Menjadi Guru Inspiratif adalah dambaan para guru. Terutama buat mereka yang selalu ikhlas menjalani profei yang mulia ini. Kaget juga ketika nama saya ada dalam surat resmi kemdikbud dan terpilih sebagai salah satu nominasi guru SMP inspiratif tingkat nasional.
Kemudian pak Angga dari Kemdikbud memasukkan saya ke wa group 20 orang guru SMP inspiratif tingkat nasional. Betapa jaketnya eh kagetnya saya karena yang masuk nominasi adalah para guru yang sudah langganan jadi juara di tingkat nasional. Sementara saya masih pada urutan ketiga juara inobel tahun 2017.
Di dalam wa group ada bu Umi Rosidah dan bu Emi Sudarwati yang juara pertama inobel tingkat nasional. Juga ada teman saya pak Jaka guru berprestasi dari Kalimantan Barat dan pernah sama sama ikut belajar ke China University of Mining Technology (CUMT) tahun 2019 lalu.
Saya mendapatkan jadwal wawancara dan presentasi hari Rabu Pukul 19.30 wib. Namun dimajukan oleh panitia menjadi sore hari. Saya langsung menyetujui saja walaupun belum siap presentasi sore itu. Saya jalani saja karena pemenang sudah ada di tangan dewan juri. Mereka hanya ingin konfirmasi saja.
Kami hanya ngobrol dan saya ditanya apa saja yang sudah dilakukan selama ini. Jadi ingat waktu sidang tesis S2 dan ditanya oleh para penguji. Seperti itulah suasananya. Hanya bedanya secara virtual saja. Kita tidak bertemu secara langsung.
Alhamdulillah saya mendapatkan doa dari kedua dewan juri. Rupanya mereka tahu juga kalau saya dinyatakan positif covid-19 oleh hasil swab beberapa waktu lalu. Mereka juga bertanya kenapa saya sampai terkena virus Covid-19. Saya ceritakan saja apa adanya.
Senang juga mendapatkan kehormatan di wawancara oleh dewan juri tingkat nasional Kemdikbud. Mereka adalah para dosen di perguruan tinggi yang memang mumpuni di bidangnya. Beberapa saya kenal dan pernah menjadi narasumber bersama mereka di acara webinar.
Saya sempat dibuat keder juga, karena menurut mereka apa yang saya lakukan biasa-biasa saja. Belum luar biasa karena baru untuk guru saja dan belum untuk siswa. Sebab saya hanya crita tentang guru saja, belum siswa yang saya ajari selama ini.
Dari situ saya merasa yakin tidak lolos sebagai pemenang guru SMP inspiratif, karena apa yang saya kerjakan bersama kawan-kawan lebih fokus kepada guru belajar menulis dan menerbitkan buku. Bukan layanan siswa yang diminta dewan juri. Saya salah komunikasi rupanya tentang sosok guru inspiratif.
Tadi pagi, hari Jumat pukul 09.00 wib kami dikumpulkan secara virtual lewat aplikasi zoom. Saya tidak kaget ketika nama saya tidak berada dalam urutan dewan juri dan terpilih sebagai guru SMP inspiratif tingkat nasional. Sebab saat wawancara dan presentasi saya dalam posisi yang kurang siap menjawab pertanyaan dewan juri. Saya membuat slide tidak sesuai dengan format yang diminta Panitia.
Namun saya bersyukur bisa masuk nominasi 20 orang guru SMP inspiratif. Tidak mudah mencapai posisi ini. Â Kebetulan teman sekantor ada juga yang menjadi salah satu dewan juri dan mengucapkan selamat sudah masuk nominasi di tingkat nasional.