Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyiapkan Guru dan Dosen di Era Revolusi Industri 4.0

19 November 2019   10:36 Diperbarui: 27 November 2019   11:49 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pengurus PGRI Bertemu Wakil Presiden

Menyiapkan guru dan dosen memasuki era revolusi industri 4.0 bukan perkara yang sangat mudah. Harus ada grand disain yang membuat calon guru memiliki keterampilan mumpuni di abad ini.

Alhamdulillah sudah sampai rumah. Baru saja melayat ke rumah dosen kami di ikip jakarta. Namanya pak Triday. Ketua jurusan kami yang baik hati. Dekat dengan mahasiswa dan banyak memberikan keteladanan buat kami. Sedikit bicara banyak bekerja. mahasiswa pun hormat kepadanya.

Beliau juga yang merekomendasikan saya untuk menjadi guru di labschool. Padahal saat itu saya belum lulus S1. Beliau meyakinkan dekan kami, Prof. Kusno bahwa saya layak jadi guru komputer ketika itu.

Saya menjadi teringat dengan pemaparan para pakar dan ahli di bidang pendidikan hari ini. Dari pagi hingga sore hari kami berdiskusi dan saya menyimaknya dalam hati.

Kata demi kata terekam dengan jelas dalam long time memori. Pak haji Rohandi merekamnya lewat live streaming yang direkam ke youtube.com.    

Teman teman tentu sudah menonton siaran langsungnya. Aki tri di solo bercerita di wa group. Bagus sekali acara diskusinya. Kami semua belajar dari para pakar tanpa keluar satu sen pun. Ketua umum pb pgri telah mengundang mereka ke gedung guru Indonesia.

Ini kuliah ilmu pendidikan satu semester. Dikemas menjadi satu hari dan dibagi ke dalam dua sesi.

Para guru besar, para praktisi dan kyai memberikan konsep konsep pemikirannya tentang guru. Saya menambahkannya dengan dosen. Sebab menyiapkan guru dan dosen sama pentingnya. Guru di sekolah dan dosen di perguruan tinggi. Keduanya saling terkait dalam memajukan dunia pendidikan.

Saya tak mau panjang lebar menuliskannya. Saya hanya ingin menuliskan intinya saja. Sebab anda bisa menonton siaran ulangnya di youtube.

Saya mulai merangkum intisari pertemuan tadi pagi. Konsep yang bagus kalau implementasinya tdk bagus akan menjadi seperti sekarang ini. Kita akhirnya saling menyalahkan. Dosen menyalahkan guru dan guru menyalahkan dosen. Orang tua jadi penonton yang terkadang lebih galak dari pemain.

Solusinya adalah mari kita semua menyiapkan diri menjadi guru dan dosen yang mampu menjadi pemain di era revolusi industri 4.0.

Sebuah era dimana kaum kolonial harus banyak belajar kepada kaum milenial. Banyak mendengar dan sedikit bicara. Mulailah memberikan keteladanan, karena seharusnya semakin menua semakin bijaksana.

Saya sempat takjub ketika yang muda diberikan kesempatan bicara. Sayangnya, para tetua sudah meninggalkan arena diskusi. Untunglah masih ada yang bertahan sampai acara selesai. Pak Munir contohnya. Usia lanjut masih aktif untuk belajar mendengar.

Hari ini saya belajar. Sungguh benar benar belajar. Saya pikir kuliah S3 semakin pintar, tapi ternyata saya semakin bodoh. Sebab semakin banyak ilmu yang belum saya ketahui.

Semoga ada rangkuman penting yang bisa disusun dengan kalimat yg efektif dari diskusi hari ini.

Sehebat apapun kita, ketika mati hanya selembar kain kafan yang dibawa ke liang kubur. Hanya amal kebaikan yang akan mengantarkan kita ke pintu surga.

Ada satu hal yang menarik untuk kita diskusikan bersama. Prof. Arief Rachman mengusulkan agar 8 standart nasional pendidikan ditambah standar kesehatan dan keamanan. Sehingga menjadi 10 standart nasional pendidikan. Sebab menjadi guru dan dosen itu harus sehat dan aman. Saya pun langsung setuju. Walaupun saya tahu tidak mudah mewujudkannya.

Diskusi hari ini di pgri membuat saya lebih mawas diri untuk menjadi guru yang mampu memberikan teladan kepada sesama.

Menyiapkan guru dan dosen memasuki era revolusi industri harus diimbangi dengan lptk yang modern dan sekolah berkarakter. Lain waktu kita diskusikan bersama sama.

Salam blogger persahabatan
Omjay, guru blogger Indonesia
Blog http://wijayalabs.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun