Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengkaji Kembali TIK sebagai Mata Pelajaran Lagi

4 Maret 2016   17:00 Diperbarui: 4 Maret 2016   17:12 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Seorang kawan guru TIK menuliskan di facebook group komunitas guru TIK dan KKPI.

TIK dan KKPI adalah sebuah alat untuk memperkenalkan bagaimana teknologi itu berlangsung,cara mengelola teknologi yang benar dan sumber untuk berkembangnya seseorang walaupun hanya dasar.

Alangkah tidak bijaksana apabila TIK dan KKPI dihilangkan, bagaimana jadinya apabila yang dasar saja sudah tidak ada, diibaratkan bayi diharuskan langsung berlari tanpa ada proses belajar tengkurep, belajar duduk, dan belajar berjalan.

Tak terbayangkan apabila memang itu benar – benar terjadi, bagaimana nasib bangsa ini. Orang yang kerja di perkantoran tidak punya keahlian menggunakan perangkat perkantoran (OFFICE) belum lagi para anggota dewan, Kepala Daerah, Pejabat Pemerintah sampai Kepala Negara.

Haruskah rakyat kecil yang selalu menjadi korban, pelaksanaan kurikulum 2013 diharuskan menggunakan TIK tapi pelajaran TIK tidak ada, dengan kata lain pemerintah mengharuskan siswa mengikuti Les Private untuk bisa menggunakan TIK untuk bisa mengerjakan tugas – tugas yang ditekankan oleh kurikulum 2013. 


 Berapa materiil lagi yang harus dikeluarkan dari kantong rakyat kecil. Tak melihatkah bagaimana perjuangan anak yang ingin belajar didaerah terpencil, mereka harus menyebrang sungai hanya dengan seutas tali belum lagi yang berangkat dari rumah ke sekolah dengan jalan kaki berkilo – kilo meteri.

Seandainya kurikulum 2013 diterapkan secara menyeluruh bagaimana mereka mengerjakan tugas dengan keadaan mereka yang begitu. Semangat belajar mereka janganlah sampai terkikis karena penerapan kurikulum 2013.

Dalam benak mereka pasti ada rasa ingin memajukan daerah mereka sendiri, salah satu jalan hanyalah mereka harus meraih pendidikan yang layak, aman, dan nyaman di hati mereka, bukan terkekang oleh banyaknya tugas yang harus diselesaikan dengan tuntutan yang diterapkan pada kurikulum 2013.

Tidak semua sarana prasana TI dibagi secara merata di berbagai daerah. Sekolah yang dengan ibu kota saja terkadang ada yang masih minim fasilitas. Pertanyaan yang paling besar adalah apakah semua guru yang sekarang ada sudah bisa menerapkan TI didalam pembelajaran pada kurikulum 2013?.

Saya menjadi teringat dialog ketua PGRI Pontianak, Kalimantan Barat dengan kepala Pusat kurikulum dan perbukuan kemdikbud saat semnas di aula kemdikbud 24 April 2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun