Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senjakala Kurikulum 2013

11 Maret 2016   00:07 Diperbarui: 11 Maret 2016   00:25 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari awal digulirkannya, kurikulum 2013 memang sudah menuai pro dan kontra. Masalahnya semakin menumpuk ketika pergantian rezim pemerintahan. Mendikbud baru ketiban banyak masalah. Sedikit demi sedikit masalah diselesaikan dengan baik oleh pak Anies Baswedan, mendikbud pilihan presiden Jokowi.

 

Saya maklum dengan perubahan kurikulum. Adalah sebuah kewajaran bila kurikulum itu senantiasa diperbaharui. Namun demikian, kurikulum yang digulirkan tidak boleh dibuat tergesa-gesa. Jangan sampai banyak memakan korban. Pada akhirnya guru jugalah yang paling banyak menderita. Terutama guru yang mata pelajarannya tidak nongol lagi di kurikulum 2013. Mata pelajaran TIK adalah salah satunya. TIK adalah singkatan dari Teknologi Informasi dan Komunikasi.

 

Awalnya saya beranggapan kurikulum baru ini adalah sebuah tantangan. Prof Abdul Malik Fajar (Mantan mendiknas) mengatakan, "kurikulum adalah sebuah menu yang disajikan agar dapat menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan". Kalau ketiga point itu tidak terwujud, maka sudah bisa dipastikan kurikulum tersebut memang tidak layak dipertahankan. Mareka yang mempertahankan biasanya mereka yang kecipratan proyek kurikulum 2013. Dicarilah dalil-dalil hukum dan teori untuk membenarkannya. Pada akhirnya yang muncul ke permukaan hanya pembenaran dan bukan kebenaran.

 

Ketika mendapatkan undangan untuk mengikuti diklat kurikulum 2013 di hotel berbintang, saya berharap ada sesuatu yang baru muncul. Tapi sayang saya tak mendapatkannya. Saya hanya menyaksikan para instruktur yang hanya bisa membaca slide power point dari para pejabat pusat kurikulum dan perbukuan. Dari guru yang ikut jadi instruktur waktu itu, hanya bisa pelenga-pelongo menyaksikan kami para peserta yang kritis bertanya sana sini. Bagi kami, kurikulum 2013 hanya menimbulkan masalah baru. bahkan ada mata pelajaran baru yang menggantikan TIK di SMP dan SMA. 

 

Sebagai guru TIK saat itu, saya tak bisa menolak tugas untuk menjadi guru prakarya. Dua tahun mencoba mencintai mata pelajaran prakarya, tapi ternyata tak bisa. Saya lebih mencintai mata pelajaran TIK di SMP. Setiap kali anak-anak bertanya kapan belajar TIK lagi, maka saya tak bisa menjawabnya dengan cara-cara seorang akademisi. Saya hanya bilang pada mereka, tunggulah presiden baru. Waktu itu, pemilihan presiden sedang seru-serunya. Jokowi dan Prabowo bertarung merebut hati rakyat.

 

Presiden Jokowi terpilih. Beliau menunjuk mendikbud baru yang kita semua sudah tahu kapasitas dan kredibilitasnya. Pak Anies Baswedan tahu, banyak masalah dalam proyek kurikulum 2013. Penghentian sementara kurikulum 2013 menjadi obat penenang bagi kami yang mata pelajarannya hilang. Mata pelajaran TIK masih ada di kurikulum 2006. Kamipun bernafas lega untuk sementara. MGMP TIK yang awalnya mati suri sudah mulai menggeliat lagi.

 

Mereka yang kembali ke kurikulum 2006 atau ktsp rata-rata senang sekali. Mereka tidak lagi disulitkan urusan penilaian. Sama seperti dosen perguruan tinggi. Tak pernah dipersulit untuk urusan penilaian mahasiswanya. Ada kegembiraan buat guru yang mata pelajarannya hilang dalam kurikulum 2013. Termasuk juga guru TIK. Perwakilan guru TIK akhirnya bertemu pak Anies Baswedan pada 24 Desember 2014. Di hari itu terbentuklah komunitas guru TIK dan KKPI yang kini sudah resmi berbadan hukum.

 

Seringkali harapan sangat berbeda dengan kenyataan. Kurikulum 2013 justru masih mempertahankan TIK sebagai bimbingan. Padahal kita sama-sama tahu bahwa bimbingan TIK hanya akal-akalan pejabat kemdikbud supaya guru TIK mau menerima peran guru TIK dalam kurikulum 2013. Permendikbud nomor 68 tahun 2014 dan nomor 45 tahun 2015 tentang peran guru TIK lahir. Tapi sayangnya masih belum menyelesaikan masalah. Sebab akar masalahnya adalah kami hanya ingin mata pelajaran TIK kembali. Bukan karena memaksakan diri, tapi karena mata pelajaran ini sangat dibutuhkan oleh peserta didik saat ini. Lihat saja apa kata mereka di youtube dan media sosial lainnya.

 

Tadinya saya optimis kurikulum 2013 akan benar-benar menyiapkan generasi emas Indonesia. Tadinya saya merasa yakin kurikulum 2013 bisa menjadi solusi permasalahan pendidikan di negeri ini. Tapi sayang, setelah saya membaca dokumennya dan terus saya pelajari struktur kurikulumnya, maka kurikulum 2013 tak lebih dari penambahan dan pengurangan jam mata pelajaran. Bahkan ada yang dihilangkan untuk mata pelajaran baru yang bernama prakarya. Sementara sarjana prakarya belum pernah ada dalam perguruan tinggi kita. Lagi-lagi dalil dan hukum dicari-cari untuk menjadi sebuah pembenaran dan bukan kebenaran.

 

Senjakala kurikulum 2013 nampaknya harus dihentikan sampai di sini. Entah kenapa kami tak semangat lagi mempetahankannya. Nomenklaturnya sudah tidak tepat lagi menggunakan nama kurikulum 2013. Sebaiknya diganti saja menjadi kurikulum 2016. Hasil revisi kurikulum 2013 sebaiknya dipublikasikan dengan cara akademik dan transparan. Disampaikan secara terbuka supaya tak ada dusta diantara kita. Waktu 3 tahun sudah cukup untuk mengevaluasi dan melihat baik buruknya kurikulum baru. Jangan lagi coba-coba. Kita harus ingat iklan minyak kayu putih. "buat anak kok coba-coba!".

 

[caption caption="Semnas urgensi matpel TIK di Aula Kemdikbud"][/caption]

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun