Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metaverse untuk Pendidikan

31 Maret 2022   16:32 Diperbarui: 31 Maret 2022   22:30 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang hari ini, bapak Fajar Tri Laksono menyebarkan link zoom dan live youtube di kelas Informatika. Dalam pertemuan yang kesepuluh ini, pengelola kelas informatika mengambil tema Metaverse untuk pendidikan.

Adapun yang menjadi narsumbernya adalah Bapak Budi Hartanto, S.Pd. Beliau guru Informatika di SMPN 86 Jakarta. Kali ini beliau akan berbagi ilmunya yang kedua kalinya di kelas informatika APKS PGRI.

Kami di Ikatan Guru TIK PGRI, berencana akan melaksanakan kegiatan kelas Informatika selama 16 kali pertemuan. Setiap pertemuan ada rekamannya di youtube. Bapak dan ibu yang baru bergabung, dapat menonton rekaman materinya di youtube.

Semua peserta yang aktif hadir akan mendapatkan sertifikat 32 jam yang saya tandatangani bersama bapak ketua KOGTIK PGRI, Bapak Bambang Susetiyanto. Sehingga sertifikatnya dapat digunakan untuk menambah point kenaikan pangkat.

Berikut ini link zoom dan live youtube yang dibagikan pak Fajar di WA Group APKS PGRI.


Kelas Informatika IGTIK PB PGRI is inviting you to a scheduled Zoom meeting.

Topic: Metaverse untuk Pendidikan
Time: Kamis, 31 Maret 2022 pukul 14:00 WIB

Join Zoom Meeting
https://us06web.zoom.us/j/88073673227?pwd=cG5XQlRGK2ZCeXpPc2R3dVNkdFBDZz09

Meeting ID: 880 7367 3227
Passcode: PGRI

Live Streaming on Youtube
https://youtu.be/ZOuKtLZ5yoM

Sekedar informasi yang perlu diketahui bapak dan ibu. Metaverse adalah sebuah rancangan yang menggabungkan dunia nyata dan dunia digital. Dalam arti yang lebih luas, Metaverse adalah ruang virtual di mana orang-orang dari seluruh dunia dapat berkumpul dan berkomunikasi menggunakan teknologi virtual dan augmented reality. Hal ini pernah disampaikan Prof Eko Indrajit di kelas Informatika APKS PGRI.


Dunia pendidikan kita saat ini sudah terbiasa dengan situasi pandemi. Baik di dalam maupun di luar negeri. Metaverse menyesuaikan diri dengan situasi sekarang ini, sehingga meskipun proses belajar mengajar di sekolah kurang efisien, mereka tetap berkinerja baik.

Pendidikan yang semula dilakukan tatap muka di sekolah, dialihkan ke proses pembelajaran daring. Hal itu lebih dikenal dengan istilah online atau pembelajaran tatap maya. Tentu dibutuhkan akses internet cepat yang tak bisa dihindari.

Banyak sekolah di Indonesia mengajar setiap hari melalui aplikasi Google Meet atau Zoom karena sumber daya yang tersedia untuk sekolah yang mengharuskan guru dan siswa untuk mengajar baik di grup WhatsApp maupun di kelas terbatas. 

Mereka saling berinteraksi melalui aplikasi virtual, baik yang berbayar maupun yang gratisan. Hal itu terjadi disesuaikan dengan kondisi keuangan sekolah masing-masing. Sekolah yang memiliki anggaran besar pasti akan memilih teknologi terkini.

Dalam dunia internet, dampak positif memang ada misalnya guru yang berusaha belajar mengunakan aplikasi dengan bermodalkan nekat dan keberanian saja, tetapi hasil yang dirasakan oleh guru tersebut adalah adanya peningkatan kompetensi guru dalam mengunakan aplikasi secara daring.

Guru menjadi terbiasa menggunakan aplikais terkini, namum disisi lain tidak semua daerah yang jaringan internet terjangkau. Bahkan ada sekolah yang melaksanakan pembelajaran apa adanya saja. Sebab jaringan internet cepat tidak mendukung di daerahnya.

Contohnya sekolah yang akses internetnya tidak terjangkau mengunakan pendekatan pembelajaran melalui titik kumpul di sekolah dan proses ini sudah dilaksanakan pada masa pandemi COVID 19. Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas tak bisa dihindari karena adanya akses internet yang kurang memadai.

Inilah yang menyebabkan kinerja pembelajaran kurang baik, apalagi kurangnya literasi antara guru dan siswa. Dalam konteks pembelajaran yang berpusat pada siswa, metaverse akan berdampak negatif pada dunia pendidikan karena tidak ada teknologi yang dapat menggantikan peran guru. Siswa membutuhkan sentuhan langsung dari guru bukan melalui dunia digital.

Namun harus disadari, teknologi terkini memang tak bisa menggantikan peran guru, tapi guru yang tak mau belajar teknologi terkini, akan ditinggalkan oleh siswanya yang menguasai teknologi terkini.

Dengan pemahaman arti metaverse yang belum banyak serta bentuknya yang juga masih terus berevolusi, agak sulit menjelaskan metaverse itu apa, hanya secara perlahan konsepnya mulai bisa dipahami bahwa metaverse adalah sebuah dunia rekaan/virtual buatan manusia yang di dalamnya kita bisa beraktivitas seperti halnya di dunia nyata tetapi dengan teknologi dan fasilitas yang jauh lebih canggih serta lebih indah. 

Kalau Metaverse terus dikembangkan di dunia digital, diprediksi kelak manusia akan lebih banyak menggunakan waktunya di sana. Manusia memang luar biasa, sudah ada dunia nyata tetapi masih juga berusaha menciptakan dunia maya. 

Kemudian timbul pertanyaan, apakah ini sebuah kemajuan atau sebuah hal yang kebablasan? Apakah ini peluang ataukah justru bakal menjadi ancaman? Mengingat selain kenyamanan juga ada kekuatiran bila kelak menjadi nyata. Perlu pembiasaan yang akan menjadi budaya digital baru di masa kini.

Bisa jadi dunia nyata yang biasa menjadi aktivitas sehari-hari bakalan sepi dari segala hiruk pikuk, karena semua akan berpindah ke dunia rekaan. Hal itu banyak dikhawatirkan para pakar pendidikan. 

Jalan-jalan yang biasa padat dengan arus lalu lintas akan terlihat sekadarnya saja. Manusia akan sibuk dengan aktivitas avatarnya dan aktivitas di dunia nyata menjadi berkurang. Manusia menjadi malas gerak di dunia nyata dan lebih senang di dunia maya.

Guru harus belajar untuk menguasai teknologi terkini. Boleh saja dunia digital berperan penting dalam mempercepat akses informasi berkaitan dengan materi pembelajaran. 

Tak dapat dipungkiri, dunia digital juga dapat membantu siswa mempercepat pemahaman karena sumber belajar saat ini bukan hanya dari guru saja melainkan banyak sumber belajar yang dapat di akses dimana saja dan kapan saja dengan berbagai platform..

Namun dalam mengimplementasi pendidikan karakter tidak bisa melalui virtual, guru harus melaksanakan pembelajaran secara langsung dengan siswa disekolah. Seperti pelaksanaan sholat berjamaah di masjid sekolah.

Kementerian pendidikan dan kebudayaan riset dan teknologi (Kemenristek) sudah memberikan ruang kepada satuan pendidikan untuk melaksanakan pembelajaran secara tatap muka terbatas. Dengan demikian kondisi memberikan ruang bagi guru untuk memantau perkembangan siswa secara langsung di sekolah sudah terbuka.

Berdasarkan pengalaman pembelajaran yang dilaksanakan secara daring selama dua tahun, banyak siswa yang mulai kehilangan arah dan tujuannya. Siswa tidak merasakan sentuhan langsung dari guru dan guru juga tidak bisa memantau perkembangan siswa dari sisi perkembangan mental dan semangat belajarnya. Profil Pelajar Pancasila (PPP) tentu saja tidak maksimal dilaksanakan.

Metaverse memang baik, namun dunia pendidikan belum efektif menerapkan pembelajaran online karena banyak kekurangan atau hambatan yang dihadapi guru dan siswa. Namun, dari sudut pandang orang tua, banyak siswa yang membutuhkan bantuan orang tua selama belajar, sehingga sulit untuk mengatur jam kerja.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan dari ulasan di atas bahwa metarverse akan berdampak positif bagi dunia pendidikan. Karena pendekatan ini memungkinkan guru dan siswa untuk menggunakan waktu mereka secara efisien untuk melakukan pendidikan. Namun, dampak negatifnya adalah banyak siswa yang kurang beruntung secara ekonomi, sehingga prestasi akademiknya buruk karena kurangnya kelas. Ini adalah tugas yang harus memiliki solusi terbaik bagi siswa untuk benar-benar merasakan pembelajaran yang sebenarnya.

Hari ini kita mendapatkan penjelasan yang keren dari bapak Budi Hartanto. Semoga dapat diimplementasikan di sekolah masing-masing. Semoga di pertemuan berikutnya dapat kita berikan materi secara lebih mendetail.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Guru Blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

Omjay/dokpri
Omjay/dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun