[caption id="attachment_86584" align="aligncenter" width="600" caption="Wajah Asli Anak-anak Aceh"][/caption]
Saya berdecak kagum dengan keadaan Aceh saat ini. Pembangunan gedung, dan rumah baru di mana-mana. Nampak sekali asri dan megah. Penduduk Acehpun nampak ramai di pusat kota. Seakan-akan menunjukkan kepada kami, para turis lokal ini bahwa Aceh tak pernah terjadi apa-apa. Aceh tetap tersenyum menatap masa depannya sendiri. Seperti senyum manis anak-anak asli Aceh ini yang saya temui disamping masjid Baiturrahim, Uleelheue, Meuraxa, Banda Aceh.
Lihatlah wajah asli anak-anak Aceh ini. Mereka terlihat penuh harapan tinggi untuk meraih masa depan yang lebih baik. Saya pun merasa bangga dengan mereka, padahal kami baru saja berkenalan singkat malam itu. Dari sinar mata mereka, saya melihat cahaya kebahagiaan untuk menjadikan Aceh lebih baik dari hari ini.
Bersama Abangda Mus Aceh, salah seorang kompasianer, saya dan pak agus diajak berjalan-jalan mengelilingi kota banda Aceh yang mempesona. Kami diajaknya sholat berjamaah di masjid raya Aceh yang terkenal itu. Di masjid ini, banyak nyawa terselamatkan dari tsunami. Itulah berita penting dari musibah tsunami yang masih saya ingat di tahun 2004.
Di masjid raya ini saya termenung sebentar. Seolah-olah menyaksikan tsunami di masa lalu. Sebagai seorang blogger dan fotografer, saya abadikan saja gambar masjid raya Aceh yang makmur ini. Jumlah jamaahnya selalu penuh, dan kita pun melaksanakan sholat maghrib berjamaah di masjid ini.
Di depan masjid yang megah itu, kami berfoto sejenak. Menikmati keindahan masjid mendekati waktu maghrib. Kami pun menjadi tertawa bila mengingat sore itu. Sebab sebelumnya, saya dan pak Agus sudah langsung sholat maghrib di dalam kamar hotel ketika adzan magrib di televisi. Padahal jadwal maghrib di aceh, dan jakarta berbeda satu jam lamanya.
Kami pun tertawa-tawa sendiri bila mengingat itu. Sebab begitu kami keluar dari hotel, ternyata suasana sore masih terang benderang, dan belum terdengar adzan maghrib. Di masjid raya Aceh itulah akhirnya kami sholat kembali, dan saya saksikan wajah-wajah asli anak-anak Aceh yang senang mengaji.
Betapa bahagianya melihat wajah asli anak-anak Aceh ini. Â Saya bangga dengan mereka. Mampu berlaku tertib di saat-saat sholat maghrib berjamaah. Mereka mampu membuat shafnya sendiri, dan tak ada orang tua yang mengaturnya. Semua itu atas kesadaran mereka sendiri. Sungguh luar biasa! Saya kagum dengan anak-anak asli Aceh ini. Semoga bisa terus seperti itu, mampu berlaku tertib dan mengikuti imam ketika sholat berjamaah.
Jalan-jalan di kota Banda Aceh membuat saya terlupa, dan melupakan bahwa di sini pernah terjadi kisah yang memilukan. Melalui wajah asli anak-anak Aceh itulah saya dapatkan segenggam harapan kalau Aceh kelak akan jauh lebih baik dari hari ini. Asalkan, syariat Islam benar-benar mampu ditegakkan di kota Serambi Mekah ini.
Setelah sholat berjamaah di masjid ini, sayapun berdoa kepada Allah agar kota Banda Aceh ini menjadi kota yang benar-benar menjadi Serambi Mekah. Kota yang diharapkan menjadi contoh bagi kota lainnya untuk menegakkan syariat Islam secara benar. Hukum Islam benar-benar ditegakkan, dan bukan hukum yang berlaku di negeri ini. Sebab hukum di negeri ini masih berpihak kepada yang kuat. Si lemah tak berdaya menjadi bulan-bulanan penguasa. Lihatlah kasus Gayus yang masih misterius.
Para wanita di bagian belakang turut melaksanakan sholat maghrib berjamaah secara tertib. Tertib mengikuti gerakan imam dan mampu menjadi makmum yang baik. Seharusnya, presiden SBY mampu menjadi imam yang baik, dan kita sebagai makmumnya mampu pula berlaku baik. Namun sayangnya, ada yang salah dalam kepemimpinannya. Tak salah bila para tokoh agama menasehatinya. Presiden tidak boleh berbohong. Janji yang telah diucapkan harus dijalankan. Jangan sampai ada lagi kebohongan baru. Ikutilah nasehat para tokoh agama di negeri ini.
Akhirnya, melihat wajah-wajah asli anak-anak Aceh membuat saya percaya bahwa Aceh akan kembali tersenyum. Kembali membangun daerahnya dengan semangat yang tinggi. Dipimpin pula oleh para pemimpin yang jujur, dan amanah. Dengan begitu Aceh akan menjadi kota yang gemah lipah loh jinawi.
Saya pun tersenyum melihat bang Mus Aceh tersenyum manis, dan sambil menikmati jus jambu yang manis, saya mengucapkan terima kasih kepada abangda Mus Aceh yang telah membawa saya menemukan wajah asli anak-anak Aceh yang manis. Semoga mereka akan menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan negaranya. Amin.
Salam Blogger Persahabatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H