2. Perasaan
Ketika dinyatakan lulus tahap II sebagai Calon Guru Penggerak atau CGP, perasaan Omjay sangat senang sekali. Nah, selain itu juga ada rasa kekhawatiran tentang diri Omjay sendiri. Apakah Omjay dapat mengikuti Pendidikan Guru Penggerak ini sampai selesai?
Namun dengan semangat tinggi dan niat yang baik, Omjay bertekad untuk mengikuti Pendidikan Guru Penggerak atau PGP yang dilaksanakan oleh kemdikbudristek dengan penuh semangat tinggi.
Alhamdulillah perasaan itu membuat Omjay lebih percaya diri dan merasa punya kelebihan dalam bidang tulis menulis. Omjay pun berusaha untuk menulis setiap harinya.
3. Pembelajaran
Mengikuti PGP dari awal Lokakarya pertama menambah pengetahuan baru. Modul di LMS, aplikasi Google Meet, Instruktur, Fasilitator dan Pengajar Praktik CGP yang luar biasa merupakan istilah baru bagi Omjay sebagai calon guru Penggerak di angkatan 7. Seiring waktu perjalanan PGP membuat Omjay semakin bertambah wawasan terutama pendidikan sesuai pemikiran KHD. Apa pemikiran Ki Hajar Dewantara itu? Yaitu pendidikan yang menuntun murid sesuai kodratnya untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan.
Pembelajaran di LMS terkenal dengan alur MERDEKA (Mulai dari Diri, Ekplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Konstektual, Elaborasi, Koneksi Antar Materi dan Aksi Nyata). Merdeka adalah sesuatu yang baru bagi Omjay sebagai guru tangguh berhati cahaya.
4. Penerapan
Pendidikan sesuai pemikiran KHD membuat Omjay untuk merubah cara mengajar murid atau siswa. Pendidikan yang harus menuntun murid sesuai kodratnya yaitu kodrat alam dan zaman.
Merubah paradigma lama pendidikan menjadi pendidikan merdeka. Pengajaran student center membuat murid lebih aktif dan mampu mengembangkan bakat dan minatnya.
Dalam pendidikan guru, jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga Anda dapat semakin mengenali diri sendiri.