Kelima, Guru sebagai profesi. Layaknya sebagai profesi harus ada kode etik atau legalitas yang harus dijalankan oleh guru. IGI menjadi motor dalam etika, moral, dan profesional guru. Kembangkan kompetensi sosial sebagai bagian dari pendidikan karakter bangsa.
Beliau sedikit bercerita tentang kasus Gadel di Surabaya tentang kejujuran. "Kalau ada kawanmu yang gak bisa harus diajari, tapi di saat yang benar, dan bukan di saat ujian. Pada saat ujian tidak boleh mengajari orang lain". begitu beliau mengatakan kepada kami yang lansgung mendapatkan aplus luar biasa dari teman-teman IGI.
"Membaca Al-Quran itu Bagus. tapi membaca Al-Qur'an di kamar mandi jelas tidak bagus. Guru harus mampu menempatkan diri dan mampu menanamkan karakter yang baik kepada para peserta didiknya". Tandas pak Menteri yang suka humor ini.
Kejujuran harus menjadi kata kunci karakter bangsa dan profesionalitas guru. Guru yang sudah disertifikasi sekitar 746.000 guru harus mampu jujur, dan masih banyak guru yang harus segera disertifikasi. Kita berharap kejujuran menjadi panglimanya.
Angaran yang sudah direncanakan untuk dikeluarkan oleh pemerintah hampir 25 Trilyun. Sebuah dana yang besar untuk mengapresiasi profesionalitas guru. Dana sebesar itu digunakan untuk memberikan tunjangan profesi yang syaratnya sudah tersertifikasi. Sebuah angka yang tidak sedikit, dan pemerintah berkomitmen soal kesejahteraan guru.
Sumber keuangan yang begitu besar, sekitar 100 Trilyun (Pak Wakil menteri fasli Jalal mengatakan sekitar 70 Trilyun) harus diimbangi dengan profesionalitas guru yang lebih bagus lagi. Para guru harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada para peserta didiknya.
Kemendiknas tentu ingin memberikan pelayanan yang lebih baik lagi. Berusaha keras mensejahterakan para guru, dan untuk itu kemendiknas berkepentingan menjamu para guru di kantor kemendiknas selama 3 hari ini. Kata beliau, tuan rumah harus melayani tamunya dengan baik selama 3 hari. Itulah kemuliaan sebagai tuan rumah. Tetapi kalau lebih dari 3 hari silahkan saja, asalkan tuan rumah masih sanggup melayaninya dengan baik.
Keenam, pak Menteri juga mengingatkan kepada kami. Guru harus mampu memberikan pembelajaran yang terbaik bukan karena bayarannya, tetapi karena ilmunya. Ilmu bukan untuk dijual, namun untuk disebarkan. Guru tak boleh terkena penyakit "kitmanisme" atau penyakit yang menyembunyikan ilmu.
Penyakit "kitmanisme" (menyembunyikan ilmu) harus dihilangkan oleh para guru. Teman-teman guru diminta harus selalu berbagi ilmu dan menyampaikannya kepada para peserta didiknya dengan baik. Tak salah bila motto IGI "Sharing and Growing Together" telah mampu memberantas penyakit kitmanisme ini.
pak menteri juga mengatakan, Yayasan harus memberikan service yang baik kepada para guru, dan kantor mendiknas ingin memberikan service yang terbaik pula untuk tenaga pendidik dan kependidikan. Oleh karenanya, tak salah bila kongres IGI yang pertama ini dilaksanakan di rumah para guru, kantor kemendiknas Senayan Jakarta., dan dihadiri lebih dari 200 orang guru dari seluruh Indonesia.
[caption id="attachment_115695" align="aligncenter" width="600" caption="Berebut Berfoto Bersama dengan Mendiknas"][/caption]