Semua jajaran pengurus sepakat bahwa tiga jati diri ini masih akan terus dipertahankan dan relevan dengan perkembangan zaman.
Tidak ada satu pun pengurus dan anggota yang memiliki jiwa PGRI kuat di hatinya akan rela organisasi guru dan pendidik ini akan terkoyak koyak dan dibawa ke jati diri layaknya organisasi politik.Â
Omjay meyakini jiwa PGRI sejati akan merasa terpanggil menjaga wadah guru dan pendidik ini dengan satu tujuan menjadikan guru dan pendidik lainnya sejahtera lahir batin dan menjadi profesi berwibawa dan bermartabat.
Para fungsionaris PGRI diwariskan organisasi ini oleh para founding father PGRI untuk kita rawat dan jaga sebagai organisasi profesi guru dan pendidik yang mengedepankan etika, moral, dan intelektual.Â
Sebagai sebuah organisasi pendidik yang besar tentu kita semua sepakat bahwa pucuk pimpinan yang menakhodai perahu besar ini telah kita amanahkan untuk menjalankan sampai tuntas periode ini melalui mekanisme yang diatur dalam AD/ART.Â
Dan kita para anggota PGRI telah diajaknya mengarungi gelombang samudera kehidupan organisasi dengan segala pasang surutnya. Inilah derita dan bahagia sebagai guru penggerak organisasi PGRI yang tercinta.
Perahu belum sampai ke ujung pelabuhan yang kita cita-citakan, mengapa kita harus berupaya menjadi nakhoda pengganti, sementara sebagian besar penumpang merasa terbantu dan nyaman di dalam kapal yang dipimpinnya?
Sepertinya sejarah akan berulang. Di masa sulit tahun 1965-an ketika organisasi ini nyaris terbelah dengan manuver segelintir kelompok yang bernafsu menyalurkan syahwat kekuasaannya dan menancapkan ideologinya, tapi perahu Organisasi PGRI tetap tegar dan berhasil melewati badai mengatasi riak-riak gelombang yang ada bahkan melaju kencang hingga kini.Â
Itu semua berkat persatuan dan militansi jiwa-jiwa PGRI yang kuat tertancap di sanubari dan tidak akan pernah rela kemapanan organisasi dan kewibawaan pemimpinnya digoyang.
Maka, jiwa jiwa PGRI yang terserak, bersatulah. Ibu pertiwi membutuhkanmu untuk menjaga PGRI. Membangun kekuatan negara harus dimulai dari guru Penggerak Indonesia.
Membaca tulisan pak catur itu, Omjay sebagai guru penggerak juga merasa terpanggil untuk menjaga PGRI. Inilah derita guru penggerak Indonesia. Pandai memimpin pembelajaran dan mampu mengelola organisasi agar tetap solid dan terjaga sepanjang masa.