Wajah pendidikan kita memang masih berduka. Tetapi sebagai orang yang senantiasa berpikir positif, saya sangat optimis wajah duka itu akan berubah menjadi suka. Kita bisa merubahnya bila kita saling bergandengan tangan dan tidak saling menyalahkan. Ketika kita tahu wajah kita sedang berduka, segeralah cari kesibukan, dan lupakan tentang kesedihan. Isilah hari-harimu dengan penuh kegembiraan. Sebab kegembiraan akan membuatmu suka dengan semua orang. Bila itu masuk dalam ranah pembelajaran, maka guru senang muridpun senang. Itulah yang disebut pembelajaran yang menyenangkan.
Kenyataan di lapangan, orang yang berpendidikan tinggi seringkali melakukan korupsi. Jarang sekali kita dapatkan orang yang tidak berpendidikan melakukan korupsi. Jadi, menurut saya pendidikan di negeri ini tidak akan bisa mampu merubah suasana bangsa, bila sistem pendidikan yang digunakan adalah sistem yang berjalan sekarang ini. Perlu ada inovasi baru dalam pendidikan kita yang membawa bangsa ini menjadi bangsa yang bersuka ria. Sebuah bangsa yang mengedepankan etika, dan budi pekerti yang luhur. Kejujuran menjadi panglimanya, dan belajar sepanjang hayat menjadi motto hidupnya.
Kotak hitam pendidikan di Indonesia akan dengan sendirinya ditemukan bila kita saling bergandengan tangan, dan melakukan perbaikan terus menerus untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Masalahnya, belum semua guru paham bahwa belajar itu harus dua arah, dan terjadi interaksi antara murid dan guru. Pembelajaran harus berpusat kepada peserta didik, dan bukan lagi kepada guru. Pendidik tidak boleh lagi terlalu dominan di kelas, dan biarkan peserta didik aktif menemukan sendiri potensi dan kreativitasnya. Di sinilah peran guru sebagai fasilitator agar mampu menggiring peserta didiknya untuk menemukan potensi dan bakat sesuai dengan minat yang disukainya. Bila itu terjadi, jangan heran bila segudang prestasi akan diraih.
Belajarlah dari film laskar pelangi yang menginspirasi, dan ingatlah pesan pak Harfan, "Hiduplah dengan memberi sebanyak-banyaknya dan bukan menerima sebanyak-banyaknya". Anak didik kita harus diarahkan untuk mampu menjadi orang mulia yang terbiasa memberi, dan bukan menerima. Masalahnya adalah pendidikan kewirausahaan kurang terajarkan dengan baik, dan pendidikan karakter masih sebatas slogan dan bukan tindakan.
Dari siapa kita bisa membaca kalau bukan dari guru. Dari siapa kita bisa menulis kalau bukan dari guru. Dari siapa kita memperoleh pengetahuan kalau bukan dari guru.
Guru merupakan profesi yang sangat mulia. Karena ia memberikan ilmunya kepada kita. Gurulah yang mengajarkan kita berbagai ilmu pengetahuan. Lalu di balik aktifitas mengajarnya, tersimpan pengorbanan yang tiada tara. Tanpa guru apa artinya sebuah bangsa. Sebesar apapun bangsa itu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati gurunya. Kita semua bisa menjadi saat ini dengan berbagai profesi (salah satunya) karena guru, bukan?
Akhirnya, saya ingin memberikan komentar tentang kotak hitam pendidikan di Indonesia. Mulailah dari dirimu, dan mulailah melangkah dengan sesuatu yang benar dalam pembelajaran di kelas-kelas kita. Bila itu dilakukan dengan penuh kesungguhan, niscaya akan didapati peserta didik yang berprestasi tinggi dan lebih dahsyat dari alumni negeri 5 menara yang novelnya sangat bagus dan menginspirasi para guru untuk maju.
salam Blogger Persahabatan