[caption id="attachment_118354" align="aligncenter" width="640" caption="Sambutan Mendiknas di Kongres IGI"][/caption]
Bahagia rasanya bisa bertemu langsung dengan menteri pendidikan nasional (Mendiknas) Prof. Dr. Muhammad Nuh. Beliau masih menyempatkan diri bertemu dengan kami para guru di sela-sela kesibukan beliau. Sungguh sebuah kebahagiaan yang tak ternilai bertemu langsung dengan pak mendiknas di kongres IGI, Kamis, 23 Juni 2011 yang menginspirasi para guru di Indonesia untuk maju.
Arahan dan sambutan pak Mendiknas Muh. Nuh kepada para anggota kongres IGI dari 21 Wilayah dan 100 lebih daerah yang pertama ini sangat bagus sekali. Saya mencatatnya beberapa. Semoga bisa dilengkapi oleh teman-teman guru yang hadir dan membaca langsung tulisan live saya ini.
Pertama, organisasi guru seperti IGI harus mempunyai cita-cita kemuliaan yang tinggi. Tanpa cita-cita yang baik dan mulia sebuah organisasi tidak akan berkembang dengan baik. IGI harus memiliki Cita-cita yang baik dan mulia sehingga memuliakan para guru di Indonesia.
Kedua, cita-cita organisasi itu harus menjadi budaya atau tradisi organisasi yang baik sehingga menjadikan IGI menjadi sebuah organisasi yang bermartabat, dan menjadikan IGI sebagai sumber ilmu. Kemulian seorang guru terletak kepada ilmunya. Kemuliaan seseorang dapat dilihat dari ilmu yang dikuasainya, dan dibagikan kepada orang banyak.
Ketiga, guru sebagai seorang pendidik harus ramah terhadap ilmu pengetahuan baru (terus menerus mengembangkan kemampuan dirinya, contohnya melek internet) karena internet akan bermanfaat bila guru mampu memanfaatkannya dengan baik. Beliau mencontohkan kisah Nasrudin (bukan Nasrudin yang lagi ngetop saat ini loh, hehehe).
Beliau bercerita tentang kisah Nasrudin yang kehilangan jarum. Apa yang kamu cari Nasrudin? Nasrudin kehilangan jarum di tempat gelap, dan mencarinya di tempat terang. Apa falsafahnya, bila di rumah kita gelap, maka kita harus mencari pencerahan di luar.
IGI harus menjadi rumah pencerahan guru. Pencerahan di dalam diri kita, rumah kita, dan organisasi kita. Oleh karenanya pemerintah menyambut baik program-program kerja IGI seperti Gerakan melek Internet dan Gerakan Guru Menulis.
Pemerintah perlu melakukan Kerjasama dengan IGI, dan bukan mendukung. IGI sebagai mitra atau partner pemerintah dalam memajukan pendidikan, dan kemendiknas sangat menyambut baik kelahiran IGI yang dimotori oleh para guru itu sendiri. Dari guru, oleh guru, dan untuk guru.
Keempat, Energi keteladanan harus dimiliki para guru di Indonesia. Guru harus mampu memberikan keteladanan. Satu kata antara ucapan dan perbuatan. Selain keteladanan, IGI juga harus membangun kemitraan dengan perusahaan sponsor seperti Acer, Intel, dan Telkom. IGI harus menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan besar, dan dana sponsornya dipergunakan meningkatkan mutu guru .