Komunitas belajar terbentuk secara alamiah. Peran serta orang tua murid sangat terasa dalam membantu kemajuan sekolah. Ruangan kelas yang dulu hanya berdinding bilik, kini sedikit demi sedikit sudah berdinding batu bata yang diplester dan berlantai dua. Semua itu terjadi berkat bantuan para donatur yang baik hati. Sekolah kami kini menjadi sekolah yang menyenangkan dan alhamdulillah sudah mendapatkan penghargaan dari bupati Purwakarta. Buku berburu ilmu di negeri panda yang lucu, adalah salah satu buku bacaan mujrid yang Omjay kirimkan untuk perpustakaan sekolah.
Sekolah menyenangkan itu adalah adanya hubungan  yang harmonis antar warga sekolah : Pimpinan, guru, siswa, dan orang  tua. Adanya  nilai-nilai yang dijunjung  tinggi, seperti Jujur, Disiplin, Rajin, Rapi, Respect, dan Responsible.Â
Apabila  hal  tersebut dapat dilaksanakan  dan menjadi  kebiasaan,  lalu menjadi karakter, akhirnya menjadi budaya sekolah,  maka dapat  dipastikan  sekolah tersebut memiliki suasana atau ekosistem SEKOLAH YANG MENYENANGKAN. Begitulah bapak haji Romlan Syukur memberikan penjelasan kepada Omjay melalui aplikasi Whatsapp.
Sekolah yang menyenangkan menurut bapak haji Mustafal Bakri, tokoh masyarakat Bekasi adalah:
 1. mengutamakan pendidikan akhlaq / budi pekerti
2. Guru mengajar dengan hati ( jangan marah, ramah, sabar melayani, berusaha mengenal nama siswa)
3. Membekali ketrampilan hidup
4. Mengasah kemampuan siswa dalam menguasai mapel dengan metode yang tepat.
5. Guru profesional dalam penguasaan mapel
6. Tuntaskan pembelajaran di kelas ( minimalkan PR).
"Sekolah yang menyenangkan adalah sekolah yang bisa memfasilitasi kebutuhan murid dan guru untuk kegiatan pembelajaran dan yang gurunya tidak tertekan dikejar2 administrasi, dicek kehadirannya di kelas tiap pagi, finger print lancar tidak ada gangguan sistem, seperti itu Om, jadi kalau gurunya hatinya tenang nanti menjalar ke siswa..".
Sementara sahabat Omjay lainnya memberikan komentar di WA Group KBMN PGRI. Jika kesejahteraan guru aman, pastilah sekolah itu menyenangkan kata seorang kawan. Namun, bagi sekolah swasta yang gaji gurunya dibayar dari iuran sekolah yang berasal dari orang tua murid, tentu sangat berat.Â
Oleh karena itu kami sebagai pengelola yayasan putar otak agar gaji gurunya minimal di atas UMR. Alhamdulillah sampai saat ini mereka dibayar pas-pas-an. Pas ada duitnya dibayar oleh yayasan. Kalau tidak ada, mereka menunggu dengan sabar. Sebab pengurus yayasan bukanlah orang kaya. Salah satu pengurus yayasan sekolah itu juga seorang guru di sekolah swasta di Jakarta.Â