“Sudah sudah… tak perlu ribut! Amir kemari nak…” panggilnya. Amir yang dipanggil ke depan sudah menggerut ketakutan.
“Kamu mengaku bersalah?”
“Iya pak…”
“Seharusnya apa yang kamu lakukan?”
Diam tak bersuara.
“Seharusnya kamu tadi permisi kepada bapak…. Pak, permisi mau ke toilet sebentar… sebelum kentutnya keluar…” Budiman tak kuasa menahan senyum…. Amir seperti tercerahkan. Seisi kelas cekikikan ketika mendengar ‘kentut.
“Iya ya pak… tapi saya malu pak….” Kata Amir mulai berani cengengesan.
“Kenapa mesti malu, kamu bisa tidak usah mengucapkan ‘kentut’-nya kan…. Bapak juga tidak akan tanya. Saya rasa guru guru lain juga tidak akan tanya lagi kalau ada murid yang permisi mau ke kamar keci. Ini sekaligus pembelajaran pada seisi kelas yah… Ingat kalau ada kejadian yang sama seperti ini. Salah satu dari kalian. Permisi pada guru begitu ada tanda tanda, jangan ambil risiko keluar sendiri… okey…” Budiman melanjutkan, “Sudah, Amir kamu duduk lagi…”
“Oke, karena Amir sudah mengaku, maka kita lanjutkan pelajaran Geografi ini. Biarkan kentut berlalu, dan pelajaran ini harus diteruskan”, Budiman berhasil menenangkan murid di kelasnya. tanpa terasa bell pun berbunyi. Pergantian pelajaranpun terjadi.
Budiman kembali ke ruang guru. Berkumpul bersama guru lainnya. Satu jam pelajaran kosong. Dia masih menunggu giliran untuk masuk mengajar di kelas berikutnya. Dia ambil buku novel yang ada di meja kerjanya. Guru konyol, Guru Banyol itulah judul novelnya. Sebuah novel yang bercerita tentang kisah seorang guru yang penuh dengan kekonyolan dan kebanyolan. Lucu sekali isi novelnya.
Jadi guru sekarang memang harus konyol. harus juga bisa banyol. Mampu melucu agar terlihat ngocol. Tapi ingat jangan minum alkohol di dalam botol. Itu namanya guru tolol.