Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Penggerak Bukan Guru Plagiat

7 Februari 2023   07:17 Diperbarui: 7 Februari 2023   08:25 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semalam kami belajar kaidah pantun. Bapak Miftahul Hadi mengajari kami. Bapak Dail Maruf menjadi moderator yang baik hati. Beliau memandu jalannya diskusi di WA Group KBMN PGRI. Inilah contoh aksi nyata guru penggerak Indonesia. Bergerak bersama guru-guru se-Indonesia Raya.

Bagus sekali materinya bapak Miftahul Hadi. Omjay sangat suka sekali. Pantun sudah menjadi budaya negeri. Belajar pantun harus dilatih setiap hari. Supaya terbiasa dalam kehidupan sehari-hari. Sangat bagus dipakai untuk bumbu sambutan di sana sini.

Dokpri
Dokpri

Di era merdeka belajar sekarang ini, pantun sudah menjadi tradisi. Berbalas pantun indah sekali. Semua orang sangat menyukai. Itulah budaya negeri yang harus lestari. Pak Damar menulis pantun mendukung merdeka belajar.

Membeli Kangkung di area pasar
Buah nangka dari Pak Gilang
Mari dukung Merdeka Belajar
Semoga Indonesia jadi Gemilang

Omjay tak pandai bermain kata. Mungkin karena kurang banyak membaca. Banyak membaca serasa keliling dunia. Jendela dunia sudah di depan mata. Membacalah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi nyata.

  • Ambil baju di lemari 
  • Pilihlah satu untuk dipakai
  • Baju putih pilihan hati 
  • Jangan terlihat di tempat gadai

Kalau Puan pergi ke Pasar
Jangan lupa membeli payung
Kalau tuan ingin hatinya Bugar
Jangan lupa membuat pantun

dokpri
dokpri

Begitulah pak Dail Maruf yang biasa disapa pak Damar memulai acara belajar bersama. Materi Pantun bapak Miftahul Hadi, dapat dibaca di https://anyflip.com/wiirj/cfbd/.

Pak Miftahul Hadi yang biasa disapa Mas Miftah memberikan contoh pantun bahasa daerah. Bagus sekali isi pantunnya. Membuat Omjay tersenyum bersama keluarga tercinta. Itulah senyuman kami di hari raya.

Maf Miftah memberikan Contoh :

Molo mandurung ho dipabu,
Tampul si mardulang-dulang,
Molo malungun ho diahu,
Tatap siru mondang bulan.

Artinya :

Jika tuan mencari paku,
Petiklah daun sidulang-dulang,
Jika tuan rindukan daku,
Pandanglah sang bulan purnama

Contoh :

Sing getol nginum jajamu,
Ambeh jadi kuat urat,
Sing getol maengan ilmu,
Gunana Dunya akhirat.

Artinya :

Rajinlah minum jamu,
Agar kuatlah urat,
Rajinlah tuntut ilmu,
Bagi dunia akhirat.

Contoh :

Kabeh-kabeh Gelung konde,
Kang Endi kang Gelung Jawa,
Kabeh-kabeh ana kang duwe,
Kang Endi kang durung ana

Artinya :

Semua bergelung konde,
Manakah si Gelung Jawa,
Semua sudah ada yang punya,
Siapakah yang belum punya.

Ibu Helwiyah yang biasa disapa bu Ewi langsung menimpali pantun-pantun di atas. Beliau adalah salah satu tim solid Omjay (TSO) yang baik hati. Juga salah satu guru pengajar praktik guru penggerak angkatan 7 DKI Jakarta.

Beli kain si kain katun,
Dengan renda kain di tatah,
Jika ingin pandai berpantun,
Belajarlah pada mas Miftah.

Informasi dari Mas Miftah, Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020). Wow bangga sekali menjadi orang Indonesia. Pantun telah diakui dunia.

dokpri
dokpri
Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.

Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019).

Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019)

Kegunaan pantun itu ternyata banyak sekali. Selain untuk komunikasi sehari-hari pada zaman dahulu. Pantun bisa juga digunakan untuk mengawali sambutan pidato. Bisa juga untuk lirik lagu, perkenalan, ataupun dakwah bisa juga disisipi pantun.

dokpri
dokpri
Nah, selain itu Pantun juga melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Harus anda ingat, 1 bait pantun terdiri atas empat baris. Lalu, satu baris itu idealnya terdiri atas empat sampai lima kata. Kemudian, satu baris pantun terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata. Tiap baris terdiri dari delapan sampai dua belas suku kata.

dokpri
dokpri
Baris pertama dan kedua disebut sampiran. Baris ketiga dan keempat disebut isi. Pantun yang baik, memiliki sajak a-b-a-b. Apakah boleh pantun menggunakan sajak a-a-a-a? Pantun dua baris disebut juga karmina atau pantun kilat. Cara menentukan persajakan, bisa kita lihat Rima (bunyi akhir) tiap baris. Contohnya sebagai berikut:

Sudah gaharu Cendana pula,
Sudah tahu bertanya pula.

dokpri
dokpri

Lalu, apa bedanya pantun, syair, gurindam dengan karmina? Seringkali kita bertanya seperti itu, dan mas Miftah memberikan penjelasannya. Kamipun larut dalam pemarannya yang luar biasa. 

Inilah contoh guru penggerak yang sebenarnya. Pintar berpantun apa adanya. Guru penggerak bukan guru plagiatKalau plagiat pasti akan dilaknat.

dokpri
dokpri
Syair, hampir sama seperti pantun. Terdiri atas empat baris. Memiliki sajak a-a-a-a. Baris satu sampai empat memiliki hubungan/saling berkaitan. Ciri-ciri Pantun sudah kami jelaskan di atas.

Contoh syair sebagai berikut:

Inilah kisah bermula kawan
Tentang negeri elok rupawan
Menjadi rebutan haparan jajahan
Hidup mati pahlawan memperjuangkan

Engkau telah mafhum kawan
Penggenggam bambu runcing ditangan
Pemeluk tetes darah penghabisan
Syahdan, Tuhan karuniai kemerdekaan.

Nah, kalau gurindam hanya terdiri atas dua baris. Memiliki sajak a-a. Baris pertama dan kedua saling berhubungan. 

Contoh gurindam :

Jika rajin salat sedekah,
Allah akan tambahkan berkah.

Kalau peserta semuanya fokus
Niscaya semua pasti akan lulus

Karmina, terdiri atas dua baris. Baris pertama dan kedua tidak ada hubungannya. 

Bapak ibu yang budiman, itulah sekilas perbedaan pantun, syair, gurindam dan karmina. 

Inilah sedikit ilmu yang Omjay dapatkan semalam dari Mas Miftah. Semoga dapat dipahami oleh mereka yang tak suka fitnah.

Guru penggerak tidak boleh copas. Sebab penulisnya akan merasa was-was. Lebih baik bikin sendiri. Baik buruk dinilai hati. 

Guru penggerak juga bukan guru plagiat. Mereka memberi teladan kepada umat. 

Ibu Aam Nurhasanah memamerkan buku Senandung Desember Berpantun. Jadi kepengen punya bukunya supaya pandai membuat pantun.

dokpri
dokpri

Ibu Theresia dan ibu Iim Sholihah serta pak M Candra, peserta belajar menulis di kelas KBMN PGRI gelombang 28  menuliskan pantun dan membuat Omjay tersenyum.

Jalan jalan ke pasar baru
Jangan lupa membeli tahu
Jangan ragu walau materi baru
Silahkan bertanya, jika ingin banyak tahu

Satu dua tiga empat
Lima enam tujuh delapan
Siapa belajar dengan giat
Bahagia di masa depan

Kalau tuan pandai menakar
Pergilah ke batu jajar
Kalau tuan giat belajar
Tuan akan segera mendapat gelar

Kemudian Mas Miftah menambahkan materinya. 

"Semakin bapak ibu memiliki perbendaharaan kata dengan bunyi akhir sama, maka akan semakin memudahkan dalam membuat pantun. Carilah kata yang memiliki bunyi akhir sama. Minimal dua huruf bapak ibu".

dokpri
dokpri

Trik berikutnya menurut Mas Miftah. 

"Jika membuat pantun, susunlah baris ketiga dan keempat terlebih dahulu. Baru yang terakhir, susun baris pertama dan kedua. Nah, isinya dulu baru sampiran. Kalau sampiran dulu, nanti keluarnya jalan-jalan lagi, hehehe".

Contoh Rima akhir

Pohon nangka dililit benalu,
Benalu runtuhkan batu bata,
Mari kita waspada selalu,
Virus corona di sekitar kita

Contoh Rima tengah dan akhir


Susun sejajar bungalah bakung,
Terbang menepi si burung elang,
Merdeka belajar marilah dukung,
Wujud mimpi Indonesia cemerlang.

Rima tengah dan akhir. Lihat kata kedua dan kata terakhir. Baris pertama dan ketiga

Seja jar dan ba kung
Bela jar dan Du kung

Baris kedua dan keempat

Mene Pi dan e Lang
Mim Pi dan cemer lang

Contoh Rima awal, tengah dan akhir

Jangan dipetik si daun sirih,
Jika tidak dengan gagangnya,
Jangan diusik orang berkasih,
Jika tidak dengan sayangnya.

Contoh Rima lengkap


Bagai patah tak tumbuh lagi,
Rebah sudah selasih di taman,
Bagai sudah tak suluh lagi,
Patah sudah kasih idaman.

Omjay dan istri/dokpri
Omjay dan istri/dokpri

Pesan Mas Miftah semalam yang masih Omjay ingat adalah: 

"Dalam menulis pantun, usahakan hindari penggunaan nama orang, dan nama merk dagang". 

Semoga apa yang disampaikan Mas Miftah semalam, membuat kita bisa menggunakan pantun dalam kehidupan sehari-hari. Omjay sendiri akan pergunakan untuk merayu istri tercinta, hahaha.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Guru Blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

Omjay/dokpri
Omjay/dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun