Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

4 Kekuatan Menulis (2)

14 Juli 2011   05:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:41 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13106012711504923326

[caption id="attachment_119213" align="aligncenter" width="533" caption="4 Kekuatan Menulis"][/caption]

Dalam tulisan saya terdahulu di sini, saya tuliskan 4 kekuatan menulis. Keempat itu adalah Kekuatan Pikiran, Kekuatan Perkataan, Kekuatan Perasaan dan Kekuatan Perbuatan.

Kekuatan Pikiran dan perkataan sudah saya uraikan di tulisan terdahulu, dan kini saya akan uraikan tentang kekuatan perasaan, dan kekuatan perbuatan dalam menulis.

3. Kekuatan Perasaan.

Menulis itu harus memiliki kekuatan perasaan. Dengan kekuatan perasaan, anda akan menulis seperti orang yang bercerita dengan segenap perasaannya. Bila orang itu gembira, maka anda akan tertawa bahagia. Sebaliknya, bila orang itu sedang bersedih hati, anda pun merasakan kesedihannya. Pokoknya, anda sebagai pembaca akan digiring oleh penulis untuk membaca tulisan itu dengan penuh perasaan. Sebab tulisan itu memang dibuat dengan segenap perasaannya. Tak salah bila kekuatan perasaan akan sangat menonjol dalam cerita-cerita pendek atau cerpen.

Ketika membaca cerpen karya Awang yang berjudul wawancara dengan pelacur bernama delima, anda akan merasakan bagaimana penulisnya menceritakan dengan penuh perasaan seorang pelacur yang sedang diwawancarai. Bagi saya, penulis mampu mengembangkan kekuatan perasaannya menjadi sebuah tulisan yang benar-benar mengena di hati. Pembacapun akan merasakan betapa hebatnya penulis mengatur kata demi kata dan mengolahnya dengan segenap perasaan.

Sayapun mengucapkan salut luar biasa atas karya cerpen Linda Djalil yang berjudul Tamu si Dul Tukang Sop Sapi. Penulisnya sanggup membuat perasaan pembaca seolah-olah berada dalam dialog itu. Kita pun merasakan betapa korupsi itu mengantarkan manusia kepada kejahatan yang hina.

Anda bisa membaca kedua cerpen yang bagus di atas di sini dan di sana.

4. Kekuatan Perbuatan.

Banyak orang ingin bisa menulis. Tapi dia tak pernah berlatih menulis. Bahkan tak mau belajar menulis. Menulis itu sebuah keterampilan proses. Kita bisa menulis kalau kita terus menerus menulis. Seperti halnya kita belajar bersepeda, maka kita akan merasakan jatuh bangun dalam menulis.

Kekuatan perbuatan adalah kekuatan yang harus dilakukan atau dilaksanakan. ketika kita ingin menuliskan sesuatu, tuliskan saja. Seperti saya pada saat ini. saya menulis tanpa beban, dan saya tuliskan dengan sebuah perbuatan. Dengan berbuat, maka akan ada karya yang didapat.

Bila kita hanya menyimpan ide di otak saja, dan tak pernah menuangkannya dalam bentuk tulisan, maka ide-ide itu akan membeku seperti es, dan pada akhirnya kita tak bisa menulis. Itulah yang banyak dihinggapi banyak orang, dan juga dihinggapiteman-teman saya  para guru yang seharusnya bisa menulis.

Saya teringat dengan sebuah cuplikan film India. Saya terlupa judulnya. Dalam film itu diceritakan tentang kemacetan di sebuah jalan raya. Kemacetan itu disebabkan oleh tumbangnya pohon besar yang menutupi jalan, sehingga banyak kendaraan yang tak bisa lewat.

Sepanjang jalan itu, orang hanya bisa memaki. Orang hanya bisa menjadi penonton. Namun tidak bagi seorang anak kecil yang berada di dalam bus. Ketika dia melihat ada pohon yang tumbang di tengah jalan, dia langsung keluar dari bus, dan dengan sekuat tenaga mendorong pohon tumbang itu. Orang lain yang menyaksikan itu, menjadi terdorong untuk segera membantunya. Akhirnya, banyak orang yang tergerak untuk menggeser pohon itu ke tepi jalan. Pohon itu pun akhirnya bisa dipinggirkan, dan kemacetan jalan menjadi lancar kembali.

Kekuatan perbuatan, telah membawa anak kecil menemukan solusi permasalahan. Dia tak hanya menjadi penonton, tetapi berusaha untuk menjadi pemain. Kekuatan perbuatan itu pulalah yang banyak membuat para penulis menjadi sukses. Dia tak pernah memikirkan tulisannya itu harus begini dan begitu. Pokoknya menulis menjadi kekuatan perbuatan yang akhirnya membuatnya mampu untuk menulis.

Kekuatan pikiran, perkataan, perasaan, dan perbuatan adalah 4 kekuatan dahsyat bagi seorang penulis. Bila itu mampu disatukan dalam sebuah karya tulis, maka jangan heran bila tulisan itu dibaca oleh banyak orang. Bahkan bisa menjadi sebuah karya yang fenomenal dan dicetak terus menerus sepanjang zaman. Padahal sang penulisnya telah tiada ratusan tahun yang lalu.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

Tulisan sebelumnya:

http://edukasi.kompasiana.com/2011/07/14/menulis-dengan-4-kekuatan/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun