mereka bekerja bersama dan terus bergerak agar tanah di atas tidak turun ke sungai kecil yang menjadi saluran air.
Mereka bergerak dan terus bergerak membangun bendungan agar saluran air menjadi lancar. Berkat ilmunya mereka bisa membangun saluran air dengan kokoh dan kuat diterjang aliran air sungai yang terus bergerak di musim hujan.
Begitulah seharusnya seorang guru penggerak. Jangan berhenti bergerak agar proses mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud. Tiada hari tanpa bergerak dan tiada waktu yang terbuang dengan sia-sia.Â
Waktu adalah uang. Waktu adalah kesempatan kita untuk terus berbuat baik kepada sesama sesuai dengan profesi kita sebagai guru. Ayo terus bergerak menjadi guru penggerak. Malas bergerak alias mager harus dibuang dari tubuh para guru tangguh berhati cahaya.
Salam blogger persahabatan
Omjay
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI