"Kita,lihat saja nanti...pelatihan pelatihan...yang konon k 13 telah di revisi. Tempatnya di hotel berbintang .. Mkn enak...pulang dapat uang saku....habis itu....Kgk faham apa apa.. YANG PENTING DAPAT DUIT". Lanjut seorang kawan lainnya.
Menurit analisa saya tentang kurikulum. Saya yakin dari aceh sampai papua kondisinya sama. Sebab saya pernah berada dalam tim monev k13 di 2 kota bersama tim puskurbuk. Saya pun tahu bgm kawan kawan puskurbuk bekerja.
Sewaktu di aceh saya temui guru guru yg belum melek tik dan mereka mengaku blm menguasai tik dgn baik. Mereka hanya mampu mengoperasikan powerpoint dan itupun masih dibuatkan oleh kawan guru lainnya.
Kawan di daerah menulis, "Di daerah saya banyak guru yg pegang mouse saja gemetar.".
Di aceh saya melihat dgn mata kepala sendiri bahwa mereka memerlukan pelatihan tik. Tapi sayang belum terwujud sesuai harapan mereka.
Kondisi serupa saya alami di palangkaraya. Kondisi gurunya blm menguasai tik dengan baik. Bisa anda bayangkan kalau tik terintegrasi ke semua matpel dan melekat pada guru.
Di sekolah sekolah yg ada di pulau jawa pun demikian. Dari pengamatan saya melaksanakan workshop elearning di 25 kota, saya temukan banyak guru yg belum kuasai tik dgn baik. Jujur saya sedih sekali.
Ada kawan guru menuliskan di facebook, "Di daerah sy jg sama, biarpun sdh pakai k13, tp mengajarnya tidak ada bedanya dengan yg ktsp jad k13 rasa ktsp... Wkwkwk."
Kalau kemdikbud tetap memaksakan tik terintegrasi ke semua matpel seharusnya diklat tik diberikan terus menerus kpd guru. Sehingga mereka bisa mengaplikasikannya dalam pembelajaran di kelas. TIK sebagai ilmu akan dirasakan oleh para guru sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran.
Kenyataan di lapangan saat ini guru mengajar di kurikilim 2013 rasa ktsp. Artinya kurikulum 2006 masih lebih berkesan bagi guru ketimbang k13 yang setengah mentah.
"Guru itu fokusnya ke murid...ee di tambah ke teman guru dan staff TU....Fungsi LP TK...untuk apa ?", kata seorang guru.