Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cerita Warisan di Waktu Malam

11 Januari 2011   22:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:42 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika terbangun malam, saya dapati pesawat televisi masih belum dimatikan. Rupanya saya ketiduran sehingga televisi terlupa untuk dimatikan. Namun, ada yang menarik dari tayangan televisi itu. Seorang anak menjadi durhaka kepada ibunya karena urusan warisan.

Saya matikan sejenak televisi itu. Saya lakukan sholat tahajud terlebih dahulu. Sayapun menjadi teringat almarhum ayah dan ibu. Semoga saya mampu menjadi anak yang sholeh dan selalu mendoakan kedua orang tua yag telah tiada.

Tiba-tiba saja, hati dan pikiran saya kepikiran lagi tentang tayangan televisi yang barusan saya tonton. Setelah selesai sholat malam, saya nyalakan kembali televisi, dan saya tontonlah cerita sinetron seru yang membuat saya akhirnya mengambil hikmat dari isi cerita itu.

Cerita singkatnya begini.

Ada sebuah keluarga kaya yang memiliki 3 orang anak dengan seorang pembantu yang setia. Sudah 5 tahun ibu mereka sakit terkena stroke sehingga lumpuh. Ayah mereka baru saja wafat, tetapi ketiga orang anaknya itu saling berebut warisan peninggalan ayahnya. Anak pertama menjadi serakah, karena dia merasa anak laki-laki yang tertua, maka dia meminta 50% dari harta warisan peninggalan ayahnya. Kedua adik perempuannya tak terima, dan mengakibatkan mereka saling membunuh.

Ibunya yang lumpuh dan sakit stroke itu tak berdaya dengan kelakuan anak-anaknya, akhirnya ia pun meninggal dengan kesedihan mendalam. Dengan meninggalnya ibu mereka, ketiga anaknya bukan malah semakin sadar, eh malah semakin kurang ajar. Anak kedua membunuh kakaknya dengan membuat rekayasa pembunuhan. Motor kakaknya dibuat remnya blog, dan akhirnya kakak laki-lakinya itu tewas masuk jurang.

Akibat pengaruh teman kumpul kebonya, anak kedua ini ingin menghabisi pula adik perempuannya. Pada saat hendak mengatur strategi membunuh adiknya itu, tanpa sengaja adik perempuannya mendengar.

Melihat kelakuan kakaknya itu, diaturlah strategi untuk membunuh kakaknya sendiri. Melalui bantuan teman-temannya yang suka mabuk-mabukan dan pemakai narkoba pula, akhirnya kakaknya dibunuh dan teman kumpul kebonya dituduh membunuh kakaknya. Skenariopun dibuat sehingga dia dibui.

Sang adik merasa puas karena kedua kakaknya sudah mati, dan dia dapat berfoya-foya dengan teman-temannya. Sang bibi yang melihat kelakuan majikannya tidak tahan, dan melaporkannya kepada pak Ustadz. Pak ustadz pun menegur anak ketiga itu agar janganlah berbuat kemaksiatan.

Diberi nasehat bukannya sadar, anak ketiga ini malah justru memfitnah pak ustadz, dan menjebaknya melakukan perkosaan. Teapi polisi tidak percaya begitu saja. Suatu malam polisi mengintai rumah mereka, dan mengepungnya. Merekapun berusaha kabur dari rumah dengan mengendarai mobil. Tapi sayang, mobil itu mengalami kecelakaan menabrak gedung, dan semua penumpangnya tewas. Termasuk anak ketiga yang durhaka itu. Dia tewas sangat mengenaskan bersama-sama kawan pemakai narkoba lainnya.

Intisari dari cerita malam itu adalah bahwa warisan harta peninggalan orang tua terkadang membuat ahli waris saling berebut harta. Padahal dalam ajaran agama telah dijelaskan tata cara pembagian warisan dengan baik. Di sinilah pentingnya mengajarkan pengetahuan agama kepada anak-anak kita. Bila mereka dibekali nilai-nilai agama yang baik, Insya Allah mereka tak akan bertengkar dalam urusan warisan.

Dari cerita sinetron ulangan tersebut nampak jelas bahwa orang tua kurang pandai mendidik anak-anaknya, dan tidak berhasil membawa anak-anaknya memiliki akhlak dan budi pekerti yang luhur. Mereka terlalu memanjakan anak-anaknya dengan harta, dan kesenangan dunia. Mereka kurang mendidik putra-putrinya ke arah jalan yang benar dan menjadi anak yang sholeh.

Semoga cerita warisan di waktu malam itu membuat kita semakin menyadari bahwa harta warisan peninggalan orang tua bukanlah peninggalan yang terbaik. Peninggalan yang terbaik adalah anak yang sholeh, ilmu yang manfaat, dan mampu mendoakan kedua orang tuanya yang sudah meninggal.

Pertanyaannya sekarang, sudahkan kita menjadi anak yang sholeh? Seorang anak yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya yang telah tiada.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun