Seorang kawan bertanya kepada Omjay melalui aplikasi WhatsApp. Beliau bertanya tentang kehebatan guru penggerak.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Om jay, di mata om jay,
Bagaimana guru penggerak itu? Apa yg selama ini Omjay temukan? Kehebatan Karakter kah yang jauh lebih mumpuni di banding yang bukan guru penggerak?
Wah sulit juga menjawabnya. Sebab kita menjawab dari sudut pandang masing-masing. Namun, Omjay jawab saja apa adanya. Supaya kawan Omjay itu lega. Beliau juga bertanya tentang pengajar praktik guru penggerak. Untuk pertanyaan yang kedua ini, sebaiknya ditanyakan saja langsung kepada para pengajar praktik guru penggerak.
Kita semua adalah guru penggerak di sekolah masing-masing. Kalau kita ingin ikut seleksi guru penggerak Kemdikbudristek, maka kita harus patuhi aturannya. Ikuti persyaratan yang diminta oleh panitia rekrutmen guru penggerak. Salah satunya mengisi soal Essai yang panjang dan tes wawancara serta praktek mengajar di depan dewan penguji.
Setelah itu masuklah kita kepada tahap kedua. Nah, di tahap ini anda akan mengikuti program pendidikan guru penggerak (PPGP) selama 6 bulan. Kok lama? Apa yang akan anda dapatkan? Pengalaman apa yang anda terima selama mengikuti PPGP?
Tentu saja ilmu yang bermanfaat dan tiga paket modul serta lokakarya dan pendampingan individu. Anda sebagai seorang guru benar-benar dibimbing untuk menjadi pemimpin pembelajaran di sekolah. Anda akan bertemu dengan calon guru penggerak lainnya dalam lokakarya guru penggerak yang menggembirakan? Mengapa menggembirakan? Sebab ilmu dapat, teman baru dapat, dan uang sakupun dapat, hehehe.
Akan ada guru pengajar praktik yang akan datang ke sekolah Anda. Mereka akan dengan sabar mendampingi anda melakukan aksi nyata. Calon guru penggerak juga diminta membuat jurnal refleksi sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena mendorong guru untuk mengkaitkan antara teori dan praktik.
Guru penggerak adalah guru hebat yang berkarakter dan mumpuni di bidangnya masing-masing. Sebab mereka mau belajar sepanjang hayat dan mengosongkan gelasnya untuk sebuah perubahan dalam dirinya.
Omjay menemukan bahwa guru penggerak adalah guru yang tidak biasa dan unik. Salah satunya menuliskan jurnal refleksi diri yang dituliskan secara rutin agar dirinya menjadi guru yang lebih baik dari hari ke hari.Â
Guru akan merenungi apakah praktik yang dijalankannya selama ini sudah sesuai dengan harapan, sehingga guru dapat memikirkan langkah selanjutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung.Â
Guru dapat membuat jurnal yang dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran sehingga guru dapat semakin mengenali diri sendiri.
Kegiatan refleksi itu seperti melihat orang bercermin di depan kaca yang bening atau bercermin di dalam air bersih. Pantulan baru dapat terlihat jelas jika permukaan air tenang dan jernih.Â
Ketika kondisi hati masih berkecamuk, sebaiknya kita menunggu dan mengendapkan pengalaman agar dapat berefleksi dengan mendalam. Jangan menulis dulu ketika hati anda sedang galau.
Refleksi diri perlu beranjak dari sekadar menuliskan kembali materi/pengetahuan yang sudah didapat. Lebih dari itu, materi tersebut perlu dikaitkan dengan proses yang terjadi dalam diri.Â
Misalnya, apa yang membuat materi tersebut membekas di pikiran saya sebagai guru? Apa peristiwa dalam hidup saya yang berhubungan dengannya? Apa kaitan materi ini dengan diri saya sebagai seorang penggerak? Bagaimana saya akan menggunakan materi ini untuk murid saya?
Refleksi adalah momen untuk berdialog dengan diri sendiri dalam memaknai peristiwa. Karena itu, ceritakanlah pengalaman dan pemikiran yang guru sendiri alami. Bukan apa yang dialami, dipikirkan, atau dikatakan oleh orang lain.
Refleksi bermakna adalah refleksi yang jujur dan mendalam. Tidak hanya pengalaman dan pemikiran positif yang bisa ditulis di laptop lalu disebarkan ke media sosial. Kuncinya, sertakan emosi dalam menuliskan refleksi.Â
Selama program pendidikan guru penggerak (PPGP), guru akan mendapat kesempatan untuk menuliskan refleksi setiap dua minggu sekali. Pada awalnya, guru mungkin tidak mudah untuk menuangkan gagasan reflektif ke dalam tulisan. Lama-lama akan menjadi kebiasaan bila guru penggerak ingin menjadi guru hebat dan berkarakter.
Menjadi guru penggerak "berlabel" kemdikbudristek adalah sebuah pilihan. Ojo dibanding-bandingke dengan guru penggerak lainnya. Sebab kita semua pada dasarnya adalah guru penggerak. Kita bergerak dengan hati untuk pulihkan pendidikan.
Salam blogger persahabatan
OmjayÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H