BISAKAH ORGANISASI PROFESI GURU BERSATU?Â
Oleh: Wijaya Kusumah (Omjay)
Pagi ini saya bangun kesiangan. Mungkin karena kelelahan sehingga tidur sampai mendengkur tak karuan. Begitulah istri saya menceritakan. Saya terbangun dari mimpi yang ingin saya bagikan kepada kawan.
Dalam tidur saya bermimpi. Semua organisasi guru bersatu dalam sebuah wadah yang bernama Persatuan Guru Republik Indonesia. PGRI menjadi sebuah organisasi yang menyatukan guru. Semua organisasi guru berkumpul di dalam wadah yang bernama PGRI.
Organisasi guru hanya satu. Seperti halnya organisasi profesi dokter hanya satu. Ikatan dokter Indonesia yang disingkat IDI mampu mempersatukan semua dokter Indonesia. Di dalamnya ada berbagai organisasi dokter yang profesional dan bermartabat. Anda bisa membaca websitenya di idionline.org.
Apakah guru bisa seperti itu? Tentu saja bisa. Asalkan kita mau menanggalkan baju kesombongan dalam diri kita. Setiap organisasi profesi guru harus berlapang dada untuk bergabung di PGRI. Jangan karena tidak dapat panggung, lalu bikin panggung lainnya.
Mengapa PGRI yang ada dalam mimpi? Sebab PGRI adalah organisasi besar yang anggotanya sudah menyebar di 34 provinsi sampai ke desa dan kota. Baik tingkat kelurahan maupun kecamatan. Gedung dan kantornya pun ada di setiap kota. Usianya yang sudah 75 tahun telah membuatnya menjadi organisasi yang memiliki solidaritas tinggi.
Namun, tidak semua guru memahami ini. Bahkan ada yang mencoba menandingi PGRI dengan berbagai cara. Tapi sampai saat ini PGRI tetap kokoh dan kuat menjadi mitra pemerintah dalam membangun negeri. PGRI selalu terdepan dalam melakukan inovasi di bidang pendiidkan.
Dalam dunia nyata hal ini belum bisa terjadi. Masih ada organisasi guru yang belum mau bergabung di PGRI. Alasannya cukup rasional bagi mereka. Undang Undang guru dan dosen memperbolehkannya. Guru boleh ikut dan mendaftar diri dalam organisasi guru yang dia sukai. Bahkan guru dipersilahkan untuk membentuk organisasi profesi guru di luar PGRI.
Para guru harus duduk bersama menyatukan pandangan dengan satu tujuan. Organisasi profesi guru yang sudah lebih dari satu itu harus bertemu dan berkumpul kembali. Dirjen GTK kemdikbud menyatukan kami selama 3 hari di hotel Aryaduta Jakarta Pusat. Dari tanggal 31 Agustus 2020 sampai 2 September 2020 kita berkumpul dan berdiskusi dalam melakukan refleksi peran organisasi profesi guru. Kecintaan pada organisasi guru adalah loyalitas.
Seorang kawan di WA Group menanggapi tulisan saya. Mungkinkah piring yang sudah terlanjur pecah disatukan lagi? Apakah sama nilainya hasil barang yang sudah hancur disatukan lagi? Lalu beliaupun menjawab pertanyaannya.Â
Mungkin saja, dengan asumsi bahwa semua bagian yang pecah tidak ada yang hilang atau tidak bisa jika bagian utama ada yang hilang. Kedua, piring yang sudah pecah, nilainya akan lebih tinggi karena memiliki kreasi seni yang tinggi atau tidak mempunyai nilai lagi, karena keutuhannya sudah tercoreng.
Seorang kawan lainnya menuliskan di WA.Â
"Berbeda itu indah OmJay. Hehehe. Berdirinya orprof guru yang lain, mestinya dijadikan bahan introspeksi diri. Bukan malah menganggap yang lain sedang melakukan kesombongan. Maaf Om Jay, ini pendapat pribadi. Oh ya, sekadar info. IGI Jawa Timur, sekarang sudah ada di seluruh Kabupaten/Kota di Jawa timur. Jumlah anggotanya sudah lebih dari 15.000 orang." Begitulah katanya memberikan informasi dengan bangganya.
Saya kembali tersenyum ketika membaca komentar seorang kawan di WA Group lainnya.
"Dalam mimpi saya ...Kelihatannya ada yang jengah jika semua guru bersatu dalam rumah besar PGRI saja, karena dengan jumlah anggota yang sangat besar, maka PGRI akan tumbuh menjadi sebuah organisasi yang kuat, kokoh dan memiliki soliditas yang tinggi...yang akan menyokong dan mendukung seluruh perjuangan pengurus dengan energi yang full...Â
Maka dibuatlah aturan dan kebijakan yang membolehkan (membuat organisasi guru yang lain), meskipun terbitnya Undang-undang tersebut adalah sebagai hasil perjuangan panjang Pengurus PGRI ...Saya berharap, agar mimpi ini segera berakhir. Begitulah seorang kawan guru anggota PGRI menuliskannya."
Kawan guru pengurus PGRI lainnya berpendapat. Organisasi guru bisa bersatu. Semua sama guru, semua sama tupoksinya, dokter juga hanya satu IDI. Tunjangan Profesi Gurunya sama. Rekening sama-sama di bank dititip hehe. Lalu yang lain menimpalinya.
"Iya betul sama pak... Sama-sama hasil perjuangan panjang Pengurus PGRI. Betul pak, begitu juga yang sering saya informasikan kepada rekan-rekan pengurus PGRI di daerah maupun di cabang dan ranting ..Bahwa ..Itu yang kadang kurang diperhatikan dan dipahami oleh rekan-rekan guru, bahwa TPG tidak diberikan begitu saja ...tetapi melalui sebuah proses yang panjang, penuh perjuangan, lobi2, dan pengorbanan2 ...sampai kemudian dibuat Undang-undang Guru dan Dosen sebagai dasar pemberian TPG setelah melalui seleksi ketat yang bernama sertifikasi guru...Â
Yah yang tidak mau gabung dalam PGRI apalagi ingin membentuk organisasi baru? Berarti dia tidak tahu fungsinya gabung di PGRI itu sangat penting, terutama untuk kenaikan pangkat bagi PNS. Pointnya lumayan nambah Nilai Penilaian Angka Kredit (PAK). Menurut saya harus bersatu menjadi Wadah PGRI.  Tidak Ada  organisasi guru yang lain.  PGRI saja.  Jangan ada IGI. Kalau Ada yang lain jadi terpecah."
Kemudian dikusi berlanjut.Â
"Benar sekali. Saya mendengar langsung dari.bapak almarhum Prof. Surya, beliau adalah pejuang guru. Makanya perjuangan  berantai.. dari  awal hingga  akhir...Perjuangan berantai  tiada  terputus... karena  perjalanan  tidak mulus...karena  kadang  mau dihapus Karena  semua  ada  perjuangan  tulus.. sampai saat ini masih mulus.Â
Jika rumah besar PGRI kita masih kokoh, masih solid ...InShaa Allah tidak akan mudah menghapus TPG. Ini bisa jadi satu kalau semua kebijakan dari satu pintu. Dan tidak ada diskriminasi. Bisa asal visi dan misi ikhlas karena Allah swt. PGRI,FGI,PGMI,IGI,PGM, dll itu hanya wadah dan tujuannya satu visi dan misi lillaahi ta'aala."
Seorang kawan di PGRI mengirimkan pesan.Â
"Semestinya organisasi guru cukup satu organisasi saja yaitu PGRI yang sudah teruji selama 75 tahun berdiri. Tidak ada lain-lain. tetapi anehnya sekarang banyak yang muncul. Hal yang penting kita selalu membuktikan bahwa Marwah PGRI selalu hidup dan mmberikn bukti dengan kinerja nyata, KONTRIBUSI dan selalu solid untk Negeri yang kita cintai..Jayalah PGRI...HIDUP GURU, HIDUP PGRI..SOLIDARITAS YESS."
Seorang sahabat dekat japri ke WA. Beliau adalah guru pejuang.Â
"Insha Allah bisa omjay, asalkan di masing-masing tingkatan PGRI bisa mensosialisasikan program dan jati diri PGRI dengan anggota, .... ingat bahwa kesejahteraan guru tanpa perjuangan takkan ada, saya ikut berjuang ketika UUD guru dan Dosen belum disahkkan waktu itu dan juga ikut demo di tahun 2010 di gedung MPR memperjuangkan hak guru.Â
Sekarang.alhamdulillah di Kabupaten kami semua guru kompak dan mengerti bagaimana perjuangan PGRI hanya melalui wa grup Kabupaten kami selalu menyampaikan perjuangan PGRI. Barusan saya di telepon Kadisdik untuk membantu diknas mengingatkan bagian keuangan daerah untuk segra membayar gaji Honda .... jadi kemitraan yg baik dgn pemerintah daerah sdh tercipta."
Inilah gedung guru kami, hasil dari sumbangan  suka rela anggota dr gaji ke 13 dan TPG. Ini bukti kemitraan baik dengan pemerintah daerah sehingga kami kami diberi mobil operasional untuk menjalankan roda organisasi.
Berbeda-beda tapi tetap satu jua, untuk pendidikan Indonesia.
Bersambung...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI