Dalam buku ini diceritakan oleh mas inu bahwa pak beye ingin menegaskan kepada public bahwa beliaulah yang mengendalikan negeri ini dan menjadi presidennya. Sebab diduga golkar yang dipimpin Pak JK ingin mengendalikan pemerintahan.
Mas inu juga menceritakan pengalamannya mengikuti kampanye tim hore dan kampanye tim pak JK. Dimana tim kampanye pak beye menggunakan pesawat air force one yang mewah dan megah, Didalamnya disediakan tempat untuk merokok, dan acesorisnya berwarna biru. Sedangkan pesawat pak JK sederhana saja, dan Nampak jelas biaya kampenye presiden sby sungguh fantastis dan luar biasa. Mas anas ketua partai democrat tak berani menyebut jumlah angka pasti nominalnya.
Mas inu juga menambahkan bagaimana bisa santai menikmati pisang bone yang dihidangkan oleh istri pak Kalla di rumah beliau. Kehangatan dan spontanitas pak Kalla dan keluarga membuat mas inu jatuh hati dengan pria sosok luar jawa ini. Pak Kalla orangnya sederhana dengan pulpen merek pilot/faster di kantong kemejanya, dan beliau jarang menggunakan jas.
Kata pak Kalla jas itu lebih lama makenya ketimbang pakai baju batik. Tidak cocok untuk org Indonesia yang berhawa panas atau tropic. Dengan pakai batik atau kemeja saja bisa menghemat energy AC yg biasanya 19 derajat bisa mnejadi 25 derajat. Beliau konsisten dengan ucapannya, dan ketika bertemu dengan Muhammad Yunus, beliau menggunakan kemeja dan tidak menggunakan jas seperti pejabat lainnya.
Mas inu juga menambahkan inpres yang dikeluarkan presiden dilaksanakannya. Biasanya pemimpin itu sering hanya bicara saja tapi tak melaksanakan. Seringkali antara kata dan perbuatan tidaklah sama.
Pak azzumardi azra mengatakan buku pak beye dan keluarganya melambangkan dinasti politik, dimana putra mahkota sudah dipersiapkan untuk menggantikan posisi ayahnya. Sedangkan pak Kalla berada dalam dinasti bisnis. Sebagai seorang politikus yang juga pebisnis.
Seorang pengusaha biasanya mau cari untung saja, tapi pak kalla beda. Ini hal yang belum muncul di public. Jarang ditemui ada mobil keluarganya di istana wakli presiden.
Pak Kalla seringkali muncul si sektor informal, misalnya ketika tabung gas 3 kg meledak, pak Kalla muncul dan justrui hadir memberikan penjelasan, karena masih bertanggungjawab dengan usulannya agar gas dijadikan bahan bakar untuk rumah tangga.
Eg juga menambahkan bahwa beliau mengagumi pak JK yang bicara apa adanya. Ketika Pak Winarno bilang masih banyak sekolah yang seperti kandang ayam, dan lalu pak JK menaggapainya lain, beliau tetap menulis di Koran kalau pak kala salah dalam menanggapinya, meskipun ia mendapatkan fax dari kator wakil presiden. Namun EG tetap suka dengan pak JK, wallaupun ada berbeda pendapat.
Banyak hal yang disampaukan oleh para narasumber, dan langsung mendapatkan tangapan dari pak JK dengan suasana yang mneyenangkan. Sayangnya tak ada Tanya jawab dengan audience, dan seperti biasanya, para blogger kompasiana langsung mencari teman-temannya untuk bernarsis bersama. Foto lengkapnya sudah bisa dilihat di facebook bang Dian Kelana.
[caption id="attachment_91716" align="aligncenter" width="480" caption="Suasana acara Pembukaan Gramedia Book fair"]